Waktu semakin mengejarku saat ini. Membuatku berlari kelimpungan setelah taxi online yang ku pesan tak kunjung datang. Jika tadi aku tak mengikuti rapat osis, ini semua tidak akan terjadi. Mengingat hari ini adalah hari anniversary Mama dan Papa yang ke 18 Tahun.
Aku terus saja melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku sembari terus berlari menyurusi jalan setapak yang cukup sepi di jam-jam menjelang mahgrib seperti ini. Jarum jam menunjukkan angka 6 beberapa menit lagi. Dan sudah aku pastikan semua rencana yang aku susun beberapa hari ini akan hancur berantakan.
Kakiku terus berlari kencang tak memperhatikan jalan di depanku.
Sehingga sebuah cahaya menampar indra penglihatanku membuatku memejamkan mata. Di sertai suara ban dan aspal jalanan yang mengadu membuatku menutup telinga. Menunggu malaikat maut datang menjemputku.Nafasku tersenggal tak beraturan. Keringat mengucur membasahi pelipis jatuh mengalir di pipi.
Aku mengerjapkan mata perlahan saat aku merasakan seseorang menepuk pundakku pelan.
"Apa aku sudah mati?" Pertanyaan bodoh itu berhasil membuat tawa seseorang di depanku ini pecah.
Sedetik kemudian laki-laki itu berdehem dan menunjukkan kembali wajah datarnya. Membuatku mengernyitkan dahi bingung. Pribadi ganda! Itu yang terlintas di benak-ku.
"Tenang aja, loe masih hidup. Mungkin Tuhan masih sayang sama loe." Ujarnya datar sembari memakai helm full face dan menaiki motor sport hitam miliknya. Kemudian berjalan meninggalkan ku yang masih diam mencerna kata-katanya.
"Ya ampun!" Pekik'ku menepuk jidat saat baru menyadari waktu yang ku punya semakin sedikit.
"Ini semua gegara lelaki pribadi ganda itu. Semoga aku tidak engkau pertemukan lagi dengan'nya Tuhan." Do'a-ku sembari kembali melanjutkan lari yang sempat terhenti.
"Assalamualaikum Ma, Pa." Salamku sembari mengetuk pintu.
Tak selang berapa lama pintu terbuka melihatkan raut wajah mama yang begitu cemas.
"Kamu dari mana saja Naysa? Ini sudah hampir jam 7 dan kamu baru pulang."
Suara Papa terdengar begitu tegas membuatku menunduk. Tidak berani menatapnya.
"Maafin Naysa, Pa." Ucapku masih dengan posisi yang sama. Sehingga Mama membawaku ke dalam pelukannya.
Aku merasa sangat sedih saat semua rencana yang sudah ku persiapkan seminggu ini berantakan karena keteledoranku. Malam yang seharusnya penuh kebahagian dan suka cita malah berbalik menjadi amat sangat menyedihkan.
Apalagi saat aku melihat wajah merah padam Papa. Aku tak berani menatapnya jika seperti itu.
Tetapi, Aku yakin papa tidak benar-benar marah kepadaku. Kemarahannya itu mungkin salah satu bentuk ke-khawatirannya kepadaku.
¥_¥_¥
"Gimana tadi malam kejutan anniversary Mama sama Papa kamu Nay?" Tanya Fahira yang berjalan beriringan denganku.
"Gagal total!" Jawabku lirih.
"Kenapa bisa gagal total? Bukannya kamu udah siapkan dari jauh-jauh hari ya?" Fahira kembali bertanya saat kami hendak menaiki anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nicole N Naysa ( For Singgah Or Last Selamanya?)
Teen FictionSaat sebuah kepastian di pertanyakan? Memilih untuk singgah atau bertahan selamanya? Awal pertemuannya yang tak di sengaja ternyata sudah dituliskan oleh takdir. Beberapa kejadian dan peristiwa seolah selalu melibatkan Naysa dan Nicole sebagai peme...