🌌

203 15 4
                                    

Dapat kulihat seorang gadis berambut panjang tengah mendekat ke arahku dari belakang. Umm, kalian bertanya bagaimana bisa aku mengetahuinya padahal posisi dia bertolak belakang dengan jarak pandangku? Yah, lihat saja sendiri. Ada genangan air sisa hujan yang membentang luas di sisi lain trotoar ini, membuatku dapat melihat apa saja yang terefleksikan dari dalamnya. Salah satunya adalah pemandangan yang ada di balik punggungku ini.

"Hyojong-ah! Apaan sih kamu itu. Jalan kok lemes banget?" Ujar gadis tersebut setelah mempercepat langkah kakinya untuk mengurangi jarak di antara kita, tak lupa untuk merangkulkan lengan kanannya pada bahu kananku.

"Haha, aku 'kan emang gini orangnya, Pabo-ya." Aku menjawabnya dengan nada khaskuㅡkatanya, aku memiliki nada yang tak kalah khas dengan kebiasaanku, yaitu nada dan kelakuan layaknya orang hemat energi. Alias malas. Ada-ada saja. Padahal aku memang begitu orangnya.

Setelah dialog singkat tersebut, gadis yang tingginya sedikit lebih pendek dariku iniㅡaku benci membahas tinggiku sendiri untuk saat ini, tapi memang begitu faktanyaㅡ melepaskan rangkulannya dari bahuku. Ia lalu menyejajarkan dirinya denganku sambil ikut berjalan pelan, menautkan jari-jemari tangannya ke belakang, sambil sesekali melihat ke bawah dan menendangi kerikil-kerikil ㅡyang menghalangi jarak pandangnyaㅡ ke depan.

Kemudian, tak ada lagi percakapan di antara kita. Namun, bukan berarti suasana hening tercipta setelahnya. Sesekali, terdengar senandung kecil yang keluar dari bibir mungil milik gadis yang telah lama kukenal ini. Atau bunyi-bunyi lain yang menurutku membangun suasana 'nyaman' di antara kita. Seperti bunyi kayuhan pelan dari sepeda yang baru saja melewati kita, kodok yang bernyanyi riang sehabis hujan, atau derasnya suara air yang melewati selokan kecil yang terletak di antara jalan dan trotoar tempat kami berpijak. Semuanya sungguh menenangkan. Bila ditambah senyuman menenangkan yang kerap terlukis dari raut wajahnya itu, maka semua ini adalah paket komplit dari apa yang kudefinisikan sebagai 'keindahan.' And I... really cherish this moment.

ㅡ;🌟

"Omong-omong, kita emang mau kemana?" Ucapnya kembali memulai pembicaraan.

"Haha. Aku tau kamu emang bodoh. Tapi setelah setengah jam kamu ngikutin aku, dan baru nanya sekarang? Ckck. Pabo-ya."

"Yak! Tolonglah, aku ini nanya. Bukan minta dihina! Hyojong-ah ayolah~"

"Iya, iya. Well, seperti biasa. mau ke basecamp rahasia...Yang sangat sangat sangat sangat sangat tidak rahasia lagi bagimu..." Kali ini aku mengucapkannya sambil mendesah pelan, berusaha menunjukkan ekspresi kecewa. Namun tetap saja, dapat kurasakan secuil senyum tipis lolos dari sudut bibirku.

"YAELAH! Bilang dong dari tadi. Kupikir mau kemana, habis udah gelap gini malah keluyuran. Kan jadi kepikiran..."

"Nah, salah siapa mau ikut-ikut sini?"

"Yak! Hyojong-ah!"

"Hahaha..."

Aku menutup pembicaraan kami dengan kekehan singkat sebelum berlari pelan untuk kabur meninggalkan gadis yang kini tengah memandangiku dengan raut sebal. Kemudian ia berusaha mengejarku sambil sesekali mengangkat kepalan tangan kanannya ke atas ㅡoh tidak, dia sungguh seperti akan menghajarku. Meski begitu, langkah kakinya jauh lebih cepat dariku. Membuat niatku yang awalnya hanya berlari kecil untuk kabur karena telah menggodanya, berubah menjadi benar-benar berlari untuk menyelamatkan nyawakuㅡatau setidaknya badanku.

Akhirnya, terciptalah adegan kejar-kejaran di antara kami yang masih mengenakan seragam sekolah ini. Masa bodoh dengan ransel yang sedari tadi sibuk bergoyang dan menabrakkan diri di punggungku, dengan beberapa kendaraan bermotor yang sibuk berlalu-lalang di sisi lain trotoar ini, maupun dengan hingar-bingar cahaya yang dibuat olehnya, lampu jalan, atau dari bangunan sekitar untuk menggantikan tugas sang surya yang perlahan mulai samar sinarnya. Kini aku tengah sibuk berlari untuk menyelamatkan diri dari pukulan tangannya yang walau terlihat indah dan halus bila digenggam, akan sakit kalau mengenai permukaan tubuhmu dengan keras.

Universe ▪ E'Dawn [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang