Lima -Happy Anniversary 2 Revanza-

15.9K 1K 2
                                    

Happy Anniversary 2 Revanza.
.
.

"Kamu apa kabar ra?" pertanyaan pertama kali yang aku dengar ketika nada sambung terhubung denganku.

"Baik bang, abang sendiri?" tanya ku balik merespon. Apalagi yang bisa aku perbuat selain merespon apa yang ia tanyakan. Aku hanya menghargai kebaikanya terhadap ku. Jika nantipun aku harus benar-benar melupakan ayah kandung dari anak ku sendiri. Aku tak yakin bisa belajar mencintai Bang farhan.

"Abang baik, dimana si kecil?" tak jauh dari yang lain. Ia selalu menanyakan keberadaan sikecil. Aku akui ia sangat menyayanginya. Aku tak yakin ia bisa menerima kepergian sikecil. Tuhan aku tak mau itu semua terjadi. Aku mohon tuhan.

Jangan hukum aku seperti ini.
Ini salahku bukan salahnya.
Jangan buat si kecil merasakan sakit lebih dari ini.

"Si kecil tidur bang, dia kelelahan. seharian ini dia main Dengan  anaknya mbak fitri"

"oh ya, jangan buat sikecil terlalu lelah ra, aku takut hal yang aku takutkan akan terjadi. Jangan buat dia terlalu lelah ra" Maafkan rara bang, karna rara abang harus rela susah payah demi rara dan sikecil.

"Iya bang, abang... Abang apa enggak mau pulang aja? Rara bisa kerja juga disini abang gak perlu kerja sampe kayak gini bang"  Ada rasa menyesal dan sedikit tak enak hati karna harus melibatkan orang lain dalam kehidupan ku.

Tak seharusnya Bang farhan yang melakukanya.
Papanya orang kaya. Ia sanggup hanya untuk biaya pengobatan jantung anaknya. Tapi demi apapun aku tak mau lagi menyebut namanya. Dan aku berjanji aku tak akan menemuinya lagi.

Cukup sekali saja aku sakit dan aku menyesali kebodohanku karna lelaki sepertinya.

Cinta yang membuatku buta akan segalanya.
Cinta karnanya membuatku merusak masa depan anakku sendiri.
Aku adalah ibu terbodoh didunia  ini.

"Tidurlah ra" sambungan terputus secara sepihak. Selalu seperti ini. Ketika aku membahas tentang kepulanganya.

*****

"Assalamualaikum bang" sapaku ketika sambungan mulai terhubung.

"Walaikumssalam ra, kenapa pagi-pagi menelepon? Si kecil baik-baik aja kan?" Aku hanya menggelengkan kepala sambil terus mengukir senyum. Dengan tangan yang masih sibuk mengisi kotak makan.

Yaa pagi ini aku berencana untuk kepantai. Hari ini genap 2 tahun sudah sikecil.

Aku bahagia.
Tapi aku juga takut.
Semakin bertambah usia sikecil, semakin bertambah pula tingkat ke-takutanku akan kehilanganya.

Semampu ku aku akan memberikan yang terbaik untuk sikecil.
Aku sangat menyayanginya tuhan.

Aku sangat-sangat menyayanginya tuhan.
Izinkan aku memberikan yang terbaik tuhan.

"Abang, sikecil baik-baik aja. Abang lupa yaa, hari ini sikecil 2 tahun loh" ucapku dengan nada sebahagia mungkin. Aku ingin memberi kesan sikecil yang berbeda.

"Yallah abang lupa, lalu dimana sikecil?"

"Sikecil lagi didepan sama nenek , abang udah makan?" tanyaku basa basi.

"Ra, sampaikan salam peluk cium untuk sikecil yaa, nanti malam abang telpon. Abang tau kamu sedih ra. Lakukan apa pun yang kamu suka. Jangan buat sikecil terlalu lelah. Jangan biarkan sikecil kena panas terlalu lama ra. Jangan ..."

"Iyaa abangggkuu astagaaa"

tawa itu lama tak kudengar hanya karna ku.
Tapi kali ini aku mendengarnya lagi.

"Yaudah sana berangkat keburu panas nanti. Bye ra. Assalamualaikum ra"

"Yaa bang waalaikumssalam"

Yaa tuhan. Ini terlalu menyakitkan.

******

"Asirr ndaaa" uhh pipinyaa itu serasa kayak liat bakpao pingin makan dehh kalau liat sikecil udahh mulai ngomong dengan bahasa alienya. 😊😊

"iyaa sayang nanti kita main pasir ya"  jawabku sambil menciumi pipi gembulnya.

"nenek duduk sini aja yaa, rara mau temenin adek dulu main pasir mumpung masih pagi juga nek"

"iya nduk, ati-ati loh ya. Jangan sampe adek capek"

"Ai ai kapten "

"aa apten" Aku tak kuasa lagi menahan tawa ku ketika sikecil mulai menirukan ucapan ku.

Hanya ini yang mampu aku berikan untuknya.
Hanya sebatas kasih sayang yang melebihi siapapun.
K

arna pangeran kecilku hanya butuh cinta.

'Berjanjilah sayang, adek akan kuat untuk bunda, bunda sayang adek'

Tetesan air mata ini tak mampu lagi aku tahan.

"Ndaa aisss"

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum mencium pipinya. Memeluknya.

Aku tak sanggup kehilanganya tuhan. Aku tak sanggup tuhan.

Bughkk.

"Awww" rintihku ketika ada benda jaatuh mengenai punggungku.

"Maaf teh, maaf"

Deg.

Suara itu.

"Rara.."

Dipart ini jugaa sedikit banget yang aku revisi.
Artinya aman.
Tanks. 😘😘

Please,  Look At Me Bunda (Open PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang