DUA PULUH

2.3K 70 11
                                    

Author pov.

Dinda yang sedang memasak untuk makan malam suaminya tersenyum senyum sendiri mengingat kejadian di toilet tadi siang.

Flash back

Gio terus menghapus jarak antaranya dan Dinda, berusaha meraih hal yang dari tadi pagi menggoda nya. Bibir istri nya. Sedangkan Dinda berusaha menjauhkan kepala nya dari Gio namun terhalang dinding yang ada di belakang nya.
'Apa dia serius?' Batin Dinda. Ia menatap mata Gio yang sedang fokus pada bibir nya, dan pada saat ia merasakan hembusan napas Gio di bibir nya, Dinda nenutup mata nya lembut. Mendengar teriakan Mbak Indah di luar Dinda lansung membuka mata nya kembali dan mendorong Gio hingga punggung Gio terantuk ke dinding.

"Akh!" Ringis Gio sembari memegang pundak kiri nya yang sukses mencium tembok.

"Ma.. maaf
Kamu tidak apa apa?" Dinda lansung memegang pundak Gio yang yg tadi terbentur dinding.

"Bagai mana menurutmu? Kenapa mendorong ku?" Tuntut Gio sembari mengusap pundak nya yang sebenar nya tidak sakit. Membuat Dinda menunduk bersalah.

"I.. itu.." gugup Dinda karena Gio kembali mendekati nya. Dinda kembali mendorong Gio tapi pelan.

"Co..code blue Gio" ucap Dinda lembut bahkan sangat lembut berusaha agar Gio tidak tersinggung. Gio menghentikan gerakan nya karna tiba tiba darah nya berdesir menciptakan sensasi aneh dengan jantung nya yang berdebar debar hebat.

"Gio.. keluar lah... code blue!"

"I.. iya" Gio segera membuka pintu namun gagal.

"Ck! Kenapa tidak mau di buka!"
Dinda memutar bola mata nya kemudian bergerak membuka kunci pintu tersebut dan tersenyum remeh pada Gio. Namun senyuman itu lansung hilang ketika kecupan maut Gio mendarat di bibir Dinda walau pun hanya sekejap. Tubuh Dinda mendadak kaku. Jujur saja ia masih belum terlalu terbiasa dengan semua sentuhan atau perilaku Gio padanya. Mengingat mereka yang kadang tidak bisa bertemu sampai 1 bulan.
Kali ini giliran Gio yang tersenyum meremehkan Dinda.

"Aku sangat suka ekspresi mu yang seperti ini"
Mata Dinda membulat mempelototi Gio.
"Tunggu aku di rumah ok!" Kedip Gio sebelum keluar dari toilet tersebut.

Flash back end.

"Astagfirullah!!" Seru Dinda sembari menepuk nepuk pipi nya.

"Jangan jangan bunda bisa gila sayang kalo ayah kamu seperti itu terus" Dinda mengelus perut nya. Ada perasaan hangat dan lucu sekaligus yang menggelitik dadanya ketika ia bicara pada perut nya. Rasanya ia tidak percaya kalau ada janin dalam perut nya sekarang. Ia tersenyum membayangkan bagaimana cara ia memberitahu tentang anak nya ini pada Gio, oh! Bukan! Maksud nya anak mereka.

"Bunda yakin ayah mu pasti akan senang sekali sayang"

Dinda melanjut kan masak nya kembali tapi kembali berhenti karena suara pesan dari android nya.
Lagi lagi Dinda di buat kecewa oleh pesan dari Gio.
Dinda menaruh android nya dengan kasar.

"Huh! PHP in aja terus!" Teriak Dinda ke ponsel nya. Dinda kembali mengaduk makanan. Sesekali ia melirik ponsel nya. Berharap ada pesan dari Gio kembali. Pegangan Dinda pada spatula melemah. Ia mematikan kompor nya. Mengelus perut nya sayang. Dinda menarik napas dalam mencoba menenangkan pikirannya dengan teknik tersebut. Dia sudah tidak peduli lagi dengan acara memasak nya. Mood nya sudah rusak. Lebih baik ia kembali ke kamar menumpahkan kekesalannya dengan menangis. Dinda berbaring sambil memeluk perut nya sesekali mengusap nya sampai tanpa sadar ia terlelap.

Setengah dua belas malam Dinda membuka mata nya. Rasa haus yang mendera kerongkongan nya membuat nya dengan terpaksa bergerak dari tidur nya yang nyaman.
Dinda menatap masakan yang tadi ia tinggalkan sembari minum. Rasa kecewa kembali memenuhi hati nya. Oh! Mungkin lebih tepat jantungnya. Karna kenyataannya yang terasa nyeri saat ini adalah dada nya sebelah kiri bukan perut kanan bawah nya.
Menghela napas berat Dinda kembali ke kamar nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For (our) My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang