Sebatas Rasa Untuk Kita

14 0 0
                                    

Sebatas Rasa Untuk Kita~

----------

Ingin ku berlari jauh

Namun aku tak mampu

Bersembunyi darimu

Selaluku tepis bayanganmu

Tapi luka semakin menganga dalam kalbu

Kubiarkan semua apa adanya

Meski ku semakin larut dalam harapan hampa

Aku tunggu ketulusanmu

Walau harus selamanya

Aku memendam rindu. . .

Mungkin itulah sebuah curahan hatiku ini, yang dilanda kesedihan karena cinta. Padahal ini adalah pertama kalinya aku jatuh cinta. Namun, cintaku aneh. Mencintai dia, yang mempunyai saudara kembar yang membenciku. Ya, sosok yang aku cintai itu mempunyai saudara kembar. Namanya Angga dan Anggi.

Anggalah yang aku cintai. Dia telah berhasil menarik hati ini, untuk mencintainya. Sedangkan Anggi. Huft, dari tatapannya aja, aku sudah bisa menilai, kalau dia membenciku. Entah aku sendiri juga nggak tau, apa salahku.

Angin berhembus, menerpa wajahku dan menusuk tubuhku yang dibalut jilbab. Aku terus terduduk di rumput, sambil menatap gunung yang menjulang tinggi dari kejauhan mataku.

Pikiranku teringat pada kenangan masa SMP dulu.

Sampai di perpus. . .

"Nil? Loe dicariin orang tuh!" lapor Icha, sahabatku.

"Siapa?" tanyaku cuek.

"Hmm... siapa ya?" Icha pura-pura mikir, sambil menggodaku. Aku mengangkat satu alis.

Icha melihat sesuatu. "Sama dia!" tunjuk Icha pada Angga, yang baru menginjakkan kaki di perpus. Aku bengong. Benarkah yang dikatakan Icha ini? Angga menatapku sambil tersenyum. Hatiku entah mengapa, jadi cenat-cenut. Akhir-akhir ini, semenjak sering bertemu Angga selalu perhatian dan rajin ke perpus. Aku cuek, tidak mengubris. Toh pekerjaanku sebagai anggota perpus, masih menumpuk.

"Aku bantuin ya?" tawar Angga, dengan senyum tulus. Ia sedikit salting.

Tak kuat menahan senyum, akhirnya aku tersenyum juga buat dia. "Up to you." Jawabku.

Dan benar saja. Angga membantuku. Ia tata rapih buku-buku yang berantakkan. Aku tersenyum melihatnya.

"Cie... cie..." goda Faris. Sahabat Angga. Aku dan Angga masa bodo. Memang persamaan kita disekolah itu, sama-sama cuek. Namun, walau Angga cuek, tapi

banyak saja cewek-cewek yang mendekatinya.

Aku tersadar, sambil tersenyum mengingat itu. Mataku tetap menatap pemandangan gunung di kejauhan. Pikiranku kembali teringat kenangan masa SMP.

Waktu itu, aku sakit di sekolah. Perutku sakit dan kepalaku terasa pusing. Akhirnya aku dibawa ke ruang uks, dirawat oleh anak PMR kelas delapan. Tiba-tiba datang salah satu anak PMR, bernama Sufi.

"Kak, dapat surat nih!" katanya sedikit menggoda.

"Dari siapa?" tanyaku. Keningku berkerut bingung.

"Sufi udah janji, sama orangnya, nggak bakal ngasih tau namanya ke kakak. Maaf ya kak!" terangnya.

Aku heran, namun langsung kubuka saja surat itu, dengan perasaan campur aduk.

Mengenalmu

Anugerah dalam hidupku

Memilikimu

Sebatas Rasa Untuk KitaWhere stories live. Discover now