Miyoung's POV
Setengah berlari aku memasuki halaman rumah sakit. Sapaan ramah seorang petugas keamanan yang menyambut kedatanganku hanya kubalas dengan lambaian tangan. Tidak ada waktu untuk sekedar mengucapkan "Annyeong" atau berbasa-basi. Aku harus cepat. Aku terlambat!
Sebenarnya semua ini bukan murni kesalahanku. Kepala ruangan kami baru menghubungiku 1 jam sebelum acaranya berlangsung. Masih dengan style rumahan dan segudang kegiatan pribadi lainnya, wanita mana yang bisa menembus kemacetan Gangseo dalam waktu 30 menit?
Pintu ruangan yang kayunya diimpor dari negara tropis itu sudah tertutup saat aku tiba di depannya. Hal ini menandakan kalau pertemuannya sudah dimulai. Setelah memastikan rambut dan seragamku rapi, aku mengetuk sebanyak 3 kali.
"Masuk!" Suara tegas terdengar dari dalam ruangan, membuatku meraih pegangan pintu dan sedikit melakukan gerakan mendorong untuk membukanya. Dan begitu aku masuk semua mata tertuju padaku. Ya Tuhan, ternyata pertemuan ini dihadiri oleh para petinggi rumah sakit juga!
Hwang Miyoung.. semoga kau tidak mendapat surat peringatan setelah ini."Jhwesonghamnida, Seonsaeng-nim. Saya terjebak macet."
"Eoh.. Ghwenchanayo. Silahkan duduk." Profesor Kim yang memimpin rapat mempersilahkanku masuk tanpa menyebut namaku. Lagipula, tidak mungkin dia tahu. Aku hanya karyawan biasa disini. Jadi mengenalku adalah hal yang tidak perlu dan tidak penting.
Aku memandang ke semua penjuru mencari-cari kursi yang harus kutempati sampai Yoona melambaikan tangannya padaku.
"Mian, aku terlambat."
"Ghwenchana. Siapa suruh mengadakan rapat mendadak seperti ini. Kita mau datang saja sudah untung." Hyoyeon yang duduk di belakangku menjawab asal.
"Ya! Jaga bicaramu! Kalau ada yang mendengar bisa gawat. Aku tidak mau mendapat teguran lagi." Taeyeon yang merupakan kepala shift kami menimpali dengan bisikan sementara Hyoyeon dan Yoona hanya terkikik pelan.
"Memangnya apa yang dibahas tadi?" Tanyaku pada Taeyeon.
"Biasa. Evaluasi bulanan, tapi kali ini lebih serius. Jadi, pihak direksi memutuskan untuk melakukan mutasi." Jelas Taeyeon.
"Mutasi? Maksudnya pindah bagian?"
"Ani. Hanya pergantian asisten dokter saja. Sepertinya ada dokter yang merasa tidak puas dengan hasil pekerjaan kita."
"Hasilnya sudah diumumkan?"
"Belum. Petugas yang baru akan diberitahukan oleh kepala ruangan masing-masing."
Hyoyeon dan Yoona menghentikan tawa mereka.
"Kabar buruk." Ujar Hyoyeon.
"Hmm.. buruk sekali." Timpal Yoona setuju. "Kita seperti keluar dari kandang serigala dan masuk ke kandang singa."
Setelah itu aku tidak terlalu menyimak apa yang mereka bicarakan. Aku perlu mengasingkan diri sejenak untuk menenangkan jantungku yang bergemuruh karena berlari tadi. Aku tidak terlalu menyukai topik pembicaraan mengenai kesalahan jenis apa saja yang sudah kami lakukan. Memikirkan bahwa aku masih harus bekerja sebagai asisten dokter sepanjang sisa tahun ini saja sudah membuatku pening apalagi membahas masalah lain.
Saat aku mengarahkan pandangan ke depan, tanpa sengaja mataku bertemu dengannya. Mata beriris cokelat dengan sorot yang tajam. Dia terus menatapku. Keningnya berkerut seperti sedang melakukan penilaian. Mau tidak mau aku jadi salah tingkah. Memang, ada yang salah ya dengan penampilanku?
**LH**
"Mwo?!" Pekikku tertahan dengan mata membulat.
Yuri, kepala ruangan kami, mengerutkan dahi. "Apa perlu bereaksi seperti itu?" Tanyanya sambil menaikkan alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lion Heart ❤
FanfictionLingkungan kerja yang nyaman--selain gaji-- adalah syarat mutlak untuk Mi Young. Selama kau mematuhi aturan, kau akan tetap aman. Setidaknya itulah yang akan membuatmu 'selamat'. Namun, apa jadinya jika Mi Young bekerja dengan atasan yang dingin, pe...