Aku, Sooji ?

328 52 10
                                    

" Sooji-ah.....bertahanlah. Aku mohon kau harus bertahan"

Jiyeon duduk di kursi koridor ruang operasi seraya bibirnya terus mengucap doa. Sudah tak terhitung berapa banyak airmata yang jatuh. Tubuh Jiyeon gemetar karena menahan rasa takut, ia tak berani mengangkat kepalanya untuk sekedar melihat apa yang Myungsoo lakukan.

Kim Myungso. Jiyeon tahu namja itu sangat marah dan ingin sekali menyalahkannya, namun Myungsoo memilih diam dibandingkan meluapkan emosinya.

Myungsoo langsung memutuskan pembicaraan begitu Jiyeon mengatakan Sooji mengalami kecelakaan. Jiyeon maklum, siapapun akan melakukan hal yang sama jika mendengar kabar buruk, tanpa mau mendengar penjelasan lebih detail. Jiyeon pikir ketika bertemu dirumah sakit, Myungsoo akan meminta ia untuk kemudian menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

Betapa sakitnya Jiyeon ketika Myungsoo datang, justru pria itu mencari tahu semuanya kepada suster dan dokter yang menangani Sooji, mengabaikannya yang sudah membuka mulut untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Jiyeon kembali mencoba untuk memahami. Mungkin Myungsoo panik, dan menurutnya berbicara dengan dokter akan membuatnya lebih tenang karena tahu kondisi Sooji yang sebenarnya.

Hingga tiga jam berlalu dan keduanya bersama, Myungsoo belum juga menegurnya. Bodohnya. Jiyeon terlalu takut untuk mengambil inisiatif agar kemudian membuat Myungsoo mau mendengarkan penjelasannya tanpa harus menunggu namja itu bertanya.

Jiyeon mengutuk dirinya sepanjang detik berganti. Jika saja tadi ia bisa menahan diri dan bersikap dewasa menanggapi pertanyaan Sooji tentu kejadian ini tidak akan terjadi.

Sayangnya hal yang sudah berlalu tidak mungkin akan menjadi semula .

Jiyeon tak mungkin memutar waktu agar kembali seperti yang ia mau.

" Apa ada orangtua atas nama pasien Bae Sooji ? "

Jiyeon mendongak, namun Myungsoo yang sejak tadi mondar-mandir didepan ruang operasi lebih sigap dan sudah berhadapan dengan sang dokter.

" Aku calon suaminya, keluarganya..... mungkin masih dalam perjalanan "

Jiyeon semakin tak tenang dengan reaksi dokter setelah mendengar keterangan Myungsoo tentang keberadaan keluarga Sooji. Apa Sooji baik-baik saja ? Apa dia selamat ?

Tuhan. Sungguh Jiyeon berharap apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Ia tidak mau kehilangan Bae sooji. Teman sekamarnya yang selama beberapa tahun ada dan menemaninya untuk membunuh rasa bosan.

Tidak juga kehilangan Kim Myungsoo. Pria tampan yang membuat hari-harinya penuh warna meski pria itu tak menyadari pengaruh yang ia berikan pada hidupnya.

Sungguh. Jiyeon bahkan akan mengutuk dirinya seumur hidup jika hal itu sampai terjadi.

" Anda ???? " Jiyeon sontak berdiri ketika dokter mengalihkan tatapan padanya.

" Aku......aku teman sekamar Bae Sooji "

Dokter itu nampak berpikir. Jiyeon dan Myungsoo menunggu dengan cemas.

" Harus ada dua orang yang menandatangi perjanjian ini, jika menunggu keluarganya datang kami tidak menjamin keselamatan calon istri anda tuan "

Jiyeon membalas tatapan Myungsoo yang kini menoleh untuk menatapnya. Mata tajam itu memandangnya bukan seperti memohon, namun lebih kepada meminta pertanggungjawaban pada Jiyeon tanpa harus Myungsoo atau Sooji berhutang budi padanya kelak.

" Demi keselamatan calon istriku. Aku dan nona yang disana akan menandatanganinya "

Sakit. Sebutan nona yang Myungsoo ucapkan menjelaskan jika pria itu benar-benar marah padanya, namun Jiyeon tidak bisa memaksa untuk Myungsoo mengerti posisinya ketika kejadian itu terjadi. Jiyeon mengangguk cepat, menyetujui apa yang Myungsoo katakan barusan. Mengabaikan rasa sakitnya karena apa yang dilakukan Myungsoo memang hanya tentang Sooji. Mungkin dengan seperti ini, perasaan bersalahnya sedikit mengikis, dan Sooji berhasil diselamatkan.

MY NAME IS JIYEONWhere stories live. Discover now