I am a "Nightfall"

33 6 0
                                    

~Senja Kirana~

Jalanan sepi di sore ini membuatku benar-benar merasa sendiri. Langit senja pun seakan merangkul ku hangat, walaupun angin terus saja menghantam keras wajahku dan menertawakan ku yang terus menerus bersedih dan tak pernah bangkit dari keterpurukan. Seseorang menepuk pundakku dan menyapa hangat.

"Sedang apa kau, Senja?" tanya Rain-dia sahabatku.

"Tidak ada. Hanya sedang menikmati matahari terbenam saja," jawabku.

"Sepertinya kau masih teringat Alam, ya?"

Deg! Bagaimana mungkin Rain mengetahui itu?

"Sudahlah, Senja. Jangan berbohong padaku dan berusaha menutup diri. Kita sudah cukup lama bersahabat," ujar Rain.

"Aku hanya masih belum benar-benar melupakannya saja, apa lagi rasa sakit saat melihat dia meninggalkanku dan melepaskanku begitu mudahnya," aku tersenyum miris, mataku mulai terasa berair.

"Senja... dengarkan baik-baik," Rain menghadapkan tubuhku ke arahnya.

Aku hanya menaikkan bahuku sedetik dan menurunkannya lagi dengan cepat.

"Alam bukan meninggalkanmu karena ia tidak mencintaimu, Senja. Dia hanya harus pergi saja. Kau tahu kan bagaimana ibunya? Berwatak keras dan tak menerima perbedaan kasta!" tegas Rain.

"Aku tahu itu! Aku tahu dengan baik, Rain. Tetapi, bagaimana mungkin? Sejak SMA aku sudah menahan diriku agar tidak pergi darinya, karena perlakuan ibunya itu. Sampai pada akhirnya, aku tak ingin pergi dari sisinya walau hanya sedetik pun!" ya air mataku sepertinya akan segera turun.

"Senja, jangan menangis. Kau tahu kan bahwa air matamu yang jatuh itu, akan membuat langit ikut berkabung?" Aku memandang Rain pasrah, dan ia memandangku iba. Ia menarikku kedalam pelukannya.

"Hubunganmu dengan Alam memang tak hanya seumur jagung, Senja. Kalian sudah mengalami banyak hal, dan kamu sudah cukup sulit. Kamu seharusnya menyadari hal itu dengan segera, aku sudah memperingatkanmu sejak dulu. Peri langit tidak bisa bersama manusia! Ingat itu, Senja!" lagi-lagi Rain mengingatkan identitasku.

"Rain! Kita sudah cukup lama berbaur dengan manusia. Apa yang salah dengan jatuh cinta dan ingin hidup bersama dengan manusia itu?"

"Astaga Senja! Sejak kapan kau melupakan hukum dunia Peri? Ya, kita memiliki kecantikan yang luar biasa. Bahkan saat kita turun ke bumi dan berbaur dengan manusia pun, tepatnya saat kita menjadi siswi di SMA Mentari, tak usahkan para pria, para wanita saja mengagumi kita, Senja! Tapi, kecantikan ini pula lah yang membuat kita malang. Ya Senja! Kau tidak miskin di dunia Peri, tapi kau sangat miskin didunia manusia ini! Ibu Alam tidak terima kasta orang sepertimu!"

"Kau sangat kasar, Rain!!" bentakku pada Rain.

"Kau fikir kau seperti manusia? Mana ibu dan ayahmu? Kita hanya punya satu ibu, dan itu untuk semua peri! Sadari itu, teman!" lagi-lagi Rain menghantam pisau tak terlihat tepat dijantungku.

Hatiku benar-benar terasa sakit. Aku melepaskan diri dari Rain dan berlari sekuat tenaga. Kekuatanku mulai melemah karena aku telah terjatuh dalam lumbung cinta kasih manusia, yang sebenarnya sangat membahayakan diriku sebagai seorang Peri. Petir mulai sahut menyahut dan langit tentunya berkabung.

"Kau terlalu bodoh, Senja! Hanya kau peri yang membuat langit berkabung saat kau menangis. Lihat, kau menyulitkan manusia lagi sekarang," batin Rain bersedih.

***

~Gwiralam Hadita~

Rumah megah dengan taman luas pun ikut terguyur hujan. Aku yang sedang menatap langit-langit kamarku pun terperanjat saat mendengar suara petir yang begitu besar. Aku tahu, ini akan segera hujan. Tapi apakah mungkin? Sedangkan dalam prediksi cuaca hari ini, tidak akan terjadi hujan dimalam hari begini. Aku membuka jendela kamarku, dan melihat langit dengan seksama.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 13, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I am a "Nightfall"Where stories live. Discover now