"Boleh aku minta lagi?"
Si bartender melirik Taeyong sekilas dari sudut matanya. Tentu saja, dia sudah duduk menyendiri di meja bar hampir satu jam sekarang dan terus meminta minuman yang sama.
Meja bar terbuka ini sengaja disiapkan ditengah-tengah acara Gala Dinner dan lelang amal –membosankan- yang diselenggarakan oleh perusahaan kekasihnya, Bona.
Bona memaksa Taeyong datang, tapi kini malah mengabaikannya dan sibuk sendiri. Membuat Taeyong ingin mengumpat saja.
Menyerahkan minum, si bartender tidak mengatakan apapun. Taeyong tidak heran mendapat kesan tidak menyenangkan itu. Dia memang sudah seperti orang tersesat, tak jauh berbeda dengan gelandangan sekarang. Dialah satu-satunya di sini yang memakai tuxedo murahan diantara lautan para bussinesman sukses yang mengenakan pakaian buatan desaigner terkenal.
Taeyong minum tanpa mengatakan apapun lagi dan melirik jam saku kunonya.
Benar, tepat satu jam.
Dia menghela napas.
"Tidak menikmati pestanya?"
Suara itu datang dari sampingnya dan Taeyong terlonjak. Menghabiskan bergelas-gelas cocktail tidak serta merta membuatnya lambat bereaksi.
Dia berputar di bangkunya untuk berhadapan dengan -mungkin ini karena efek minuman, tapi Taeyong tidak bisa memikirkan kata lain untuk menggambarkannya selain- the hot dan sexiest man ever?
Tinggi dan tampan dengan brown hair-nya. Dia tersenyum. Deretan giginya rapi dan putih seperti pemeran iklan pasta gigi di televisi. Dua bolongan cacat di kanan-kiri pipinya menambah kesan charming. Mata cokelat hangatnya, berkerut membentuk garis saat tersenyum seperti itu.
He looks so... inviting.
Jelas bukan jenis orang yang bisa ditemui di sembarang tempat.
"Oh, eh- tidak juga-"
Taeyong berhasil mengeluarkan suara sebelum terputus oleh sebuah tawa merdu.
Pria itu meminta minuman dan si bartender langsung dengan sigap menyiapkannya. Menaruh gelas di hadapan pria itu ditambah bonus 'silahkan dinikmati, tuan' dalam nada sopan.
Tidak heran, melihat potongan jas pria itu -yang rapi, mewah, elegan- diatas kemeja yang dua kancingnya terbuka dan menonjolkan bisep dan dada bidangnya yang mengesankan, dia pasti tipe orang yang sangat disukai si bartender -karena sering memberi tips dalam jumlah besar. Tidak sepertinya...
"Jangan sungkan begitu padaku,"
Pria itu mengedipkan matanya kemudian meneguk kembali minumannya tanpa ragu-ragu.
"Menurutku juga, pesta ini sangat membosankan. Tidak ada hal menarik yang bisa ditonton, dan sebagian besar orang-orang disana memang semembosankan yang terlihat."
Dia meringis kemudian tersenyum.
Taeyong merasa dirinya membalas senyum itu. Ketegangan di tubuhnya memudar perlahan.
"Sebenarnya tidak seburuk itu," Taeyong berkata setengah hati. "Well, aku memang tidak mengenal siapapun disini, tapi setidaknya ada minuman gratis." Ia mengangkat gelasnya sedikit.
"Jadi," kata pria itu, bersandar nyaman di meja bar. "Apa itu berarti kau tersesat di sini? Bagaimana kau bisa masuk? Apa kau tamu undangan atau masuk dengan cara illegal-"
"Tidak, tidak!"
Taeyong bergegas memperbaiki penampilannya. Dia tidak mau disangka penyusup. Dan untuk beberapa alasan yang tidak dia mengerti, pipinya menghangat di bawah tatapan intense pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnatural Thirst [on hold]
FanfictionYAOI. 🔞 Taeyong tidak tahu siapa pria itu, tapi pria itu tahu tentangnya.