Hokuto menurunkan buku yang sedari tadi dibacanya ketika mendengar pintu ruangan tempatnya dirawat terbuka. Seorang pemuda berambut pirang berjalan masuk.
Ah, Taiga.
Dengan agak canggung, Taiga berdiri di sisi ranjang Hokuto.
"Bagaimana kabarmu?" Tanyanya.
Hokuto tersenyum kecil sebelum menjawab, ''Mm. Sudah membaik, kok.''
"Syukurlah." Gumam Taiga, diikuti dengan ekspresi bingung melihat Hokuto mengulurkan tangannya.
"Mana buah tangan untukku?'' Tanya Hokuto.
"Buah tangan?" Taiga benar-benar bingung.
"Biasanya kalau mengunjungi orang di rumah sakit, kau harus membawa buah tangan untuk orang itu, kan?" Hokuto pun menjelaskan.
"Ah..." Jelas sekali kalau Taiga tidak tahu mengenai hal ini.
"Eh, lalu kau mau apa?" Tanyanya sembari meletakkan tangannya di atas tangan Hokuto yang sedari tadi masih terulur, lalu menautkan jemari mereka. Hokuto terdiam sambil menatap Taiga yang kini sedikit memiringkan kepalanya, menanti jawaban Hokuto."..."
Dan Hokuto pun menundukkan wajahnya, menatap jemarinya yang terpaut erat dengan jemari Taiga.
"Aku mau ini," ucapnya, kemudian mencium jemari Taiga. Taiga terdiam. Telinganya memerah walau berusaha menampilkan ekspresi sebiasa mungkin.
"Kyomocchi, aku mau kita seperti ini terus."