Hari ini Depok diguyur hujan, deras. 30 menit menunggu di statiun. "Bukan hujan yang mudah berhenti" gumamku sembari menatap air yang jatuh dari langit malam. Ini akan lama sekali. Akhirnya kuputuskan melewati peron yang tandanya aku sudah keluar dari statiun.
Satu dua .. tiga, empat, lima .. ah, terlalu banyak anak-anak menawariku ojek payung. Dari yang kira-kira masih SD sampai SMP remaja tanggung.
Mataku menangkap bocah itu, tersenyum menyodorkan payungnya.
.
.Kami berjalan dibawah hujan-diatas genangan air semata kaki tanpa tahu apa yang kami injak. Berjajar bocah-bocah sekitar 9 tahunan yang berlaga bak petunjuk arah. Mereka menginjak-injakkan kakinya lalu berkata "lewat sini kak" Ah, manis sekali mereka. Lalu aku dan si ojek payung berjalan menembus hujan. "Lewat sini Bu" Katanya, Ibu? Apa dia tidak melihat aku yang masih imut begini? 😂 "Oh iya". Timpalku.
Lalu. Diam yang cukup lama, hanya suara petir memecah keheningan. Setiap kali petir terdengar, kalimat Istigfar keluar dari mulutnya "Astagfirullah". Sedangkang aku menunduk dalam. Ada sesuatu yang dipikirkan.
Sampai dipertigaan, ada dua jalan yang bisa menuju kontrakan. "Teteh, lewat sini aja bisa kok". Tanpa bicara, kami berjalanan beriringan melintasi terminal yang cukup panjang. Tadi BU, sekarang Teh. Dasar bocah labil.
Ya Robb aku BAPER. Ya, aku baper. Dia remaja tanggung sekitar SMPan.
Biasanya bila sedang ngojek payung, aku selalu berbincang dengan bocah-bocah itu, bertanya berapa umur mereka, rumahnya dimana, kelas berapa dan banyak lagi. Tapi, kali ini aku diam.
Diperlintasan terminal, kaki yang sudah sejak tadi bercampur lumpur ini terjerembab dalam kubangan air, spontan tanganku meraih tangan bocah si pengojek payung, lagi pula bila seseorang akan terjerembab sudah pasti akan segera mencari objek sebagai pegangan agar tak terjatuh, bukan? Dan, satu yang harus kalian ketahui, aku tidak mungkin spontan memegang tangannya jika dia seorang kakek-kakek (Eh, engga deng. Justru kalau kakek-kakek harus dibantu yah ... Maafkan aku ya, Kek 🙏) karena dia masih bocah pikiranku.
Tapi, justru karena dia bocahlah yang membuat BAPER.
Kami sampai di jembatan penyebrangan/JPO, aku hendak mengeluarkan uang, tapi ... " Sampai atas saja Teh" ujarnya.
Sesampainya diatas, aku berterima kasih dan memberi upah atas kebaikannya. Pertama, sebagai ojek payung yang telah meminjamkan payungnya. Kedua, karena dia telah menemaniku berjalanan dibawah derasnya hujan.
"Iya Teh, sama-sama" Balasnya, lalu tersenyum bergegas pergi. Mencari rezeki lagi. Semoga Allah melindungimu dan memberkahi rezekimu.
Setelahnya, aku berjalan sendiri diatas lorong JPO. Dan, aku BAPER. Dia tampan Ya Allah.
.
.
.
.
.
.Bila saja dia masih ada, mungkin usianya sama dengan si Ojek payung tadi. Kita belum sempat berjalan dibawah hujan bersama, bukan? Semoga disana hujanmu adalah kebahagian 👫
- Selesai -
Maapin ya kalau banyak yang rancu, diketik dari handphone hehe. Semoga suka 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
OJEK PAYUNG - DEPOK
Short StoryCinta sangat luas maknanya, bisa datang pada siapa saja, kapanpun dan dimanapun bahkan dibawah guyuran air hujan. Seperti aku yang jatuh cinta padanya sejak pertama tetesan air dari langit malam itu berjatuhan diatas payung pengantar cerita ini. Ten...