"Tidak! Aku tidak ingin menjadi CEO! Itu bukan sama sekali impianku!".
"Ayah mohon nak! Hanya kau satu-satunya harapan keluarga ini!"
"Ayah sama sekali tidak mengerti perasaanku, aku hanya ingin menjadi seorang pelukis dan aku tidak mau berkutat dengan kertas-kertas yang hanya berisi tulisan yang membuat otakku pusing, kau terus memaksaku mempelajari bisnis sejak kecil dan itu membuatku hampir gila!"
"Apa? Seorang pelukis? Kau mau jadi seperti kakekmu yang miskin itu".
"Jangan katakan kakek seperti itu! Biar begitu beliau yang merawat ayah hingga seperti sekarang!"
"Masa bodoh dengan orang tua itu".
"Ayah!"
.
.
.
Masih terekam jelas percakapan dengan sang ayah di ingatannya. Ia terus merenungi sikap ayahnya yang kelewat tidak sopan. Seandainya sang ibu masih ada di dunia mungkin ia tak akan mengalami nasib yang buruk ini. Jeon Jungkook, anak bungsu dari pasangan Jeon Jungsuk dan Park Min Young, calon pewaris Jeon Group.
Kalian pasti bertanya kenapa tidak sang kakak saja yang mewarisi perusahan kan? Karena sang kakak kabur saat ayahnya terus mendesaknya agar mau memimpin perusahaan.
Ia selalu berpikir untuk ikut kabur juga. Tetapi semenjak ibunya tiada, ia memiliki rasa simpati yang besar kepada sang ayah. Ia masih menyayangi ayahnya walaupun sang ayah terus menuntutnya untuk menjadi lebih baik.
Ntah sudah berapa lama ia berjalan tak tentu arah hingga membawanya ke tempat laknat yang isinya hanya terdapat dunia malam. Tanpa berpikir panjang ia pun memilih untuk masuk. Sebenarnya, ia tak pernah diizinkan untuk datang ke tempat ini oleh orang tuanya, tetapi ia memilih mengabaikan dan tidak peduli lagi dengan peraturan itu semenjak ibunya tiada.
Jungkook pun memilih untuk duduk di meja bar dan memesan minuman.
"Tolong, aku pesan minuman yang paling enak yang kau miliki". Ujar Jungkook dengan nada lesu. Sang bartender hanya mengiyakan dan segera menyiapkan pesanan pelanggannya.
Tiba-tiba wanita dengan pakaian seksi pun datang dan merangkul leher Jungkook.
"Hei tampan, bagaimana malam ini kita bersenang-senang, kau mau?" tawar wanita itu genit. Tanpa pikir panjang Jungkook pun menepis tangan wanita yang ada di lehernya.
"Pergi atau kau akan mendapat masalah." ucap Jungkook dengan nada datar tetapi terkesan mengancam serta dengan tatapan membunuhnya.
Wanita itu pun lari terbirit-birit hingga tak terlihat lagi di penglihatan Jungkook.
"Ini pesananmu, ngomong-ngomong kau sepertinya orang baru di sini?" tanya bartender tersebut.
"Hm, aku hanya butuh pelepasan saja."
Jungkook pun mulai meminum minuman itu hingga tandas. Tetapi tak berapa lama ia merasa dirinya seperti melayang dan merasa ringan seolah beban yang ia pikul terangkat.
"Aku pesan dua gelas lagi." pinta Jungkook lagi. Bartender itu hanya mengiyakannya lagi.
Jungkook pun mulai menumpu kepalanya dengan kedua tangannya. Ia lupa jika ia tidak kuat meminum-minuman seperti alkohol.
"Hei kunyuk! Apa yang kau lakukan di sini?" panggil seorang pria dengan tubuh mungil tetapi berotot yang tak lain adalah Jimin.
"Hm? Hyung? Apakah ini kau? Wah, kau tidak berubah ya? Tetap mungil dan menggemaskan." racau Jungkook sambil menepuk-nepuk pundak Jimin.
"Hais...aku sudah berubah, lihat sekarang aku memiliki otot yang seksi." jawab Jimin sambil memamerkan ototnya.
"Hm, terserahlah. Sekarang temani aku minum, kajja."
"Aigo... Bukankah kau tidak kuat minum? Kenapa kau meminumnya?" tanya Jimin dengan suara nyaring karena suasana yang tidak memungkinkan.
"Aku ingin mencobanya saja hyung."
"Ini pesananmu, tuan." ucap sang bartender yang melayani Jungkook tadi.
"Tunggu! Dia sudah minum berapa gelas?" tanya Jimin kepada sang bartender.
"Sekitar 3 gelas besar."
"Mwo?! Oke kau boleh pergi."
"Kookie-ya sudah berhenti, kau tidak akan kuat meminum semua ini, biar aku saja." gurau Jimin sambil mengambil satu gelas besar yang Jungkook pesan tadi. Jungkook pun mengangguk sambil meminum minumannya.
"Ngomong-ngomong kenapa kau tidak bilang jika akan pulang ke Korea?" Tanya Jimin.
"Biar menjadi kejutan." sahut Jungkook.
Jungkook pun menikmati minumannya sesekali dia meracau tidak jelas.
"Kuk, aku tau kau sedang ada masalah karena kau tidak mungkin sampai datang ke tempat seperti ini jika kau tidak memiliki masalah. Ceritalah mungkin aku bisa membantumu."
"Aku bosan hidup seperti ini! Aku lelah, bosan, dan aku merindukan ibuku!"racau Jungkook. Sedangkan Jimin tetap menyimak perkataan Jungkook. Jungkook pun mulai menceritakan keluh kesahnya pada Jimin serta sesekali terkiki tidak jelas.
"Hh... Lalu apa maumu sekarang kuk? Kau ingin menjadi pelukis, begitu?" Jungkook pun mengangguk.
"Kalaupun hal itu tercapai, ayah pasti tetap akan menghancurkan mimpiku dan menuntutku untuk memimpin perusahaan."
"Begini saja, aku memiliki sebuah bangunan yang tidak terpakai dan mungkin kau bisa menggunakannya untuk eksperimenmu." tawar Jimin.
"Benarkah kau mau membantuku?"
"Tentu untuk sepupu bontot dan bodohku ini. Tetapi aku mempunyai ide, lebih baik kau turuti permintaan ayahmu agar tidak membuatnya curiga. Biarlah profesi pelukismu menjadi rahasia di antara kita. Aku akan terus mendukung keputusan asal itu benar." dukung Jimin.
"Hm, terimakasih hyung, kau memang yang terbaik semenjak kakakku tidak ada."
"Pelayan! Aku pesan 1 gelas lagi! " teriak Jungkook memesan minum lagi.
"Aish...sudah kuk, ayo kita pulang atau aku tidak membantumu membuka galery. "
"Ayolah hyung, anggap saja ini untuk merayakan kepulanganku."
"Terserahlah."
'Aku berharap kau bisa terus merasakan kebahagiaanmu sebelum kebahagiaan itu terenggut oleh kenyataan yang kejam.' batin Jimin.
TBC
.
.
.
HAI SEMUA! ZUKA KAMBEKK NIH TAPI CUMA BEDA CERITA. PLEASEE RAMEIN INI BOOK YA!
YANG NUNGGUIN CERITA YAME SORRY BANGET YAH ZUKA MASIH BELUM DAPAT IDE BUAT LANJUTANNYA TAPI BUAT KALIAN AKAN ZUKA USAHAKAN. LOVE YOU ALL!!!!Komen disini jika ada yang kurang pada book ini oke? See you! :)
Silahkan beri voment pada book ini ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE - [Eunkook]
FanfictionMisteri yang telah lama terpendam akhirnya terbuka oleh sebuah cinta yang hadir dari ketidak sengajaan yang berawal dari takdir lukisan ©2017/2018 Nada_KM Present