R. Clarissa Anastasya (REVISI BAB 1)

29.4K 403 41
                                    

"RAHAYU"

"CLARISSA"

"ANASTASYA"

"RISSAAAAAAAAAAAA!!!"

Lengkingan suara nenek, sang penguasa di rumah itu terdengar seantero rumah memanggil nama cucu bungsunya agar segera turun dari kamar untuk sarapan bersama. Jam telah menunjukkan pukul 07.00 dan 30 menit lagi bel sekolah akan berbunyi, namun Rissa, gadis yang sedari tadi diteriaki neneknya tak kunjung menunjukkan batang hidungnya juga. Geram, Rose pun ingin kembali meneriaki cucunya itu namun langsung ia urungkan begitu melihat Rissa tengah turun dari tangga.

"Selamat pagi Nenekku sayang" sapa gadis itu ramah, lalu mengelilingi meja makan menuju kursi tempat biasa ia duduk.

"Pagi Mbak Feli"

"Mas Joe, Mbak Fera kampret"

"Paijo, Pak Budi, Mbok Minah dan semuanya selamat pagii!! Semoga hari ini berjalan dengan indah, Amin!"

Dengan senyuman lebar, Rissa menyapa satu per satu orang yang berada di sekitar meja makan. Dan tanpa merasa bersalah sedikit pun telah membuat Neneknya berteriak tadi, Rissa langsung mencomot roti ditangan Rose yang baru saja selesai dibuat.

"Yaa gusti.." sahut Rose sembari merelakan roti yang dioles selai olehnya diembat cucunya itu.

Dan seperti biasa, ada sosok Reyhan yang tak disebutkan Rissa dalam ucapan 'selamat paginya'. Padahal pria berpakaian rapi itu sudah duduk tepat dihadapannya. Reyhan Pradipta Farid, nama lengkap lelaki sabar itu telah biasa mendapat perlakuan intimidasi dari Rissa, dan sudah menjadi angin lalu saja baginya.

Suasana sarapan pagi itu menjadi hening selama beberapa menit, sampai akhirnya Rose ingat pertanyaan apa yang ingin ia tujukan pada cucu bungsunya itu.

"Ris, pulang jam berapa kamu semalam?" tanya Rose pada cucunya itu, yang ditanggapi Rissa dengan wajah amat santainya. Seperti tahu, hal ini pasti akan terjadi.

"Hmm gak tau, mungkin jam 4" jawab gadis itu yang membuat Rose hanya bisa memejamkan matanya, menahan gejolak yang tiba-tiba saja membara.

"Terus mobilmu kemana? Nenek gak ada liat mobilmu di garasi" selidik Rose lagi dan dengan entengnya Rissa menjawab, jawaban yang membuat kepala wanita renta itu menjadi amat sangat pusing sekarang.

"Bengkel, semalem aku nabrak tiang"

"Astaga!" sahut semua yang mendengar ucapan Rissa di meja makan itu, sedangkan dirinya malah memandang aneh semua orang seolah-olah baru kali ini dia nabrak-nabrak.

Rose mengelus dadanya pelan, terasanya nyeri apabila memikirkan hal yang sudah dilakukan cucunya itu. Wanita tua ini sudah sangat lelah mengurus Rissa yang nakalnya super luar biasa dibandingkan 3 kakaknya yang lain. Setiap hari ceramah pun, tak akan ada yang nyangkut di otak gadis berusia 18 tahun itu. Petuah dari Neneknya seperti masuk telinga kanan keluar dari telinga kanan lagi, alias mental. Tak ada yang nyangkut ataupun keselip.

"Balapan liar lagi?" Reyhan tiba-tiba menyeletuk, saat suasana mendadak hening setelah Rose sudah berhenti untuk bertanya tentang keberadaan Rissa semalam.

Aura permusuhan pun menguar, saat Rissa menatap tajam orang dihadapannya sekarang. Calon manusia yang akan mendapatkan bacotan sengitnya pagi ini.

"Mau gue balapan liar, balap karung, balap-balapan atau apaan itu terserah gue, hak gue! Lo kaga usah ikut campur masalah keluarga gue yaa! Lo itu bukan siapa-siapa selain tetangga yang tiap pagi numpang sarapan di rumah gue, paham kaga?" ujar Rissa nyolot lalu menggebrak meja makan di hadapannya. Entahlah untuk masalah yang menyangkut tentang Reyhan, Rissa selalu emosi dan berapi-api, apalagi bila Reyhan sudah membuka mulutnya dan berbicara tentang dirinya, ingin sekali bertarung 1 lawan 1 dengan Reyhan agar menjaga mulutnya dan jangan ember pada Nenek atas kelalukannya diluar sana.

Baby, It's Cold OutsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang