STUBBORN LEE DAEHWI

824 113 47
                                    

ALL GUANLI POV

Aku menghela nafas berkali-kali, memandang acak para member Wanna One yang sedang bersiap-siap. Sebentar lagi kami akan tampil, tapi entah mengapa perasaanku sedari tadi tidak enak. Seperti hal yang tidak ku inginkan akan terjadi.

"Waeyo Guanlin?"

Aku menggeleng pelan saat Jisung hyung menghampiriku dan bertanya. Kemudian ia menepuk pundakku dan tersenyum kecil. "Jangan terlalu cemas, cerialah sedikit seperti anak itu."

Aku mengedarkan pandanganku mengikuti arah pandangan Jisung hyung yang mengarah pada Daehwi yang sedang tertawa, entah membicarakan hal apa bersama Woojin hyung dan Jinyoung hyung.

Kami sempat bertemu pandang dan Daehwi melemparkan senyum manis padaku. Aku membalasnya dengan senyum juga. Sedikit menghiburku namun belum bisa menenangkan hatiku, justru perasaanku semakin tak enak dan gelisah.

Akhirnya kami pun menaiki panggung setelah mendapat intruksi dari staff. Teriakan Wannable begitu nyaring seakan menyelimuti panggung. Melihat bagaimana antusiasnya mereka membuatku perlahan menjadi lebih baik. Aku tersenyum kecil, mungkin benar aku hanya terlalu cemas dan gugup.

Di tengah acara berlangsung, aku mendengar Woojin hyung berteriak panik seraya menyebut nama Daehwi. Dan seketika aku menyadari bahwa telinga Daehwi berdarah.

"Daehwi telingamu..."

"Aku tidak apa-apa Guanlin."

Daehwi memotong ucapanku dan dengan senyum manisnya ia memegang tanganku yang hendak menyentuh telinganya. Aku mencoba membersihkan sedikit darah yang bahkan telah turun mengenai kerah bajunya.

"Pergilah ke belakang."

Woojin hyung berucap namun lagi-lagi Daehwi hanya menggeleng pelan dan kembali menunjukkan senyumnya.

"Tapi telingamu berdarah." Kali ini Minhyun hyung yang bersuara. Aku hendak menariknya untuk membawanya ke back stage, namun ia kembali menahan tanganku.

"Aku tidak apa-apa Guanlin, Hyungdeul, sungguh."

Aku menghela nafas kasar, memandangi Daehwi yang kini berlalu dan berinteraksi dengan Wannable. Aku benci sikap keras kepala Daehwi yang seperti ini. Bukannya apa, aku hanya khawatir terjadi hal buruk kepadanya. Melihatnya berdarah seperti itu saja sudah membuatku sangat panik. Tapi ia masih bisa tersenyum seakan tak terjadi apa-apa padanya.

Setelah acara selesai, aku langsung menarik tangan Daehwi dan membawanya ke back stage untuk mendapatkan perawatan medis. Hyungdeul yang lain mengikuti di belakang.

"Astaga, kalian jangan mengerumuniku seperti ini. Aku tak apa-apa." Daehwi berucap seraya tertawa pelan.

"Tak apa-apa darimana jika telingamu berdarah seperti itu."

"Kau berlebihan Guanlin, buktinya aku baik-baik saja sekarang kan." Daehwi kembali memamerkan senyumnya.

"BERHENTI SOK KUAT LEE DAEHWI!!"

Bentakan itu keluar begitu saja dari mulutku. Ku lihat hyungdeul yang menampilkan ekspresi tak percayanya padaku. Kualihkan pandanganku, menatap Daehwi yang kini menundukkan kepalanya seraya meremas ujung bajunya, kebiasan yang selalu ia lakukan jika sedang takut.

Aku menghela nafas menyadari kesalahanku. Kutarik belakang kepala Daehwi dan membawanya ke dalam pelukanku. Mengusap punggung kecilnya yang mulai bergetar.

"Maafkan aku. Aku tak bermaksud membentakmu. Aku hanya mengkhawatirkanmu."

Aku semakin mengeratkan pelukanku saat kurasakan bajuku basah. Kucium kepala Daehwi berkali-kali, berusaha meredakan tangisnya.

"Jangan menangis Hwi, maafkan aku."

Daehwi melepaskan pelukanku dan aku semakin merasa bersalah melihat wajahnya yang sembab. Ia menggigit bibir bawahnya dan memandangku. "Guanlin membentakku, aku takut."

"Maaf, aku berjanji tak akan membentakmu lagi. Tadi aku hanya khawatir." Aku menghapus air matanya dan menempelkan dahiku ke dahinya.

"Lee Daehwi, jika kau sakit katakan sakit, jika kau takut katakan takut, jika kau marah katakan marah, jika kau sedih katakan sedih. Jangan berpura-pura seakan kau baik-baik saja, jangan menanggungnya sendirian Daehwi. Ada aku dan member lain yang selalu di sampingmu. Kau bisa berbagi apapun pada kami."

"Maaf..." Hanya itu yang keluar dari mulut Daehwi dan kembali menundukkan kepalanya.

CUP

Ku cium keningnya, menyalurkan rasa sayangku padanya. Ia memejamkan matanya dan meremas bajuku.

"Aku mencintaimu Lee Daehwi, maaf aku membentakmu tadi." Ucapku melingkarkan tanganku pada pinggangnya

"Ani, aku yang seharusnya minta maaf. Aku sangat keras kepala." Daehwi mengalungkan tangannya di leherku dan kembali mempertemukan dahi kami.

"Tak apa, aku mengerti." Aku mencium hidungnya singkat. "Tapi kau belum membalas ucapanku."

"Ne, aku juga mencintaimu Lai Guanlin." Ia terkekeh pelan dan mencium hidungku juga.

"Ekhhm... wah banyak nyamuk ya."

"Dunia milik berdua tuh."

"Aduhh serasa ngontrak kitanya."

Seruan itu membuatku tersadar bahwa sedari tadi member lain masih mengerumuni kami, tepatnya Daehwi. Aku hanya memutar bola mata melihat mereka sedangkan Daehwi menenggelamkan kepalanya di dadaku, terlalu malu dengan hyungdeul.

Jadi ku angkat tubuh Daehwi yang sukses membuatnya memekik kaget dan menggendongnya menjauh dari member lain, tak memperdulikan teriakan hyungdeul yang bahkan tak ku dengar. Saat ini, aku hanya ingin berdua dengan Lee Daehwi Ku.
.
.
.
.
.

END~~
Sudah lama aku gemes ama Daehwi waktu insiden telinga itu. Tapi baru bisa update sekarang. Untuk pertama kalinya aku terjun ke dunia tulis menulis. Salahkan Daehwi yang buat aku nggak tahan.

STUBBORN LEE DAEHWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang