Telpon

26 6 12
                                    

Hani nelpon Ibuk hari ini.

Sebenarnya ceritanya bukan gitu, Ibuk miskol, terus Hani nelpon beberapa saat kemudian. Percakapannya sendiri nggak ada yang spesial, ketawa sedikit, bicara lagi, ketawa lagi, bicara tentang hal-hal yang ringan, dan ketawa lagi. Nggak ada yang istimewa dari percakapannya, yang istimewa adalah Hani bicara sama Ibuk, itu yang istimewa.

Kapan terakhir kali Hani bicara sama Ibuk? Dia bahkan sudah nggak ingat kapan. Yang Hani ingat, sekitar seminggu yang lalu Ibuk ngasi tau kalo Pakde mau operasi infeksi di tangan, dan bahwa Pakde masih sama nyebelin dan bikin malu kayak dulu, dan bahwa Ibuk masih sudah nggak tahan.

Ada alasan kenapa Hani nggak sering nelpon Ibuk, karna setiap kali bicara, Ibuk kadang nyebut Pakde. Ya kan wajar dong seorang adik nyebut kakaknya ke keponakannya? Nggak ada yang aneh, serius. Tapi itu berlaku kalo keluarga kalian biasa-biasa aja, normal kayak yang seharusnya. Tapi keluarga Hani spesial, sangat spesial sampe-sampe nyebut Pakde bukan hal yang – lagi – wajar.

Hani takut, bener-bener takut yang setakut-takutnya. Ada perasaan trauma yang dalam menyangkut topik itu. Jadi Hani nggak berani nelpon Ibuk, sekedar nanya kabar aja nggak berani. Ini cuma pembenaran, Hani tau, tapi dia memang sepengecut ini.

Kembali ke topik awal, Ibuk bicara tentang hal-hal sepele, soal Irdon adik Hani yang selalu make hpnya Ibuk, dan selalu dikempit tiap ada Ibuk (hpnya), dengan niatan nyembunyikan (dalam artian yang sebenarnya), sampe Irdon yang selalu nyempil di sekitar Ibuk –Hani membuat joke tentang diselentik aja si Irdon, dan Ibuk tertawa.

Lalu ibuk bertanya, "Nggak kangen to kamu sama Ibuk?"

Karna Hani nggak terlalu dengar dia nanya, "Ha? Apa, Buk?"

"Eee kamu itu lho, nggak kangen to sama Ibuk? – " tut tut tut

Rupanya pulsa habis.

Aaahhh.... Sesungguhnya Hani senang. Senang sekali: Hani nggak harus jawab pertanyaan Ibuk. Jawaban apa yang bisa Hani kasih coba? Sampe sekarang Hani nggak bisa jawab. Saat sadar, hati rasanya jadi sesak, sangat sesak: lalu Hani mulai nangis. Tiba-tiba ngerasa sangat-sangat sedih. Sangat sedih dengan kenyataan sekarang. Anak macam apa yang sampe harus ditanya sama ibuknya 'kamu nggak kangen sama ibuk?' supaya pulang? Jawabannya sederhana: ya anak macam Hani ini, yang terlalu sibuk mengurusi hal-hal kecil sampai lupa hal seindah ibuknya sendiri.

Ibuk adalah makhluk terkeren yang pernah diciptakan Tuhan menurut versi Hani pribadi, dia yang vote, dia yang ngasih hadiah - tapi sayangnya cuman dalam hati. Ibuk nggak tau Hani merasa begini. Kadang Hani berharap Ibuk tau. Bahwa dia lebih keren dari Avril; lebih kuat dari superman. Bayangkan Ibuk gendong Hani sejak masih ada di dalam perut sampai bertahun-tahun setelahnya, saat Hani terlalu malas buat jalan. Juga adiknya. Dan Irdon cowok! Tapi Ibuk masih tetap gendong dia, bertahun-tahun setelahnya pun masih tetap kuat buat gendong mereka. Kurang keren gimana coba? Bahkan superman nggak bisa. Ada memang anak-anak yang digendong superman sejak dari bayi sampe besar tiap hari? Nggak ada! Kan? Ibuk memang keren. 

Dan yang paling utama, saat superman yang tokoh fiksi itu milik semua orang, Ibuk yang karakter nyata cuma milik Hani bersaudara. Oh dan pastinya milik dirinya sendiri. Kalau Hani lahir sebagai orang beriman, pasti akanHani tunjukkan doa yang akan ia ucap pada Tuhan setiap hari untuknya, ibuknya itu. 

PulangWhere stories live. Discover now