BINGUNG

7 0 0
                                    

-

"Turunin gue disini! " kata seorang gadis kuliahan.

"Gue bilang turunin gue!"

"Lo budek atau gimana sih!? "

"Aldo! "

Ckiittt..

Revaldo mendadak menghentikan mobilnya. Alhasil, Ardina terhuyung dan jidatnya terbentur dashboar mobil Revaldo.

"Gue mau ke rumah lo. " ucap Revaldo singkat.

"Mau ngapain lo ke rumah gue? "

Pertanyaan Ardina justru diabaikan oleh Revaldo. Pelan Revaldo mulai mendekat ke arah Ardina yang saat itu Ardina mulai panik.

'Aldo! Lo ngapain? Aduh! Jantung gue, kenapa? ' batin Ardina.

"Do! Jangan macem-macem! " sebuah peringatan dilontarkan Ardina yang diabaikan oleh Revaldo.

Ardina mulai panik. Ia mencoba mendorong tubuh Revaldo. Ia mencoba memperingatkan Revaldo, tapi justru peringatannya diabaikan.

"Aldo! Lo mau ngapain? " kata Ardina ketakutan dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

'Sumpah! Gue pengen ketawa ngelihat lo ketakutan banget Din! Huhhhh... Tahan.. ' batin Revaldo.

Dan pada akhirnya Ardina jatuh ke pelukan Revaldo. Ia menangis dalam diam di pelukan cowok itu.

"Gue mau kita baikan Dina. Gue ga mungkin juga kan ngapa-ngapain lo. " ucap Revaldo berusaha menenangkan Ardina.

Ardina masih menagis dalam diam. Ia menikmati setiap detak jantungnya yang ingin melompat dan desir darahnya yang membuat hatinya menghangat.

"Nangis aja gak papa. Gue disini buat lo. Dan kalo lo ngebutuhin gue, telfon aja nanti gue langsung dateng. " kata Revaldo.

Ardina tersenyum dengan mata sembab dan jejak air mata di pipinya. Ardina menjauhkan diri dari cowok itu.

"Makasih ya Do. Lo udah selalu bisa nenangin gue disetiap masalah yang gue hadepin. Lo emang temen terbaik yang gue punya. " kata Ardina disertai tawaan khas orang baru nangis.

Entah mengapa, ia sangat nyaman berada di dekat Revaldo. Ardina merasakan sensasi yang beda ketika berada di dekat Revaldo.

"Udah sono lo masuk. Jangan lupa makan." kata Revaldo mengingatkan.

Ardina mengangguk dengan senyum manis di wajahnya.

"Gue masuk dulu. " pamit Ardina pada Revaldo.

Setelah Ardina masuk ke rumahnya, Revaldo segera melajukan mobilnya menuju rumahnya.


~•••~

Entah apa yang membuat sahabat perempuannya itu kini semakin aneh saja tingkahnya. Semacam orang cemburu jika melihatnya bersama wanita lain. Kadang juga marah nggak jelas,kadang juga manis semanis es krim vanilla.

Hari ini rencananya adalah hangout bareng teman-temannya. Tapi karna Ardina memintanya untuk menemaninya dengan alasan kedua orang tua Ardina pergi ke luar kota maka Revaldo lebih memilih untuk menemani Ardina di rumahnya.

Ardina tengah duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton tv dengan handphone di tangannya.

Revaldo memasuki rumah Ardina tanpa mengetuk pintu, karna ia tau bahwa yang ada di rumah hanya Ardina dan dia adalah anak tunggal. Ia langsung duduk di sebelah Ardina tanpa permisi. Kemudian Revaldo menatap Ardina sambil meniti wajah Ardina. Memang ia mengakui wajah sahabatnya ini sangatlah cantik. Dengan badan pas tidak terlalu tinggi, mata bulat,hidung tak terlalu mancung, bibir tipis yang membuatnya manis jika ia tersenyum membuat wajah Ardina enak untuk dipandang. Entah apa yang membuat Revaldo baru menyadari bahwa sahabatnya itu cantik dan cukup mempesona.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PhotografiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang