Jam 00.03 dinihari, 26 November 2013
Selimut ditarik, menutupi separuh tubuh mungilnya. Tubuhnya menyamping, menatap jendela dan memejamkan matanya secara perlahan, menuruti rasa kantuknya karena lelah dengan kegiatan yang cukup padat hari ini.
Hampir tengah malam dan Baekhyun nyaris terlelap, gedoran pintu yang tidak biasa didepan rumahnya memaksa Baekhyun untuk membuka matanya secara paksa. Matanya mengerjap tak mengerti, menatap cahaya remang-remang yang menyinari kamar sederhana miliknya.
Gedoran pintu kembali terdengar, masih dengan suaranya yang sangat keras, siapapun itu, Baekhyun yakin tangannya pasti sakit karena mengetuk pintu sekasar itu.
Baekhyun menguap pelan, melangkah turun dengan hati-hati dan bergerak dalam gelap, kakinya melangkah kecil, membuka pintu kamarnya dan mendapati cahaya ruang tengah menyinarinya, memaksa Baekhyun yang setengah terlelap untuk bangun.
Baekhyun melangkah cepat tanpa alas kaki. Lupa, karena kakinya melangkah lebih cepat kearah pintu tanpa sempat berpikir terlebih dulu. tangan Baekhyun terulur, menarik ganggang pintu rumahnya yang berwarna coklat.
"Baekhyun~aaa," Itu yang Baekhyun dengar saat pintu rumahnya terbuka, dan matanya refleks mengerjap tak mengerti menatap sosok tampan yang kini berdiri didepannya dengan penampilan yang mengenaskan.
Sosok yang baru saja mengantarnya pulang beberapa jam yang lalu, sosok tampan dengan tinggi melebihi tingginya meski mereka sama-sama berjenis kelamin laki-laki, sosok tampan yang kini berwajah pucat dengan keringat yang menetes deras diwajahnya yang tetap saja terlihat tampan, sosok yang selalu Baekhyun mimpikan setiap malam dalam tidurnya.
"Ada apa?" Baekhyun berbisik lembut, melangkah mendekat dan mengabaikan sensasi dingin yang menghinggapi kaki mungilnya yang telanjang.
Baekhyun diam mematung, memejamkan matanya saat tubuhnya terasa hangat, Chanyeol nyaris berlari mendekatinya, membawa tubuh mungilnya dalam pelukan. Memerangkapnya dalam pelukan hangat yang sulit Baekhyun deskripsikan.
"Chanyeolie~," Suara Baekhyun bergetar, sama bergetarnya dengan tubuh Chanyeol yang kini memeluknya dengan erat, memaksa Baekhyun untuk berpikir bahwa ada yang tidak beres dengan laki-laki yang kini memeluknya dengan erat.
"Ada apa?" Tangan Baekhyun terulur, mengusap punggung tegap Chanyeol dengan lembut. Menenangkan getaran hebat yang terasa dalam pelukan mereka. Apapun itu, Baekhyun tahu ada sesuatu yang sedang terjadi, sesuatu yang membuat Baekhyun tahu bahwa itu bukan kabar yang menyenangkan untuk didengar.
Wajah tampan Chanyeol menjauh, tatapan mata mereka bertemu, dan Baekhyun bisa melihat dengan jelas jejak air mata yang mengering diwajah tampan Chanyeol yang pucat. Tangannya terangkat, memegang pipi putih Chanyeol dengan tangan yang bergetar.
"Orang tuaku meninggal," Suara Chanyeol lirih dengan setetes air mata kembali luruh, membasahi jejak yang sempat mengering. Otak Baekhyun terasa buntu, Lidahnya kelu dan telinganya seolah tidak bisa berfungsi dengan baik.
"A-apa?" Baekhyun berbisik lembut, mendekat dan menyentuh pipi pucat Chanyeol dengan kedua tangannya yang bergetar hebat. Bibirnya tertarik, membentuk senyum tipis yang terlihat menyakitkan.
"Mereka dibunuh," Tangan Chanyeol mengepal dikedua sisi tubuhnya, tatapan matanya menajam, dan Baekhyun bisa melihat rasa sakit yang sulit dijelaskan disana.
Baekhyun mendekat, membawa tubuh tinggi Chanyeol semakin menempel padanya, kakinya yang tanpa alas kaki berjinjit, memastikan wajah mereka sejajar.
"Kau baik-baik saja, kan?" Baekhyun merasa bahwa inilah pertanyaan terkonyol yang pernah dia ajukan, tapi dia harus berbicara atau dia yang akan menangis dan bukan Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] ROOMMATE (Mingyu X Wonwoo)
Fiksi PenggemarRoommate, tidak sebatas pada teman sekamar. - Chanbaek, Meanie