5

3.9K 61 0
                                    

Ane nggak ngerti dengan semua yang Ane alami ini. Apa kesalahan ane dan keluarga Ane sampai-sampai harus terjebak dalam kemelut yang tak ada ujung dan pangkalnya, terjebak di rumah hantu. Kata-kata dari pak Ustad beberapa waktu yang lalu membuat ane bergidik. sebegitu parahkah rumah ini, sampai-sampai penghuni gaibnya ikut campur dalam urusan ane di luar rumah. pantas saja orang-orang sebelum ane nggak bertahan lama tinggal di sini, paling lama dari mereka hanya satu setengah tahun. Ane harus menyalahkan siapa? penjual rumah yang telah ane beli? menurut Ane dia tidak bersalah karena dia juga merupakan korban dari ketidaktahuan. Kondisinya ketika meninggalkan Rumah ini juga sudah cukup menggambarkan betapa menderitanya selama hidup dan tinggal di Rumah ini, meski ditutup-tutupi. Dan Ane memang minat dengan rumah ini. Jujur saja, ane sangat suka dengan model Rumah ini. Suka dengan bentuknya, suka dengan keasrian dan lingkungan pemandangan alamnya.

Memang pertama kali ane datang bersama perantara yang menawarkan rumah ini, Saat melihat keadaan rumah waktu itu ketika malam, ane sempat merinding. Entah oleh sebab apa. Tapi Ane buang jauh-jauh perasaan itu.
Akhirnya Rumah ini ane beli dengan harga yang sangat murah bila dibanding dengan apa yang ane dapatkan. Harusnya ini jadi lampu merah atau tanda tanya buat ane untuk nggak melanjutkan pembelian, setidaknya curiga. Karena rasanya nggak wajar. Selain mendapatkan Rumah ini, ane juga mendapatkan seluruh isinya. Si pemilik pergi hanya dengan membawa pakaiannya saja. Seandainya ane tidak membawa barang apapun dari tempat tinggal ane yang lama, peninggalan dari si penjual rumah ini saja sudah sangat cukup untuk memenuhi sekedar keperluan rumah tangga kecil. Televisi, Kulkas, 3 set tempat tidur lengkap dengan bantal-bantalnya, 2 Lemari, 3 set meja kayu jati antik, dan lain-lain. Ane tidak sempat berfikir bahwa barang-barang ini juga telah menjadi media bagi para setan dalam melaksanakan pestanya di kegelapan sepanjang malam, di kelak kemudian hari.

Ada yang ane Suka dari barang-barang itu, terutama satu set meja di ruang tamu. Memiliki bentuk yang dapat menarik orang yang melihatnya. dia seakan mengandung magnet magnet untuk seseorang memilikinya. Bentuknya antik, mirip dengan kursi-kursi tua pada bangsawan-bangsawan kuno. dengan ornamen ukiran pada lengan dan badan kursi itu. Di kursi inilah kemudian sering terlihat seorang nenek kebaya merah dan sanggul besar di kepalanya, sedang duduk termangu seolah ada seseorang yang ia tunggu.

Semilir angin dari arah lapangan Golf Emeralda menyejukkan membawa nyanyian alam. Derunya Terasa dingin lembab menyentuh kulit tubuh Ane. Sangat melenakan, membuat lamunan terasa nikmat di siang itu. Fragmen-fragmen dari perjalanan ane ke sini, silih berganti berebut tempat di kepala ane. membuat sulit untuk ane pejamkan mata dan tertidur biarpun hanya sekejap. Galau ane semakin bertumpuk dengan bertubinya masalah demi masalah yang ane hadapi. Entah ada hubungnnya dengan rumah ini atau hanya kebetulan saja, yang jelas ane merasakan kemunduran semenjak ane tinggal di rumah ini. Ane nggak bisa menyalahkan orang yang menjual rumah pada ane, karena dia memang bertindak demi keselamatannya sendiri, dan tentunya wajar bila dia menutupi semuanya. Kembali fikiran ane melayang ke mana-mana, sebelum akhirnya ane mencium bau wangi yang menyergap kesadaran ane. Rasa kantuk yang muncul secara tiba-tiba, telah membuat lunglai persendian ane.

Ane paksakan menuju kamar, lalu Ane baringkan tubuh di kasur, istirahat. Seketika kelambu tempat tidur ane berubah menjadi putih dan bergerak-gerak lalu menutup dengan sendirinya. nampak sebuah wajah cantik putih dengan rambut panjang putih berkilauan Lengannya terbuka di antara kain berwarna perak ditubuhnya. Dia mendekatkan telapak tangannya dan meraih bahu ane. terlihat ikat kepala di atas keningnya, lebih mirip mahkota berwarna perak. kuku-kukunya panjang dan juga berwarna putih perak menyentuh kulit ane. Ane seakan terlena dan terbuai, atau memang ane sudah dalam pengaruh rasa kantuk yang berlebihan. Perempuan di depan ane mendekap lalu menindih tubuh ane, tapi kemudian kesadaran ane kembali pulih. Entah dari mana tiba-tiba muncul kekuatan yang mengarahkan ane untuk mendorong tubuh perempuan itu menjauh dari ane, wajah perempuan itu berubah marah dan lalu seolah wajah itu tersayat dari dalam dagingnya dan nampak kulit wajahnya retak-retak oleh semacam luka. Dari luka-lukanya mengeluarkan darah yang membasahi hampir seluruh wajahnya. Ane pejamkan mata dan berharap untuk segera sadar bila ini hanya mimpi. Tapi tetap nggak bisa, pemandangan itu tetap terpampang di depan ane, bahkan leher ini seperti kaku nggak bisa bergerak. Ane teriak-teriak dengan melafalkan ayat-ayat suci yang biasa ane bacakan ketika ane dalam rasa takut, suara ane tak bisa keluar, tertahan.

 Empat Tahun Tinggal di Rumah HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang