Akhir

105 7 3
                                    

Dia berubah . . .
. . .
Pendiam, dan tak ada senyum bersarang di wajahnya dalam beberapa waktu ini. Membuatku semakin takut akan kehilangannya.
Aku tak tahan dengan semua ini, aku harus bertanya kepadanya. "Seongwoo-ah, apa ada sesuatu?" tanyaku khawatir.
"Aniyo, Nan gwaenchanha" jawabnya membuatku menerawang kedasar matanya dan melihat disana air mata menemani pipinya walau hanya setetes.
"Kumohon jujurlah, dengan kamu begini akan semakin menyakitiku"
"Ji Eun-ah, bolehkah kuminta sesuatu darimu?"
"Katakanlah, apapun itu" Pintaku
"Ji Eun-ah aku tahu kau tidak mengenal siapa aku dan darimana aku ini, namun kau tidak pernah menanyakan kepadaku, Gomawo Ji Eun-ah. Satu hal yang aku pinta, kumohon jangan lupakan aku, walaupun aku tak lagi berada di sampingmu. Mengukir mimpi indah yang aku tahu akan berakhir tak lama lagi, namun percayalah, aku akan selalu disini, di hatimu, dan hatiku akan selalu bersamamu." Ungkapnya membuatku menyadari akan mimpi yang mustahil akan abadi, mimpi yang membuatku bahagia lalu bersedih hari ini, entah aku harus mengatakan apa, aku tak mampu. Namun itu harus ku lakukan, walau hanya satu kata harus kulewatkan "Seongwoo-ah..." dia memeluku dan mencium bibirku dengan lembut. Kupejamkan mataku berharap kehangatan ini tak akan berakhir. Perlahan mataku terbuka, dia menghilang seiring kehangatan berubah dingin yang mencekam. Aku termenung disini entah berapa lama, air mataku tak berhentinya mengalir dan seiring waktu akupun menghilang entah kemana.

"Ji Eun-ah... kamu sudah sadar?" Ucap seorang ahjumma, yang suaranya sangat kukenal
"Seonssaengnim-Seonssaengnim" teriak dengan tangis bahagia ahjumma itu seketika memanggil dokter.
Perlahan mataku terbuka dan melihat kenyataan yang berlawanan dengan apa yang kurasakan sebelum aku berada disini.
"Eomma, eoddi ga? Seongwoo-ah...." Tanpa sadar aku mengucapkan nama Seongwoo
"Ji Eun-ah, Eomma tahu ini pasti sulit bagimu mengingatnya, 2 bulan ini kamu koma, dan jika kamu tidak mendapatkan donor hati, kamu tidak akan bisa bertahan hidup lebih lama, dan namja yang kamu maksud... dia mendonorkan hatinya padamu." Kata eomma sepelan mungkin. Tangis tak terbendung lagi, keluar begitu derasnya tak mau berhenti walau sejenak dan entah keberapa kalinya aku memanggil namanya.

Waktupun berlalu . . .
. . .

Dear Seongwoo...

Seongwoo, bersamamu aku tak mengenal waktu, bersamamu mimpi ini terasa begitu menyenangkan. Benar katamu, meski tak akan selamanya bersama tapi hatimu akan selalu berada bersamaku disini. Aku menCINTAimu, bertemu denganmu adalah saat terindah dalam hidupku walaupun tak pernah bertemu DALAM dunia ini, namun kenangan itu sungguh indah. Cintaku bersemi dalam KOMA dan tak akan meredup selamanya. Seongwoo tunggu aku, mungkin akan sedikit lama, namun tetaplah menungguku disana.
Salam Cinta...

Han Ji-Eun

Kulipat surat ini, kuhanyutkan di sungai yang mengalir begitu tenang, entah kemana dia akan menuju dan kapan dia akan sampai, namun aku berharap dia akan datang padamu sebelum, aku menemanimu . . .

THE END

Love In ComaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang