Mungkin sebagian dari kalian belum mengenalku. Jika kau ingin mengenalku lebih dalam, aku ada pada sebuah KALA.
Namun ijinkan aku kembali memperkenalkan diriku.
Aku adalah sebagian dari KALA, sebuah kepingan ketentuan yang akhirnya tercipta dari doa-doa aku dan seseorang yang bertemu dipusat doa.
aku, Saka. adalah sebuah nama yang menjadi manifestasi harapan dari ibu dan Bapakku. sebuah doa, yang mengandung ribuan mimpi yang diam-diam dibisikkan saat aku lahir.
Saka, menyimpan arti sebagai tonggak. Mungkin ibu dan Bapakku ingin aku menjadi seorang yang dapat menjadi seorang yang kokoh untuk dapat menguatkan banyak orang, untuk bisa menjadi penguat bagi mereka yang merasa lemah.
Hingga akhirnya Tuhan mengabulkan salah satu doa dalam namaku, yaitu saat bapak meninggal. Menjadikanku satu-satunya anak lelaki, dengan 3 adik perempuan, untuk bisa menjadi Saka bagi keluargaku, bagi Ibuku yang akhirnya juga harus bisa berperan sebagai seorang Bapak.
Namun, bagaimanapun aku hanya seorang lelaki. Berusaha untuk mencari dirinya, dalam sosok-sosok yang aku temui. Dalam pelukan wanita-wanita yang akhirnya hanya aku tancapkan duri. aku yang selayaknya menjadi Saka, hanya menjadi luka bagi mereka karena selalu menjalani peran sebagai sosok yang akhirnya hanya bisa meninggalkan.
Sebuah Ironi, bahwa kepergian selalu menjadi pihak yang disalahkan, selalu menjadi peran yang menyebabkan luka. Tidak ada yang tahu, bagaimana akhirnya aku harus pergi membawa rasa bersalah, menyembunyikannya rapat-rapat karena .. hey, siapa yang mau mendengar keluh yang hanya akan terdengar seperti sebuah penyangkalan.
Seandainya mereka paham, bahwa pergi tidak pernah menajadi tujuan siapapun. Bahwa alasan kepergianku, adalah merasa menyerah pada juang yang hanya membuatku kalah. AKhirnya, saat aku harus bertahan mempertahankan juang, sedangkan mereka yang mengaku disakiti hanya bertahan mempertahankan dirinya agar tidak menjadi orang yang memutuskan pergi.
Aku, berjalan perlahan menjauh dari sebab-sebab yang membuatku pergi. Membawa serangkaian duka hingga pada sebuah Kala, aku diselundupkan pada sebuah ketentuan.
pada pertemuan yang akan menghidupkan gambar-gambar yang aku ambil melalui mata lensaku, dengan rentetan diksi yang terdiri dari senyawa-senyawa yang agung. Dari resah-resah yang berebut ingin hidup di mata para raga yang membacanya.
pada sebuah Kala, pada detik kesekian. Aku bertemu raga, pemilik puisi yang menjadi roh pada gambar milikku.
Lara,
-- ikuti kisah SAKA dan LARA yang akan diadakan oleh akun saya dan secara bergantian setiap hari. tentang sebuah pesan yang belum tersampaikan pada sebuah KALA. --