#02

39 3 0
                                    

Keesokan paginya, Aster sudah siap sarapan dan Nadine turun dari tangga dalam keadaan kacau. Aster baru melihat lagi keadaan seseorang yang baru bangun setelah mabuk, benar-benar kacau. Salah satu alasan agar dia tidak pernah merasakan minuman itu lagi.

"Pagi Nadine, kau butuh sesuatu ?" Sapa Aster dengan membawa piring kotornya ke wastafel.

"Yeah, mungkin advil. Apa ibuku sudah pergi ?" Jawabnya sedikit ragu dengan menggaruk-garuk rambutnya yang sudah berantakan

"Ini, kau beruntung dia belum melihatmu" Aster menaruh 2 butir advil dan satu gelas air didekat Nadine

"Kenapa kau sudah rapi, mau kemana ?"

"Kuliah, kau lupa jika ini hari pertama kuliah"

"Oh sial" Nadine terlonjak dan buru-buru naik kekamarnya.

Aster mendengus, itu menjadi alasan tambahan baginya agar tidak pernah mabuk lagi.

"Kau tidak tahu betapa aku sangat menantikan hari ini" Nadine memulai ocehan paginya setelah mereka sampai di Phoenix College

"Hari Senin ?" jawabnya ragu, Aster tidak yakin kenapa hari Senin menjadi begitu spesial bagi sepupunya

"Bukan idiot, tapi kepindahanmu. Akhirnya kau berada jauh dari Bibiku yang begitu possesif dan pindah kesini, dengan begini ibuku akan mengijinkanku untuk pergi kemanapun selama kau bersamaku" Nadine begitu antusias mengenai hal ini seperti biasanya

"AAH ... aku tidak mendaftar untuk hal tersebut Meghan Trainor, jangan bawa aku kekehidupan mu yang suram. Okay"

"Bitch" gerutu Nadine

Aster secara tiba-tiba berhenti berjalan dan menahan nafas. Dia melihat seorang pria yang kemarin mengantarnya ketoilet, dia tidak tahu jika pria itu salah satu mahasiswa disini.

"Apa yang kau lihat?" Nadine menyadari ada yang salah dengan sepupunya yang kolot ini. Dia pun melihat pria yang menarik perhatian sepupunya ini

"Trivan ? Kenapa kau melihatnya seperti itu, apa kemarin kau bertemu dengannya?"

"Tidak, dia hanya mengantarku ke toilet" jawab Aster

"Well, saran dariku berhati-hatilah padanya. Dia itu sedikit ... unik"

Aster mengangguk mengerti, mereka pun pergi menuju kelas masing-masing

Kelas pertamanya bersamaan dengan Trivan, Trivan terlihat biasa saja saat melihat Aster memasuki kelasnya. Seakan mereka tidak pernah bertemu.

Berbeda dengan gadis itu,dia terlihat gelisah dan gugup.

Dia merasa bahwa dia sedikit kasar padanya kemarin, dan Aster rasa ucapan terima kasihnya terasa kurang tulus.

Mungkin aku harus minta maaf lagi dan mengucapkan terima kasih, batinnya

Setelah kelas usai, Aster berlari mengejar Trivan yang berjalan dengan begitu cepat karena kaki-kaki panjangnya.

"Hei !" Panggilnya dengan nafas terengah karena berlari

Trivan berhenti dan menunggu, Aster sampai dan menstabilkan nafasnya sebelum berbicara dengan terengah

"Aku minta maaf, kemarin malam itu aku benar-benar tersesat. Maaf sudah mengganggu kegiatanmu dengan teman kencanmu dan maaf karena sudah bersikap kasar, kemarin juga terima kasih sudah mengantarku ke toilet." dia pun mengulurkan tangan sebagai formalitas

Trivan tersenyum saat melihat uluran tangan Aster, dia menarik uluran tangan Aster dan memeluknya. Menepuk-nepuk punggung Aster, dan Aster melotot kaget.

Dia merasakan kembali getaran tersebut dan juga perasaan hangat yang secara tiba-tiba merayap di hatinya, setelah beberapa detik diapun berontak dalam pelukannya.

"Begini cara yang benar, tidak perlu minta maaf dia bukan teman kencanku." ujarnya dengan melepas pelukannya pada Aster

Aster mundur beberapa langkah dari Trivan yang menyengir seperti orang bodoh .

"Jadi, kau ini siapa orang asing?" Tanya Trivan yang tidak pernah melihat gadis dengan rambut coklat muda yang lebat dan mata bulat ini.

"Aster, aku pindahan dari Boston" jawabnya dengan gugup

"Kau si Boston itu ? Sepupunya Nadine ?" Aster berkedip tidak mengerti

"Baiklah Ass, senang melihatmu. Aku Trivan, baik-baiklah disini ok" lalu Trivan berlalu

Namaku Aster bukan Ass, Aster membatin kesal

"Oh jadi yang kemarin itu sepupumu dari Boston?" Shelby, gadis campuran Amerika-Korea ini salah satu teman Nadine

"Dia terlihat begitu kikuk, kau yakin dia sepupumu ? Kalian terlihat berbeda sekali" Ruth, si gadis blonde elegant dengan wajah lancip dihiasi bibir tebal sexy menyahut

"Dia gadis yang menyenangkan jika kalian mau mengenalnya, wajar saja jika dia terlihat begitu kikuk dia selalu dikurung didalam rumah oleh ibunya" jawab Nadine

"Apa yang kalian bicarakan?" Theressa datang bersama Alder dan Cindy, teman Nadine lainnya.

"Sepupuku dari Boston" jawab Nadine

"Ah yang duduk sendirian dipojok ruangan itu, kupikir dia seorang tunawisma yang secara random masuk dan berpikir bisa mendapatkan sedikit makanan sisa dari pesta kemarin. tapi dia cukup manis juga" Alder menyadari jika gadis yang diliatnya tadi malam sangat asing

semua orang mendelik ke arah Alder karena mendengar komentar menyebalkannya

"Lalu dimana dia sekarang ?" Cindy bertanya dengan melihat sekitar mencari keberadaannya.

Dan Aster, subjek yang sejak tadi dibicarakan melihat mereka.

dia berhenti sejenak, dengan tatapan gamang sedikit ragu untuk mendekat meskipun dia melihat Nadine sepupunya berada dalam kelompok tersebut.

itu tidak menjadi alasannya untuk bergabung karena mungkin saja teman-teman Nadine memiliki kriteria tersendiri untuk menerima seseorang menjadi bagian dalam kelompok mereka.

tapi Nadine melambaikan tangannya sebagai undangan, dan Aster menatap lambaian tangan tersebut seperti sebuah cahaya dari mercusuar dimana dia adalah seorang pelaut yang tersesat di lautan.

jadi dia berjalan mendekat, mengumpulkan semua kepercayaan diri dan berpikir kalimat apa yang harus dia ucapkan.

"Apa kursi ini kosong?" Tanyanya

"Kau datang diwaktu yang tepat, duduklah. Sejak tadi kami membicarakanmu" Nadine menarik tangannya untuk duduk

"Kuharap bukan sesuatu yang buruk" Gurau Aster dengan mengambil duduk, tapi tentu saja Aster tahu kalo dia menjadi bahan pembicaraan di kelompok ini.

seseorang akan menjadi bahan pembicaraan jika yang dia lakukan di sebuah pesta penuh dengan manusia teler hanya duduk di pojok ruangan dan memegang sebuah cup berisi coke, semalaman penuh.

"Waw ... lihat mata cokelat besar itu, kau begitu manis" gadis dengan rambut ombre pink dan ungu dengan pakaian ketat, Alder memujinya. dia menatap tepat di kedua bola mata Aster

Aster tersenyum canggung, dan berusaha mengalihkan pandangan

"Oh terimakasih, aku dapat ini dari ibuku. Aku bersyukur hanya mewarisi matanya dan tidak dengan tahi lalat di ujung hidung nya"Aster kembali bergurau, mencoba santai walaupun sebenarnya dia sedikit gugup karena penampilan mereka benar-benar berbeda jauh dengannya.

"Kau jauh lebih manis jika dilihat dari dekat. Aku hampir ingin menjilatmu seperti ice cream" pekik Alder dengan gemas

Well, Aster tidak pernah menyadari betapa manisnya dia setelah ulang tahun nya yang ke 9 tahun. dan dia tidak pernah berpikiran bahwa penampilannya yang manis ini bisa membuat orang lain melihatnya sebagai makanan penutup sampai Alder mengungkapkan pikirannya secara gamblang

"Oh maaf sekali, ini tidak termasuk dalam menu" balas Aster

"Aku setuju denganmu, dia manis dan aku suka manis"

Suara ini, dia kan ?

G.B.F or F.W.BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang