PROLOG

436 35 4
                                    

Hanida adalah gadis yang sangat periang, ia gadis yang sangat manja dan menyayangi kedua orang tuanya, namun takdir berkata lain. Hanida yang manja dan periang harus berubah menjadi anak yang pendiam setelah ibunya meninggalkannya untuk selamanya, ia merasa runtuh lahir dan batin, umi yang biasa ia sapa menghadap Allah lebih dulu dan meninggalkannya. Hanida yang kini menjadi anak piatu tinggal berdua dengan ayahnya, setelah setahun kepergian ibunya sang ayah memutuskan untuk menikah lagi dengan gadis pilihannya, saat itu usia Hanida empat belas tahun saat ayahnya memutuskan untuk menikah dengan gadis tersebut dan menggantikan posisi umi untuk Hanida, saat itu Hanida cukup kecewa ketika ayahnya memutuskan untuk menikah lagi namun Hanida juga menyadari tidak mungkin selamanya ayahnya hidup menduda, ayahnya juga punya hak untuk bahagia, dari pernikahan ayahnya dan ibu tirinya tersebut lahirlah adik laki laki Hanida bernama Lukman.

Perlakuan ibu tiri Hanida tidak menentu, terkadang ia baik namun terkadang juga jutek, sebagai anak tiri Hanida berusaha menjadi anak yang baik bagi ayah, ibu dan adiknya.

****

Kebahagiaan terpancar dari wajah beberapa siswi SMA tersebut, mereka baru saja mendapatkan surat pernyataan kelulusan dari sekolah mereka, Hanida dan teman temannya nampak tertawa tawa riang gembira karena setelah tiga tahun duduk dibangku SMA akhirnya mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, perasaan sedih tentu saja ada namun mereka tidak ingin terbawa situasi tersebut.

"Nid, bagaimana setelah ini kamu akan lanjut kemana nih" Tanya Ulfa

Nida hanya diam terpaku, ia tak tahu akan lanjut atau tidak pasalnya kondisi keuangan keluarganya saat ini sedang morat marit ditambah lagi ayahnya harus memenuhi kebutuhan Lukman yang yang masih berusia tiga tahun. Nida terdiam terpaku ia tersadar ayahnya yang seorang buruh serabutan hanya dapat memberikan makan seadanya untuk keluarganya. Belum lagi ibutirinya yang suka mengomel jika ayahnya pulang tak membawa uang.

"Belum tahu Ulfa, Bismillah aja mudah mudahan ada jalannya" Lanjut Nida.

"Ia Nid, semoga kita terus sukses ya dan tetap menjalin silaturahmi" Sambung Pipit kemudian, Nida tersenyum dan berharap persahabatannya dengan kedua sahabatnya ini dapat terjalin walaupun mereka sudah tidak bersekolah bersama lagi.

***

Nida pulang kerumah dan langsung disambut dengan tawa riang Lukman yang sudah menunggunya. Nida langsung menggendong balita tiga tahun tersebut dan membawanya kepangkuannya. Ia mengarahkan pandangannya kesetiap sisi ruangan rumahnya namun sepertinya ibu nya sedang keluar, Nida menarik nafas nya mendesah, inilah kebiasaan ibunya suka sekali meninggalkan Lukman sendiri. Nida pun mengajak Lukman bermain. Sedang asyik nya bermain bersama adiknya, suara ibunya tiba tiba menggema. Memanggil manggil nama Lukman. Balita tersebut langsung berlari menuju ibunya tatkala dipanggil wanita tersebut. Ibunya kali ini sangat senang melihat kehadiran Hanida, ia serta merta menyambutnya.

"Kamu sudah pulang nak" Seru ibunya yang langsung mendekati Hanida, Nida yang merasa curiga dengan sikap ibunya selama ini, ada apakah tidak seperti biasanya ia seperti ini.

"Ada apa bu, dimana Ayah" Tanya Hanida sekaligus memandangi wajah ibunya yang nampak senang.

"Ayahmu seperti biasa, paling lagi nyawah di haji udin" Ujar Ibunya memonyongkan bibirnya. Hanida hanya menganggukkan kepalanya mendengar ujaran ibunya.

"Eh kamu tahu tidak, ada laki laki yang lagi cari jodoh, kamu mau nggak ibu jodohin sama dia" Kata ibunya dengan raut wajah yang nampak senang. Hanida kaget sekaligus menghembuskan nafasnya secara kasar serta tak habis pikir dengan apa yang diinginkan ibunya, bukankah dirinya baru saja menamatkan sekolah menengah atas dan berharap bisa melanjutkan kuliah.

"Hanida tidak mau bu, lagian Nida kan baru saja tamat sekolah, dan berharap ingin melanjutkan ke kuliahan" Seru Hanida dengan wajah sendu berharap ibunya mengerti. Ibunya seketika memandang sengit ke Hanida.

"Apa kamu bilang mau lanjut ke kuliahan, kamu mikir nggak sih kalau kita ini miskin, MISKIN, kamu tau itu" Ujar ibunya dengan suara bergetar naik beberapa oktaf. Hanida tertunduk tak bisa berkata kata, sungguh ia belum ingin menikah di usia yang masih belia.

Ibu tirinya kemudian mencecar Hanida dengan omelan omelannya, Hanida berang namun ia tak dapat berbuat apapun, gadis itu lebih memilih mundur dan pergi kekamarnya, sementara ibu tirinya yang masih kesal terus saja melontarkan perkataan perkataan yang membuat hati Hanida terasa sesak.

"Assalamualaikum" Ayah Hanida pulang dan langsung mendengar omelan omelan dari istrinya. Bahkan salam dari sang suami pun tak dihiraukan lagi.

"Ada apa ini bu, ayah baru pulang kok udah ribut ribut" Timpal sang ayah yang pusing seketika Lukman ikut menangis merengek meminta es krim.

"Anakmu itu tidak tahu diuntung, dia sadar nggak sih kalau kita ini miskin, dia bilang mau sekolah lagi, sementara ayah saja cuma buruh serabutan" Ibu berkata dengan sengit dan berapi api. Sang ayah merasa pusing pasalnya baru saja pulang bukan sambutan yang ia dapatkan melainkan omelan dari istrinya.

"Bapak tahu tidak, tadi waktu ibu maen ke warung. Kami cerita cerita dan berhembus kabar, ada laki laki yang sedang cari jodoh. Ya udah ibu bilang aja Hanida juga lagi cari jodoh. kataknya dia orang yang lumayan berada pak. kan enak Hanida nggk perlu hidup susah lagi" Seru ibunya. Ayah Hanida memandang gusar pada istrinya. Entah apa yang ada di dalam pikiran wanita tersebut.

"Tetapi Hanida kan masih kecil bu, baru saja selesai sekolah. Apa dia mau menikah. Kasihan kan" Ujar Ayah membela putrinya.

"Pokoknya ibu mau Hanida menikah pak, supaya kita tidak hidup terlalu susah" Ibunya ngotot membuat suaminya semakin pusing.

"Apa maksud ibu sih. Sudahlah bu. Ayah baru pulang jadi sebaiknya tidak perlu membahas Hanida dulu, ayah capek bu ingin istirahat" Ujar Ayah nya. Lukman kemudian meminta uang ke Ayahnya untuk membeli eskrim, Ayah kemudian memberikan anak tersebut uang dua ribu rupiah kemudian dengan senangnya anak tersebut tersenyum dan pergi ke warung.

"Pokoknya Ibu akan cari cara supaya Hanida mau menikah pak. Dia sudah cukup besar untuk menikah" Wanita setengah baya tersebut berlalu meninggalkan suaminya.

Didalam kamar Hanida menangis karena ulah ibunya yang ingin menjodohkannya dengan laki laki yang tidak dikenalnya. Dirinya masih ingin melanjutkan sekolah. Apakah ia harus menyerah dan menuruti kemauan ibu tirinya untuk menikah. Bulir bulir bening jatuh membasahi pipi gadis tersebut. Dalam hening gadis itu memeohon doa pada Allah agar diberi jalan keluar yang terbaik, agar kehidupan keluarganya bisa berubah.

Bersambung

Assalamualaikum
Hai semua saya hadir dengan cerita baru...
semoga ada yang suka ya...
TQ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIDADARI DIATAS BIDADARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang