Mungkin duduk di sini tak semenyenangkan ketika bersamamu. Tapi menatapnya kini semua beban seakan luruh. Kamu tahu aku dulu tak begitu percaya padanya. Apa yang sering kamu ceritakan tentangnya disaat kita bersama, bagiku hanya hal biasa dan memang sudah ketentuannya seperti itu. Cerita tentangnya yang selalu dirindui malam, rona merah disamping wajahnya yang katamu membuat terpesona siapa pun yang memandangnya, bagiku hanya bualan belaka. Aku tak percaya, karena bagiku kamu adalah segalanya. Hingga akhirnya hari itu datang, kamu pergi. Kamu pergi dengan semua harapan yang kutitipkan padamu. Duduk di sini kembali membawa luka itu, senja itu berulang dengan kenangan manis bercampur pahit seperti kopi yang ditambahkan gula, kamu tahu pasti rasanya. Kali ini kucoba menikmati cerita tentangnya, memandangi rona merah kejingga-jinggaan, kamu benar. Sesaat aku mulai terpesona akan wajahnya di tubuh sang sore. Sekali lagi kamu benar, senja membawaku tenang, seiring bergantinya waktu menuju malam, kamu tak lagi ada dalam doaku sebelum bertemu sang senja, harapan itu perlahan kubangun kembali, meski bukan denganmu tapi kuharap itu akan menjadi kekuatanku, layaknya sekarang aku yang percaya akan senja. Kini senja yang berulang itu selalu kutunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Tak Berarti
RandomHanya sebuah catatan sembarang yang tak punya arti apa-apa. Hanya ingin menuangkan apa yang dirasa. Karena kadang diri ini merasa sepi dan tak tahu harus bicara pada siapa...