Assalamu'alaikum

_____________

Bismillah....
Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Zahra. Bagaimana tidak? Keputusan orang tuanya yang membuatnya dengan terpaksa membereskan semua barang-barangnya untuk kepindahannya besok ke pondok pesantren barunya setelah 2tahun mengenyam pendidikan di pesantren tempatnya berada sekarang. Namun sayangnya, di tempat yang akan menjadi baru baginya nanti, mewajibkan 4th pendidikan di sana. Hal inilah yang membuat Zahra linglung sampe puyeng.

******

Hari ini Mifta baru saja datang dari pos mengambil kiriman handphonenya. Mifta kini berada di asramanya bersama teman-temannya. Meresmikan handphone baru itu. Sambil menunggu waktu shalat maghrib.

*****

Ting ting ting

"Apasih? Tuh handphone ribut banget. Nggak tahu apa kalo yang punya lagi capek banget? " dumel Zahra sambil membuka handphonenya menuju aplikasi line yang baru saja berdenting.


M.mrz.H: Assalaamu'alaikum ...

"Siapa sih? Idline-nya ribet banget. Maa Syaa Allah" komen Zahra melihat idline pesan yang masuk. Namun tak urung membalasnya juga.

M.mrz. H

Assalamu'alaikum..

Iya Wa'alaikumussalam

Benar ini pacarnya black?

Black? Apa sih? Ini siapa yah?

Gadeng canda ae. Ini Mifta.

Mifta sape?

Miftahul Mirzha Hidayat

Astaghfirullah elu Ta?

Ho'oh. Lupa yah?

Nggak, cuma idline lu aneh.

Haha. Gpp.  Minta nomor handphone boleh dong.

Gak Boleh lah.

Kenapa?

Lu bukan mahram gue. Gak penting buat lo tahu nomor handphone gue.

Ya udah,  bulan depan gue balik gue halalin lu.

Sok iye banget lu. Au ah mau tidur. Selamat malam. Wassalamu'alaikum.

End

*****

Zahra POV

Pagi yang Indah, namun tak seindah perasaan ku hari ini. Saat ini, aku sedang dalam perjalanan menuju asrama baruku, katanya sebentar lagi sampai. Dan yapp!! Lihatlah, aku sudah berada di gerbang pesantren itu. Oh Ya Allah!!..

"Ayo sayang" Ajak mamah

"Duluan aja mah. Aku mau pasang sepatu dulu" jawabku. Ya, aku memang membuka sepatuku tadi di mobil. Sebab kakiku sudah sangat gerah.

Akupun turun dengan posisi jalan menunduk, karena tahu banyak orang yang memperhatikan ku. Huh!

Bukk..

Bukk..

"Astaghfirullah, maaf. Aku nggak lihat" ucapku sambil menunduk, menahan ketakutan ku. Takut kalau dia memarahiku.

Aku menabrak seorang pria, atau mungkin es. Karena sifatnya yang dingin.

"Kalau jalan tuh pakai kaki lihat pakai mata yah mbak. " Suara itu, Maa Syaa Allah. Berat namun lembut. Sayangnya terdengar dingin.

"I-iya Mas. Tapi jangan panggil saya mbak yah. Saya masih kelas 2 MA" jawabku polos.

"Maaf" jawabnya singkat

Namun, saat aku hendak berjalan ke kanan untuk menyusul mamah, dia juga ke kanan. Aku ke kiri dia juga ke kiri. Begitu seterusnya sampai aku mendongakkan kepala menatapnya heran.

"Silahkan" ucap kami bersamaan, sambil melangkah bersamaan membuka jalan. Oh Ya Allah..

"Mas, udh yah. Saya buru-buru. Mas berdiri di situ aja dulu. Kalo saya udh jauh mas boleh jalan. Ok? " ucapku langsung nyelonong pergi begitu saja. Tanpa memperhatikan mukanya yang ku rasa sekarang sedang tersenyum.

Akupun menyusul mamah, yang ku lihat sedang berbicara dengan seorang wanita yang seumuran dengannya.

*****

Delard POV

Hari ini, aku sedang terburu-buru karena harus mengajar di salah satu sekolah Dasar sebagai pekerjaan sampingan ku untuk membiayai kuliahku di semester ke4 ini. Namun ke terburu-buruan ku itu membuatku menabrak seorang gadis kecil. Yang aku tak tahu siapa dia.

"Astaghfirullah, maaf. Aku nggak lihat" ucapnya sambil menunduk, menahan ketakutannya. Aku tahu itu, dari caranya menunduk sangat dalam.

"Kalau jalan tuh pakai kaki lihat pakai mata yah mbak. " sangat ingin aku memarahi gadis kecil ini, sebab dia sudah salah, bicaranya pakai nunduk pula. Tapi aku sadar dia masih kecil, masih sensitif.

"I-iya Mas. Tapi jangan panggil saya mbak yah. Saya masih kelas 2 MA" jawabnya polos.

"Maaf" jawabku.

Namun, saat aku hendak berjalan ke kanan untuk meninggalkan dia, dia juga ke kanan. Aku ke kiri dia juga ke kiri. Begitu seterusnya sampai dia mendongakkan kepala menatapku heran. Ya, aku hanya dapat melihat matanya itu. Karena dia adalah gadis kecil bercadar bak bidadari. Astaghfirullah

"Silahkan" ucap kami bersamaan, yang cukup membuatku jengkel

"Mas, udh yah. Saya buru-buru. Mas berdiri di situ aja dulu. Kalo saya udh jauh mas boleh jalan. Ok? " ucapnya lalu pergi begitu saja.

Tapi tunggu, kenapa aku bibirku tertarik untuk membentuk sebuah lengkungan sabit? Dan jantungku? Apa ini?

Ah sudahlah!! Aku ingin beranjak saja dari sini. Bisa-bisa aku terkena serangan jantung kalau begini terus.


_________

Thank's for reading.
Jangan lupa bersyukur:)
Vote dan Comment

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir ini bersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang