.
.
.
.Avena turun dari mobil dan berlari dengan cepat memasuki rumah mewah nya. Dia sangat kebelet dari caffe tadi.
Fraser mengikuti Avena memasuki rumah mewah milk sahabat nya. Cowok tampan itu sudah terbiasa dengan rumah Avena,dia bisa masuk dan keluar sesuka hati rumah sahabat nya. Orang tua Avena pun sudah mengenal dengan baik sosok Fraser.
Fraser meletakan tas nya diatas sofa dan dia menduduki sofa dengan lembut.Dia membuka sepatu air jordan nya lalu menaruh disamping sofa.
Cowok itu kemudian mulai turun dan duduk dilantai,menunggu Avena yang akan datang.
.....
......
.....
.....
Alden menatap jalanan dengan tatapan nyalang,dia sedang mengendarai mobil tetapi pikiran nya tidak tertuju pada jalan didepan.Dia akui bahwa dirinya benar-benar sedang memikirkan gadis itu.Avena
Alden merasa kesal saat melihat Avena yang tertawa lepas bersama Fraser,dia kesal karena gadis itu sengaja tidak melihat nya,padahal sangat jelas bahwa tadi Avena menatap nya walau sembunyi-sembunyi.
Hembusan nafas berat terdengar didalam mobil mewah itu,hanya Alden sendiri didalam mobil,karena tadi dia sudah mengantar Jessy pulang.
"Mengapa Eve?" Lirih Alden pelan dengan mata yang menusuk tajam kedepan.
Skip...
Alden turun dari mobil,lalu masuk kedalam rumah nya. Terlihat jelas kedua orang tuanya yang duduk diruang utama.
Kenapa mereka memasang wajah serius? Batin Alden.
Dia berjalan kearah kedua orang tuanya yg tersenyum
"Mom?sudah pulang?" Salam Alden,dirinya mendekati sang mama lalu mencium pipi wanita cantik itu.
Dia pun melakukan hal yang sama pada Daddy nya.
Setelah itu,Alden duduk dihadapan kedua orang tua"Ada hal yang ingin kami bicarakan Alden" intrupsi sang daddy. Alden mengerutkan kening nya dalam.
"Apa?"
.......
..............
From : Alden
To : MeBisa kita bertemu diatap sekolah?Saat pulang.
Avena membaca pesan itu dengan saksama,apakah ini benar dari Alden? Kenapa cowok itu ingin bertemu dengan nya..
Pasti ada hal yang penting hingga Alden mengajak nya bertemu.Avena kembali memasukan ponsel nya disaku seragam,dia tidak berniat membalas pesan itu.
Dia harus berkonsentrasi belajar tanpa adanya gangguan lagi, tinggal 5 hari lagi dan dia harus berangkat ke Australia untuk belajar lebih dalam.
"Eve,dipanggil Mom Sofie diruangan nya" Avena mengangguk saat intrupsi dari ketua kelas. Dia melepas pulpen nya dan menutup buku yang sedang dipelajari.
"Mom Sofie diruangan nya?" Tanya Avena,ketua kelas mengangguk lalu menyodorkan surat keAvena.
Ketua kelas itu tersenyum lalu mengusap rambut Avena lembut."Kamu adalah yang terbaik Eve" Bastian sang ketua kelas memuji nya,cowok itu walau terlihat dingin ,tapi dia memiliki sisi lembut yang sangat keren. Dan Avena menyukai sisi lembut Bastian
"Terimakasih Bas" setelah mengucapkan itu,Avena berjalan dari sana untuk menemui gurunya.
Avena keluar dari kelas dan berjalan dikoridor kelas dengan anggun,dia tersenyum dengan orang yang menyapa nya. Semua siswa yang dulu nya menghina dirinya karena terus mengejar Alden,kini tidak lagi. Mereka malahan memberi Avena semangat untuk melupakan Si Alden.
"Kemana Eve?" Tanya Seila saat mereka bertemu di tangga
"Ke ruang nya Mom Sofie" ucap Avena berlalu. Seila terkikik geli melihat wajah semangat teman terbaik nya. Avena yg dulu tidak ada lagi,gadis itu sekarang terus menampakan wajah semangat nya,tanpa ada bayang-bayang cowok yg bernama Alden.
Saat tiba dihadapan ruang sang guru,gadis itu mengetuk pintu lalu membuka dan masuk kedalam ruangan gurunya.
Avena bisa melihat siapa yang duduk membelakangi nya,walau wajah nya tidak terlihat,tapi punggung tegap itu menunjukan bahwa cowok yg duduk itu adalah
"Alden" ucap Avena sangat pelan,dan dua orang yg sedang sibuk mengobrol itu tidak mendengar apa yg di ucapkan Avena.
Avena berdehem lalu berjalan mendekati kedua orang itu,gadis itu mengambil kursi disamping Alden.
"Oh gadis manisku" Mom Sofie berujar memuji,itu membuat avena tersenyum tipis. Dia sudah biasa mendapat pujian dari guru-gurunya,baik itu guru pria ataupun guru wanita.
Avena melirik pelan ke Alden,cowok itu pun melihat kearah nya. Alden tersenyum tipis dan mau tidak mau,Avena membalas senyum tipis Alden.
"Aku ingin membicarakan tentang beasiswa" jelas Mom Sofie,Avena menganguk mengerti
"Seminggu lagi ah bukan,5 hari lagi kamu akan berangkat bukan?" Mom Sofie memastikan
"Ya MoM"
"Na begini Avena,sebelum kamu pergi,bisa kamu bersedia membantu Mom?" Avena menjadi heran dengan arah pembicaraan gurunya,
"Membantu apa mom?"
"Papa Alden sebagai donatur terbesar sekolah ini,ingin meminta bantuan mu agar kamu bisa mengajari Alden matematika" kini arah pembicaraan semakin membuat Avena tidak mengerti,
Tadi Mom Sofie ingin berbicara tentang beasiswa nya,tapi sekarang?Kenapa berbicara tentang belajar-mengajar
"Tunggu mom?maksud mu aku memberikan les tambahan pada Alden?" Mom Sofie mengangguk sambil tersenyum,senyum mom Sofie tidak membuat Avena senang seperti biasanya,senyum itu terlihat menyebalkan
"Mom aku.." Avena sekilas melihat kearah Alden yang tidak melihat kearah nya
"Maaf tapi aku tidak bisa"
"Kenapa?" Bukan Mom sofie yang bertanya,tapi Alden yang langsung bertanya
"Maaf Alden,tapi waktu ku sangat kecil untuk mengajari mu" ujar Avena,
Alden menahan nafasnya dengan emosi yang dia rasakan.
"Waktu untuk mengajari Fraser kamu punya,tapi aku?" Tuntut Alden. Avena menatap Alden tidak suka.
Alden ingin membandingkan dirinya dan Fraser?Oh lucu sekali.
"Maaf mom tapi aku tidak bisa" titik Avena,dia tidak menghiraukan ucapan alden
Mom Sofie tersenyum seolah wanita itu mengerti masalah avena.
Wanita cantik itu menatap kearah Alden dengan pandangan tak terbaca"Tapi donatur kami yang meminta bantuan mu,apa kamu ingin mengecewakan sekolah ini?"
Oh alasan yang tidak logis,"Alden bisa mencari guru les nya sendiri,atau mendaftar ditempat-tempat les lain nya mom" kesal Avena,Alden yang duduk disamping nya menahan emosi.
Avena benar-benar keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sie müssen know
Teen Fiction[SEQUEL of Rain Heart ] || Baca dulu Rain Heart || 'Orang-orang dimasa lalu kadang senang bermain-main. Datang tiba-tiba,menuntut hal yang sama,meminta perlakuan yang masih sama. Padahal dulu pergi tanpa suara,seolah tak sadar telah membekaskan lu...