Prolog.

364 32 37
                                    

May, 28th 2019
Saint jniefar Louîsa Hospital
.

1:09Am, Los Angeles

.
.
P R O L O G

Suara tangisan, bayi itu bagaikan sebuah kesalahan yang tak dapat di elakkan. Di tengah, Sepi nya Malam. Ia terlahir, di dunia tanpa hadirnya seorang ayah. Bayi mungil itu, adalah suatu kesalahan dari sepasang remaja yang melakukan hubungan diluar pernikahan.

Tangisan nya, yang begitu keras. Membuat sang ibu, merasa bahagia. Merasa hidup. Walaupun ia tahu, bahwa bayi tersebut adalah kesalahan dari kedua orangtuanya, di masa lampau.

Tetapi, itu tak menyurutkan semangat sang ibunda, yang merasa kebahagiaan nya tak dapat ia bendung. Karena, malaikat kecilnya tlah lahir, dan hidup di dunia.

Walaupun, tanpa hadirnya seorang ayah di sisi, mereka.

.
.
.

"Rose? Bagaimana? Sayang.. apakah? Ia cantik, seperti ibunya ataukah ia tampan seperti pamannya, mungkin?" Ucap seseorang disana yang, sedang mempertanyakan sesosok wanita yang sekarang ini mengangkat panggilannya.

"Huh, Cata. Apakah kau tak tanyakan bagaimana kabarku dahulu? Kenapa kau jadi, langsung menanyakan bayiku. Kurasa, kau memang tidak peduli padaku." Ucap sosok wanita, tersebut dengan nada jengkel dan tahan tawanya akibat perkataannya sendiri yang menuju kata merajuk.

"Damn, honey! You most kidding, me? Huh, untung saja kau ponakan ku. Jika bukan? Aku sudah pastikan, kau meninggal hari ini akibat gigitanku." Ucapnya, dengan umpatan kurang sopannya, tanpa meninggalkan nada jenaka didalamnya.

"Cata. Aku ini ponakanmu, bisakah kau kurangi umpatanmu itu? Kau tahu? Aku lelah mendengarkan nya. Dan yeah, anakku Perempuan. Dan yang pasti ia cantik, sepertiku. Dan oh ya, ia memiliki mata biru ku. Jadi, ia milikku bukan?" Ucapnya to the point, sambil terus menempelkan barang genggam nya itu di telinga nya.

"Ouh, honey. Maaf. Aku hanya mencoba untuk menjadi, muda seperti kebanyakan remaja saat ini, huh. Okay, jadi ia perempuan. Menarik, pastinya. Haha, sudahku duga rose. Sayangku, kau akan menjadi ibu paling beruntung karena memiliki nya." Ucapnya, dengan nada bangga tanpa meninggalkan suara kesedihannya. Terharu. "Maafkan, aku sayang. Aku tak bisa menemanimu, dirumah sakit itu. Karena akupun, sedang ada pekerjaan dari kantor cabangku. Maafkan aku. Jaga ia, untuk ku dan dirimu Rosse." Ucapnya lagi-lagi dengan nada penyesalannya, sambil menitipkan sebuah kata untuk puteri kecil Rosse, yang sekarang ia anggap cucunya.

"Aku tahu, Cata. Dan ya, tak ada yang lebih indah selain kata maaf. Dan, oh sial. Aku tak ingin menangis," Ucapnya, terharu sambil menghapus air mata yang mulai mengalir tanpa ia suruh.
"Baiklah, aku tidak. Dan ya, aku juga akan sampaikan salam jagaanmu untuk puteri kecilku itu. Sekali lagi, semuanya tak apa bibi." Ucapnya menjawab lagi dan tersenyum haru. Sambil, menolehkan kepalanya ke kiri, bangkar pasien ini berada. Ia melihat, disana puteri kecilnya sedang tertidur cantik, di dalam sebuah baby box.

"Ya, Rosse. Kau harus kuat, jadi nama apa yang tlah kau persiapkan untuk tuan puteri kecil, kita itu rosse?" Ucap wanita itu, lagi. Sambil, bertanya kepada sesosok ponakan nya itu.

"Rousabelle Arquena Hill" Jawab. Wanita itu, dengan bangga menyebutkan nama puteri kecilnya, tersebut.

********

At Somewhere,

And the same, time.
.

.

Mom, Who's My Daddy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang