Marc's POV
Aku memikirkan gadis manis itu. Senyum nya. Wajah kaget nya. Wajah malu nya. Ketika ia marah. Aku tertawa ketika mengingat betapa malu nya dia ketika masih memakai helm ku.Aku belakangan ini sedang malas bekerja. Sudah dua hari ini aku pulang siang. Sekarang aku berniat untuk pulang ke rumah ku sendiri.
Saat sedang menyetir, mata ku tak sengaja menangkap wajah yang tak asing bagi ku. "Sarah.." gumamku.
Sarah terlihat sedang mencari-cari sesuatu. Aku langsung meminggirkan mobilku. Setelah itu, aku turun dan menyebrang menghampiri Sarah.
"Hey.." sapaku yang membuatnya terpekik kaget.
"Shit.. ku kira siapa!" Ucapnya sedikit mengumpat.
Aku terkekeh, "kau sedang apa disini?" Tanyaku.
Dia menunjukkan selembar kertas, "kau tau alamat ini?" Tanya nya.
Aku membaca alamat yang ada di kertas itu, "yeah I know.." jawabku yang membuat pupil mata nya membesar.
"Ahh finally.."
"Kau tau? Aku sudah setengah jam mencari alamat sialan itu!" Ucapnya kelewat senang.
Lagi-lagi aku terkekeh, "bagaimana jika aku mengantarmu?" Tawarku.
"Soal sepeda mu, nanti biar ku suruh teman ku mengantar ke toko mu.." lanjutku.
"Dan waktu kerja mu sudah habis kan?" Tanya ku lagi melihat sudah jam lima sore.
"Baiklah.. aku ikut!" Jawabnya lalu mengambil bunga yang ada di keranjang sepeda nya.
Lalu aku menyuruh salah satu teman ku untuk mengantar sepeda Sarah ke tempatnya.
Aku mulai melajukan mobilku. Di mobil terjadi keheningan. Aku melirik ia sedang memainkan bunga yang ada digenggamannya.
"Kau sudah berapa lama bekerja di toko bunga itu?" Tanyaku memecah keheningan.
Dia menoleh ke arah ku, "uhm 3 tahun kurasa.." jawabnya.
"Kemana orang tua mu?" Tanyaku.
Dia terdiam sejenak, "sudah tak ada.." jawabnya seperti tak niat menjawab.
"I'm sorry.." ucapku merasa bersalah.
"It's okay.. sudah lama juga.." balasnya sambil tersenyum.
"Lalu.. kau kerja apa?" Sarah bertanya pada ku.
"CEO.. melanjutkan bisnis keluarga ku.. sebenarnya cita-cita ku ingin menjadi chef.. tapi ayahku berpesan agar aku melanjutkan bisnis nya.." jawabku sedikit bercurhat.
Dia mengangguk. "Kau penurut ya.." ucapnya sambil terkekeh.
Lalu sampailah kita di alamat tadi. Sarah pun turun dan aku memutuskan untuk menunggu di mobil.
Aku memperhatikan gerak-geriknya, Sarah memencet bel rumah itu dan tak lama keluarlah nenek-nenek. Aku dapat melihat nenek-nenek itu tersenyum senang. Lalu Sarah pun masuk ke dalam mobil ku.
"Aw kasian sekali nenek itu.. ia tinggal sendirian dan suami nya baru seminggu yang lalu meninggal.." ucap Sarah dengan nada sedih.
Tiba-tiba terdengar suara petir. "Fuck!" Ia terlonjak kaget.
"Kau takut petir?" Tanyaku.
"Sangat.." jawabnya pelan.
"Bagaimana jika kita ke rumah ku yang tak jauh dari sini?"
Dia hanya mengangguk lalu aku melajukan mobilku dengan sedikit kencang.
Rumah ku ini memang sedikit tersembunyi. Aku sengaja agar tak ada yang tau rumah ku. Dan rumah ini dikelilingi pohon-pohon besar.