Prologue

36 3 0
                                    


"Langit dan awan tertawa demi melihat boneka-boneka bodoh yang mereka sebut-manusia"

⚇⚇⚇

Apa yang terjadi jika sekolahmu dicap sebagai salah satu sekolah paling angker seantero kota?
Tentu kau akan berpikir ulang untuk bersekolah di dalamnya.

Penampakan di koridor, pintu WC yang tertutup sendiri. Atau suara langkah kaki yang tetiba terdengar saat kau sedang sendiri.

Anastasya namanya. Perempuan berkacamata itu mendapat tugas kali ini, meletakkan salah satu benda usang ke dalam gudang di ujung koridor.

Ditentengnya sebuah globe usang sambil kedua matanya menyapu seluruh koridor termasuk beberapa kelas di antaranya. Gelap di ujung sana.

Anastasya tidak takut gelap. Hanya saja apa yang ada di kegelapan membuatnya sedikit waspada, masih terlalu pagi. Lengang di sana-sini.

Ditekan-nya kaca mata yang menghiasi wajah oval miliknya. Tangannya gemetar, disaat seperti ini indranya akan sangat peka. Matanya bergerak waspada. Menyapu kanan-kiri-sementara di ujung koridor gelap masih setia menantinya.

Langkahnya semakin perlahan. Terdengar jelas saat sepatu sneakers-nya bergesekan dengan lantai.

6.45 begitu yang tertulis pada jam digital yang digantung di atas papan tulis kelas XII.IPS.
Dipaksanya tidak menoleh- lagi.

Semakin ke ujung semakin gelap. Anastasya mengeluarkan smartphone dari saku seragam sekolahnya lalu menyalakan senter. Satu belokan di ujung sana. Butuh beberapa menit

Ada kejanggalan saat ia mulai melewati ujung lorong. Bayangan di pintu tidak bisa berbohong. Entah hanya halusinasi atau memang ada sesuatu di dalam sana.
Matanya memutar kanan-kiri menyapu setiap sudut yang menurutnya mencurigakan.
Ia berbelok lalu berjalan lurus ke ujung koridor. Salah satu ruangan dengan pintu tertutup mengakhiri langkahnya. 'gudang' begitu yang tertulis, kembali ia merapikan kacamata yang menempel di wajah ovalnya. Diletakkannya globe itu di lantai, lalu meraih gagang pintu.
Diputarnya kebawah, sedikit berderit.
Bau pengap menyeruak saat ia mulai membuka pintu. Debu-debu beterbangan, dilapnya tangan yang licin akibat keringat. Lalu kembali meraih globe yang sengaja diletakkannya di lantai.
Ia masuk, senter smartphone ia arahkan ke segala arah, berusaha mencari pintu lemari yang diperintahkan.
Di ujung sana. Lemari itu sudah jelek, bolong di sana-sini. Kembali ia melangkahkan kaki jauh masuk lebih dalam.
Meja di mana-mana, bangku yang hanya tersisa tiga kakinya, juga gorden yang tergeletak di lantai menambah pengap ruangan berukuran 4x4 itu.
Anastasia sampai, kemudian meletakkan globe itu kedalam lemari.
Berhasil. Anastasia berhasil. Ia buru-buru berjalan keluar. Lebih cepat dari saat ia masuk. Ditekannya tombol off pada smartphonenya. Mematikan senter. Ia berhasil, pintu gudang hanya beberapa langkah.

Krakk..

Saat kaki Anastasia baru saja melewati pintu gudang.
Seseorang menarik rambutnya dengan keras, lalu menghentak kencang ke belakang. Anastasia terjatuh, pintu gudang tertutup.

Satu harapan akhirnya gugur. Dan di ruangan lain, satu kancing akhirnya terlepas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pohon Berdaun KancingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang