Sehari setelah pernikahan pasangan Perys Craig dan Amanda Moore.
Begitu menyelesaikan urusan bisnisnya, Perys dengan tergesa memasuki Penthousenya dan berharap Mandy istrinya bersemangat dengan rencana perjalanan bulan madu mereka, tapi ia malah mendapati Mandy berjalan melewatinya tanpa ekspresi.
Mandy mengenakan piyama biru laut dengan rambut coklat tuanya di biarkan tergerai berantakan dan tidak di sisir. Dengan mata yang lelah ia duduk di sisi tempat tidur. Perys memandang Mandy tak terkedip, di matanya Mandy makin terlihat seksi.
"Jangan kau kira dengan penampilan sepertimu saat ini... aku tidak bergairah, sayang." Itu yang ada di benak Perys.
Hingga malam ini mereka belum pernah bercinta bahkan di kencan-kencan mereka sebelumnya. Mandy selalu menghindar dengan alasan perjodohan mereka membuatnya shock, sehingga ia tidak siap jika harus bercinta. Perys tidak pernah memaksa dan tidak merasa berkeberatan, walau bila berdekatan dengan Mandy hasratnya selalu menggebu ingin rasanya langsung membawa Mandy ke tempat tidur.
Dengan pengendalian diri yang kuat, dia selalu berhasil dan seperti malam ini, ia memilih untuk mengendalikan dorongannya. Dia akan sabar menunggu Mandy siap bercinta dengannya, walau sekarang mereka telah sah terikat satu sama lain.
Perys yang merasa matang dan siap berkomitmen di usianya yang menginjak 35 tahun, langsung setuju ketika orang tuanya menjodohkan dengan Mandy. Dia sudah bosan dan merasa lelah dengan kencan semalam bersama perempuan-perempuan berbeda. Hatinya langsung bergetar ketika pertama kali di kenalkan dengan Amanda Moore yang biasa di panggil Mandy. Perempuan cantik menawan dan sangat menarik.
Dia tidak tahu apakah ini cinta pada pandangan pertama? Entahlah yang ia rasakan hatinya langsung terikat dengan Mandy, perempuan mungil berambut coklat tua dan sangat seksi di matanya.
Keduanya masih saling bersitatap dan hening untuk beberapa detik. "Perys, aku tidak terlalu nyaman dengan ide ini dan rencana perjalanan bulan madu begitu cepat," kata Mandy dengan cemas. "Aku suka bepergian dan menjelajahi tempat-tempat baru. Maladewa, Bali, dan Raja Ampat adalah tempat- tempat indah untuk menjadi tujuan bulan madu, tapi ......," katanya berhenti tiba-tiba.
"Tapi.... tapi kenapa Mandy? Apakah kau masih memikirkan Nicholas? Bila kau tak suka dengan perjodohan ini, kenapa tak kau tolak saja?" Perys bertanya dengan suara keras.
Perys menuju walk in closet dan dia mengganti setelan jasnya dengan piyama. Setelah mengenakan piyama warna senada dengan piyama yang di kenakan Mandy, Perys mendekati istrinya kembali.
Sementara Mandy tampak bingung harus berkata apa. Dulu ketika dia dengan terpaksa menerima perjodohan ini, Mandy masih menjalani hubungan jarak jauh dengan Nicholas. Mandy di London Inggris, Nicholas di Boston Amerika Serikat.
Mereka bertemu ketika keduanya kuliah di fakultas kedokteran University of Barkley di San Francisco AS. Keduanya terpaksa berpisah jarak setelah mereka putuskan pulang ke kampung halaman masing-masing, begitu gelar Dokter sudah mereka genggam.
Mandy melanjutkan spesialis Psikiatri di Cambridge University Inggris, negeri asalnya. Merasa hubungannya dengan Nicholas tak ada masa depan, terpaksa dia menerima perjodohan yang di sodorkan orang tuanya dengan anak sahabat mereka.
Mandy memutuskan Nicholas sehari sebelum pertunangannya tiga bulan lalu. Nicholas hanya bisa meradang, namun dia sama sekali tak berusaha datang ke Inggris untuk mecegah pernikahan ini.
Mandy akhirnya mengerti bahwa menerima perjodohan ini lebih baik, sejak pertama kali bertemu dengan Perys, Mandy langsung menyukai pria tampan ini. Perys yang charming ternyata sangat sopan dan tak pernah memaksanya bercinta, karena dirinya berterus terang belum benar-benar siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Craig and Mrs Craig
RomanceWarning untuk 21 +++ Bukan cerita bersambung. Hanya kumpulan kisah Perys dan Mandy yang pernah saya tulis. Kalau ada waktu akan saya tulis kisah baru mereka.