chapter 2 (Dad's POV)

82 2 2
                                        

Memiliki anak yang sakit merupakan hal yang menyita banyak waktu. Apalagi dengan penyakit langka seperti itu. Kami telah mencoba banyak hal agar ia bisa sembuh. Membawanya ke berbagai pengobatan alternative. Tapi tak ada hasilnya.

Terkadang kami masih memiliki kehidupan normal yang membahagiakan. rumah bagus, istri cantik, pekerjaan yang menyenangkan, dan anak laki-laki yang berprestasi di sekolah. Tapi di balik semua itu ada retak. Retak yang kami coba untuk perbaiki. Tanpa tahu sampai kapan kami bisa bertahan.

“Dad!” suara Sam pagi itu cukup mengejutkanku.

“Ya, honey?” tanyaku

“aku ingin pergi ke sekolah.” Katanya mengejutkan kami semua.

“sekolah? Tapi disana berbahaya sayang.” Anita terkejut dengan apa yang dikatakannya.

“Tapi aku bosan seperti ini. Aku ingin memiliki hidup normal layaknya remaja yang lain. Aku ingin memiliki teman, aku ingin pergi ke pesta. Aku ingin diperlakukan sebagaimana remaja normal.” Sam mengatakan itu semua dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Akhirnya kami mengizinkannya untuk belajar di sekolah. Sekolah biasa. Sekolah untuk orang-orang normal yang sehat  dan tak memiliki penyakit. Hari pertama ia pulang sambil menangis dengan seragam yang berantakan. Saat kami menanyakan apa yang terjadi ia hanya menangis. Hari kedua pun tak ada bedanya.

Setelah lelah memaksanya untuk bicara, istriku datang ke sekolah. Namun tetap saja tak ada guru yang tahu kenapa Sam selalu menangis sepulang dari sekolah. Hingga suatu hari kami menemukan buku dairy di kamarnya dan membukanya.

20 Desember 2011

Dear dairy,

 hari ini aku berhasil membujuk mama dan papa agar mengizinkanku belajar di sekolah normal. Aku benar-benar bahagia. Aku sudah lelah diperlakukan sebagai orang lemah. Aku ingin diperlakukan sebagai orang normal yang sehat. Aku sungguh bahagia. Benar-benar bahagia. Aku harap semua akan berjalan dengan lancar.

                                LOVELY DAY! YAY! 

21 Desember 2011

Dear dairy,

Today is the day. Nervous? Absolutely!

Hari ini adalah hari pertamaku di sekolah anak-anak normal. Aku begitu bahagia. Di sana ada banyak anak yang terlihat cantik dan tampan. Aku pergi ke toilet ku perhatikan kondisiku. Aku memakai kursi roda, wajah layaknya orang tua, dan tak ada sehelai rambut di kepalaku. Dikelas, aku tak mampu mengikuti pelajaran. Guru-guru itu sangatlah cepat dan sepertinya mereka tak peduli denganku. Tulang belakangku sakit. Aku rasa reumatikku kambuh lagi. Tapi aku tak bawa obat. Di kantin mereka menertawaiku, aku mulai mengerti arti bully seperti yang ada di novel yang sering kubaca karena sekarang aku mengalaminya.

22  Desember 2011

Dear dairy,

Hari ini masih belum ada yang mau jadi temanku. Apa karena penampilanku? Apakah aku terlihat sangat tua? Seusai sekolah mereka mempermainkan kursi rodaku lalu mentertawakanku. Apakah aku benar-benar hina bagi mereka? Tak pantaskah aku tuk jadi teman mereka?

23 Desember 2011

Hari ini ada yang tak beres denganku. saluran pernafasanku seperti tersumbat. aku tahu aku sakit. tapi aku tak boleh memberitahukan tentang hal ini pada siapapun. Tuhan tolong Sam. Sam harus kuat.

Kring..Kring.. telepon rumah berdering dan sepertinya seseorang telah mengangkatnya.

"TUAN..TUAN" suara Nasya, pembantu kami terdengar khawatir.

"Ada apa? Siapa itu?" tanyaku sambil berlari keluar dari kamar Sam.

"Tuan telepon dari sekolah non Sam. me..mereka..mereka bilang.." kata-kata Nesya terputus dengan tangisan.

"Mereka bilang apa?" tanyaku panik.

"Mereka meminta tuan untuk segera ke rumah sakit. Non Sam di larikan ke rumah sakit tadi." kata Nesya membuatku berlari menuju mobil. hanya tuhan yang tahu bagaimana aku bisa sampai ke rumah sakit dengan selamat.

Saat kutanya apa yang terjadi para guru itu hanya menunduk. Mereka tak berani menatapku. Ternyata Sam benar-benar dalam kondisi terburuknya hari itu tapi ia memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah. Guru itu memberitahukan bahwa ia melihat Sam mengalami sesak napas saat beberapa temannya menggodanya. Mereka mengambil inhaler Sam.

"Mr. Bernart." sapa dokter Michael.

"Bagaimana kondisi putri saya?" tanyaku padanya.

"Maafkan saya..Tapi saya rasa ini saatnya..Ia ingin bicara pada anda" kata dokter Michael sebelum pergi.

Aku memasuki ruangan itu. Kulihat tubuh mungilnya terbaring lemah. Istriku dan Harry sudah lebih dulu berada di sana. Sam memberiku senyuman. Senyuman lemah. Kami membicarakan banyak hal hingga dokter Michael masuk. Ia memberi isyarat padaku dan istriku untuk keluar.

"Aku rasa ini sudah saatnya. Lebih baik kalian membawanya pulang. Ia akan lebih bahagia untuk menghabiskan waktu di rumahnya. Dikelilingi oleh orang-orang yang ia cintai." kata dokter Michael.

"Tidak, dia masih kuat dan akan selalu begitu." istriku, Anne menangis setelah mengatakannya.

"Maafkan aku. Tapi aku sudah berusaha." kata dokter Michael sebelum mengikuti kami kembali ke ruangan Sam.

"Dokter?" panggil Sam saat dokter Michael memeriksanya

"Ya, princess?" jawab dokter Michael.

"apakah ini saatnya?" tanya Sam dengan suara polosnya yang hanya dijawab dengan senyuman sedih oleh dokter Michael.

"Saatnya untuk apa?" tanya Anne dan Harry bersamaan.

"Apakah aku akan merasakan sakit?" tanya Sam tak menggubris pertanyaan Harry dan Anne.

"Tidak, akan ku pastikan kau tak merasakan apapun." kata dokter Michael sebelum memberi Sam kecupan dan keluar.

"Aku ingin ke cafe." kataku.

"Dad, jangan! Sam mau dad tetap disini hingga Sam tertidur. Sam sudah lelah." kata Sam sambil meraih tanganku, tangan Anne, dan tangan Harry.

Aku berharap akan ada keajaiban malam itu. Tapi tak ada. Sam meninggal dalam tidurnya. Kami memakamkannya di samping makam orang tuaku. Sisa hari itu kami benar-benar kalut. Teman-teman Sam yang membuat kondisinya memburuk datang ke rumah kami keesokan harinya. Mereka meminta maaf pada kami sambil membawakan barang-barang Sam yang tertinggal di sekolah.

Di dalam tas Sam aku menemukan sepucuk surat.

dear Dad, mom, and Harry,

Aku tahu kalian akan merindukanku, tapi jangan pernah berpikir bahwa aku akan melupakan kalian atau berhenti mencintai kalian hanya karena jasadku sudah tak ada. aku cinta kalian. aku akan selalu mencintai kalian walau hari berganti. suatu hari nanti kita akan bersama lagi. Hingga saat itu tiba mungkin kalian bisa mengadopsi seorang anak perempuan. Ia bisa memakai kamarku dan kalian bisa memberikan semua barangku padanya. atau mungkin kalian lebih ingin anak laki-laki lagi. Namun mereka tak akan menyukai barang-barangku. Laki-laki dan perempuan menyukai hal yang berbeda. aku rasa hanya itu yang bisa kutulis. aku harap kalian selalu bahagia.

Love,

Sam

My lifeWhere stories live. Discover now