"Kamu dan aku pernah punya satu impian, yaitu saling membahagiakan. Tapi impian kita hanya tinggal mimpi belaka. Kamu dan aku, memang tidak di takdirkan untuk menjadi KITA."
Cinta. Selalu punya sisi yang menarik untuk di bahas. Seperti halnya satu siung bawang merah, setiap lapisannya memiliki cerita yang berbeda. Salah mengupas, hanya akan menimbulkan air mata pedih yang jatuh, tumpah meruah.
Pagi masih tampak berkabut, ketika seorang perempuan sedang tergesa-gesa menuju tempat dirinya mengabdikan jiwa dan raganya demi keselamatan makhluk di muka bumi ini, Rumah Sakit Ibu dan Anak Husada Bunda. Jas putih yang membalut tubuh rampingnya bergoyang tertiup angin pagi nan lembut. Dingin menusuk hingga ke tulang.
Sebuah nama tertera dengan jelas pada nametag yang menjuntai di lehernya. Kezia Carenina, seorang dokter kandungan yang dua tahun terakhir ini membantu persalinan para calon Ibu yang meneruskan keturunan mereka. Dokter Key, begitu ia biasa disapa.
Key pernah jatuh cinta, jatuh sejatuh jatuhnya. Key bahkan menyerahkan seluruh hatinya pada seorang pemuda, tempat ia mempercayakan hatinya. Tapi apa hendak di kata? Sesuatu yang berlebihan tidak menghasilkan hal yang baik. Janji suci pernikahan yang mereka mimpikan harus tertebas oleh kenyataan. Pemilik separuh hidupnya, telah di jodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Key bukanlah orang yang mereka tunggu untuk melahirkan anak-anak dari kekasihnya, Arzio Rafael.
Bayangkan betapa remuk redam perasaan Key ketika itu. Bayangkan bagaimana hancur hatinya. Key meletakkan seluruh perasaannya pada hati Rafael, lalu perasaan itu di tepis begitu saja oleh kedua orang tua Rafael.
"Tidak, Rafael! Mama dan Papa tidak akan pernah setuju kalau kamu ingin menikahi gadis itu!" sergah sang Mama tersulut emosi saat Rafael memperkenalkan Kezia sebagai kekasih sekaligus calon istri pilihannya.
"Ma, Rafael mencintai Kezia. Izinkan kami hidup bahagia, Ma!" jawab Rafael.
"Mama akan mengizinkan kamu menikah, tapi dengan gadis pilihan Mama. Jangan bodoh, Raf. Keluarga kita keluarga terpandang. Harusnya kamu selektif dalam memilih pasangan hidup," Sahut Mama kembali.
"Key wanita baik-baik, Ma!"
"Cukup Rafael! Jangan membantah. Kami ini orang tua kamu. Kami tau apa yang terbaik untuk kamu," sambung sang papa.
Key yang tak dapat lagi menahan semua beban dalam hatinya, berdiri dari duduknya.
"Maafkan Key, Om dan Tante. Key sangat mencintai Rafael. Jika itu keputusannya, Key pasrah. Key memang bukan siapa-siapa. Key juga bukan dari keluarga terpandang. Ayah Key hanya seorang supir Taxi, Bunda Key hanya seorang penjahit. Memang sangat tidak pantas jika di bandingkan dengan Om dan Tante yang hidup berkecukupan. Key tak apa, asal Rafael bahagia, Key rela. Maafkan Key yang telah membuat Rafael membangkang pada kedua orang tuanya. Tapi sungguh, Key tidak bermaksud seperti itu," ujar Key. Air matanya telah jatuh, pipi yang selalu cantik saat tersenyum itu, kini basah. Key patah hati. Cinta yang ia jatuhkan sejatuh jatuhnya pada Rafael, akhirnya membuatnya terpuruk dalam. Masih dengan isak tangisnya, Key menunduk, kemudian membelokkan langkah kakinya kearah pintu rumah megah bak istana itu. Key sadar, ia memang tidak akan pernah menjadi seorang princess yang tinggal dalam istana megah. Ia bukan cinderella. Key sangat menyadari itu.
"Key, tunggu! Key, jangan pergi! Key! Kezia! Kezia Carenina!" teriak Rafael agar Key menghentikan langkah kakinya. Rafael hendak menyusul Key, saat tangannya di tahan oleh sang Papa, dan Mamanya menutup pintu itu, lalu menguncinya agar Rafael tak dapat keluar.
Keesokan harinya, Rafael berniat menemui Key di rumah kontrakannya. Tapi sayang, Key sudah tak ada disana. Rafael mencari Key ke kampusnya, tapi tidak bertemu. Key menghilang, menghilangkan diri lebih tepatnya. Rafael berusaha mencari tahu keberadaan Key lewat teman-temannya, tapi tidak ada yang tahu dimana Key berada. Key, hilang bagai di telan bumi.
YOU ARE READING
Heart Break
Short StoryBahwa cinta memang tak harus saling menggenggam tangan. Takdir yang mempermainkan hati Kezia dan Rafael begitu kejam mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang serba tidak mungkin.