Hari itu kunjungan pertamaku ke ma'had tahfid Daarul Firdaus. Bersama teman kampus yang kebetulan mempunyai beberapa teman di sana, dia menemaniku mensurvei ma'had itu.
Waktu itu aku sedang mencari ma'had tahfid yang menerima mahasiswa.
Alhamdulillah kedatangan kami disambut hangat mereka. Satu persatu menyalamiku seperti orang biasanya saat pertama kali bertemu. Menanyakan nama dan juga tempat tinggal.
Salah satu dari mereka yang di kemudian hari membuatku cemburu, namanya Fahrian. Tampangnya normal. Ya, seperti orang jawa kebanyakan, berkulit sawo matang. Wajahnya juga ngga terlalu sangar. Pun, rambutnya ngga neko-neko, dipangkas pendek khas anak SD.
Namun aku sedikit masygul dengan dirinya. Aku mencoba mencerna kejadian beberapa detik ini. Apakah dia secuek itu? Bayangkan saja, setelah menyalamiku dia langsung berlalu. Alasannya? Mau beli pulsa.
Aku geleng-geleng kepala.
Beli pulsa?Melihat gelagatku yang aneh, temannya berkelakar, "Ha ha biasa saja kali. Dia itu memang gitu. Tau tidak dia beli pulsa buat apa? Buat nge-pess. Game sepak bola. Meski begitu, saat kita baru bisa menghapal dua tiga lembar sehari. Dia sudah bisa menghapal setengah juz!"