3 day's love-chapter 3 (end)

59 8 0
                                    

"gimana tempatnya,Syafira?"

"bagus banget,cantik banget kayak aku hehe"

"idih...cantik kayak aku lah"

"kamu kan cowok kok cantik sih?apa mungkin kamu waria ya?"tanyaku padanya.

"enggak lah,masak cowok sekeren aku bisa jadi waria?"

"bisa aja lah"

Hingga waktu cepat sekali menjelang sore,kami bergegas pulang. Setibanya di rumah waktu sudah magrib. Kami pun langsunng melaksankan kewajiban kami. Dan selesainya,kami mengaji bersama. Indahnya bisa mengaji bersama orang yang kita cintai. Usai sudah kita mengaji,aku mengajaknya di atas ranjang.

"ada apa?"tanyanya.

"tunggu!"

Aku langsung turun dari ranjang dan mengambil beberapa alat make up ku.

"sini aku dandanin"

"WHAT!!"

"tadi siang katanya kamu cantik kan?nah,biar cantik aku dandanin ya"

"aku gak mau"

"bentar doang kok,plisss"aku memasang wajah memelas padanya.

"Cuma bentar lho ya" aku mengangukkan kepala tak lupa dengan lekukan di sudut bibirku.

"wih...keren cantik kayak badut. Eh,maksudnya kayak waria"

"wah...penghinaan nie namanya!" kutanggapi dengan unjukan gigiku. Namun ia langsung melayangkan jurus gelitikannya padaku.

"udah-udah aku kalah"kataku yang masih terus tertawa. Ia pun langsung menghentikan aksinya.

"aku teringat Indah"ungkapnya membuat raut mukaku yang tadinya sumringah seketika pudar. Akupun langsung tersenyum dan memegang bahunya.

"sabar kau pasti akan bertemu dengannya lagi dilain waktu"ia pun langsung tersenyum.

Keesokan paginya setelah menunaikan kewajiban. Kami berangkat keluar rumah untuk bersenang-senang,setidaknya untuk menghibur Ilham yang sedih karena masih menautkan hatinya dengan Indah. Diperjalanan kami saling bertukar kata. Namun tiba-tiba pandangan Ilham mengarah ke tempat lain. Dan kutemukan sosok wanita di tepi jalan sana.

"Indah"ucap Ilham dan langsung berlari mendekati sosok wanita itu.

Hanya bisa ku pandang mereka dari kejauhan. Meratapi nasibku ini. Suami yang mencintai orang lain. Namun dilain arah ada sebuah mobil yang oleng,serta melaju dengan kecepatan tinggi . Tanpa pikir panjang ,aku langsung berlari,dan menorong mereka berdua. Dan akhirnya pun aku yang tertabrak. Tapi Allah masih mencintaiku. Karena aku masih diberikan hidup. Ketika aku suda siuman,dan di saat dokter memeriksaku,aku pun langsung menanyakan keadaan mereka berdua

.
"dok,bagaimana keadaan mereka?"

"pasien yang bernama Ilham selamat,hanya mendapat luka kecil. Sekarang ia belum siuman"

"alhamdulillah"

"tapi..."

"tapi apa dok?"

Sudah beberapa lama aku berbincang dengan dokter. Setelah ini,selama 3 hari kedepan aku harus mempersiapkan pengorbanan.
Dan akhinya 3 hari pun akhirnya berlalu ,detak jantung ku semakin melemah.

"tok...tok...tok"suara ketukan pintu terdengar. Masuklah seseorang yang femiliar buatku. Aku pun tersenyum mendapati ia hadir didepan mataku.

"Syafira,kamu baik-baik saja?"tanyanya khawatir. Kutanggapi hanya dengan senyuman.

"terima kasih telah menyelamatkan kami"

"iya,bagaimana keadaan indah"

"aku tidak tau,Syafira. Dokter masih melarangku untuk menemuinya"

"kau akan segera menepati janjimu ,Ilham"

"apa maksudmu?"

"Ilham,aku ingin bicara. Jujur, sejak aku duduk di bangku SMP,aku sudah memiliki perasaan padamu. Dan jujur kamu adalah cinta pertamaku.Tapi takdir tidak memihakku,kau mencintai orang lain.Memang...memang saat ini aku sudah memilikimu,tapi tidak untuk hatimu."ungkapku pelan-pelan.

"Syafira,bagaimana?bagaimana bisa kau..."

"cinta...karena aku mencintaimu."

"kenapa kau memendamnya sekian lama ini?"

"karena kita hanya sebatas teman ,bukan. Kau sendiri yang bilang,kalau aku bukan istrimu tapi temanmu. Dan aku menyadari itu,Ilham. Bisakah hatimu terlukis namaku walau hanya setitik saja,Ilham? Bisakah kau selalu menyebut namaku dalam suka dukamu?bisakah..."

"Syafira!3 hari,3 hari aku bersamamu. Tapi sungguh ,demi Allah aku mulai mencintaimu. Kau yang selalu ada di suka duka ku. Aku memang bodoh, amat bodoh. Hingga tak menyadari bahwa ada seorang hamba Allah yang begitu mencintaiku tanpa pamrih. Bahkan rela menaruhkan nyawanya untuk lelaki bodoh sepertiku." Potong Ilham.

"terima kasih. Ternyata benar,bahwa Allah tidak akan mendatangkan cinta itu cepat atau terlambat. Kaulah yang meyakinkanku bahwa Allah itu menepati janji-Nya. Ilham,aku yang bodoh,karena tidak pernah berani meluapkan isi hatiku. Ilham ,ingatlah ketika kau bersamanya nanti,kau juga akan merasakan detak jantungku disana."

"apa maksudmu,Syafira?"

"disetiap sujudku,aku selalu meminta pada Sang Pencipta. Bahwa aku ingin kau mendapatkan cinta, yang cintamu tak sesakit cintaku. Aku selalu ingin melihat senyummu setiap saat. Dan apapun akan aku lakukan. Te-terima kasih untuk segalanya,Ilham. Aku bahagia bisa menulis kisah bersamamu."

"SYAFIRA!!!"

"Ilham,aku ingin tidur sebentar. Sampai jumpa di alam mimpi,suamiku"

"SYAFIRA...SYAFIRA bangun jangan tidur dulu. Bangun,aku mohon" ia berusaha menggoncang-goncangkan tubuhku.

Hembusanku mulai hilang. Aku meninggalkan dunia fana ini menuju dunia keabadian. Selamat tinggal ,suamiku. Cintailah ia sebagaimana aku mencintaimu. Cinta...cinta membutuhkan pengorbanan. Dan aku baru menyadarinya,bahwa setiap pengorbanan memiliki alasan. Dan alasanku ,karena aku ingin engkau tak hanya tersenyum tapi juga bahagia,bersama orang yang sangat engkau cintai.

Dilain tempat terlihat sosok laki-laki yang sedang membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Dan ia juga surah Yasin.

Ketika mencintai seseorang. Kita harus menerima resiko apapun. Seperti halnya mengikhlaskan.
Ketika kita mendapatkan sebuah cinta. Bukan kebencian yang menjadi lawannya , namun sebuah kepergian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Half of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang