Pada satu titik ketentuan, kami bertemu dalam peraduan makna, sebagai penjelasan dari hal yang aku tangkap melalui mata lensa milikku.
"Lara"
"Saka"
begitu kami saling beradu sapa, pada sebuah ketidak sengajaan pertemuan nama yang tertera pada sebuah arti yang saling berdampingan. Oh ya, sayangnya kami saling bertatap bak semua kejadian yang terjadi dalam novel dan film, namun sepertinya itu adalah satu-satunya kejadian yang memang selalu terjadi pada semua orang. Semua mahluk menyetujui bahwa kejadian saling tatap itu, adalah hal-hal yang mereka tolak untuk dilupakan.
"aku lara, kamu siapa? Maukah kamu untuk mengetuk sukmaku? Kini tengah aku bukakan pintu itu? Kumohon masuklah, kita bisa berbincang apa saja disana, dalam mataku, dalam sukmaku, dalam rahasia-rahasia yang paling sunyi. Kamu juga, menyembunyikan itu bukan? Menyembunyikan ruang paling sepi untuk sebuah rahasia yang menunggu untuk diutarakan?"
Seolah mata itu berkata demikian, suara itu muncul begitu saja dalam kepalaku. Entah aku yang berharap suara itu benar, atau memang itu adalah apa yang tatapan Lara coba sampaikan.
Lara tersenyum. Mengundangku keberanian bodohku untuk mulai berbasa basi.
"kamu .... Lara?"
"Kamu... Saka?"
kami diam, melemparkan pandangan pada apa yang ada didepan kita. Diam, yang mengiyakan pertanyaan kami.
"tulisan kamu bagus.."
"hehe makasih.. foto kamu juga bagus"
"kamu tinggal di bandung?"
"enggak, dijakarta"
"datang kesini cuma buat ...."
"Iya"
lara memotong pertanyaanku dengan jawaban yang lebih dulu datang.
kami terdiam lagi. Cukup lama, 5 detik paling lama di hidupku.
"kamu suka nulis?"
"iya."
tentu saja dia suka menulis, bodoh! Aku mengutuk diriku sendiri.
"Kamu suka foto?"
seketika pertanyaan itu membuatku sadar, aku tidak sedang salah tingkah sendirian. Aku tenang. Aku mengiyakan pertanyaan Lara.
"jadi.. kepergian bisa seindah ini kalau jadi kata-kata ya..."
aku berucap tenang, sambil sesekali melemparkan pandangan pada syal merah di lehernya. Meski badanku masih menghadap pasangan makna didepanku.
"dan bisa semenyakitkan itu kalau jadi kenyataan... hehehe"
jawabnya dengan tawa yang lirih.
"jadi kamu udah pernah ngalamin,, kepergian? Jadi orang yang pergi maksudnya."
aku hati-hati bertanya. Ada jeda yang jelas dan dalam sebelum Lara menjawab.
"aku harap gak pernah.. tapi... aku hanya coba nerima apa yang disampein foto kamu... dan saat aku nerima pesen itu di foto kamu, seolah aku tahu... gimana rasanya pergi..."
jawabnya malu-malu dan masih lirih.
"tulisan kamu sangat menjelaskan foto disampingnya."