2. Forgotten facts

146 10 5
                                    


Memiliki sahabat lawan jenis memang sudah tak jarang lagi sekarang. Tapi, apa yang terjadi jika salah satu dari mereka memendam perasaan? Hancurlah sudah persahabatan itu. Karena jika salah satu dari mereka mengutarakan perasaannya. Faktanya, akan terjadi 2 kemungkinan yaitu, mereka saling menyukai lalu mereka bersama atau hanya salah satu dari mereka yang memiliki rasa, lalu yang lainnya tidak sama sekali, dan lama kelamaan persahabatan mereka akan renggang hingga mereka berpisah.

Mungkin opsi ke dua sangat cocok untuk menggambarkan keadaan gadis bernama Icha ini. Gadis yang sekarang tengah duduk terdiam dikelas. Padahal kelas sudah berakhir beberapa menit yang lalu.

Dia masih memikirkan kejadian tadi pagi, sebelum bel masuk berbunyi. Saat dia dengan gamblangnya menyatakan perasaannya pada sahabat satu-satunya sejak lama, Julian. Dan entah, Julian hanya menanggapinya dengan sebuah tawa lalu beranjak pergi. Padahal, Icha sudah menyiapkannya, memberanikan diri mengungkapkannya.
Tapi apa yang dia dapat? Bukannya balasan perasaan atau jawaban malah dikirannya ucapan dia itu sebuah lelucon.

Icha menghela nafas berat, lalu berdiri mengambil tas nya dan keluar kelas, hendak pulang.

Kondisi sekolah masih cukup ramai dengan siswa-siswi yang mengikuti ekskul. Sampai gerbang, tidak terpikirkan oleh Icha, dia bertemu Julian. Icha langsung mengambil langkah lebar dan menunduk sambil pura-pura memainkan ponselnya, berharap Julian tidak melihat lalu menghampirinya.
Perkiraannya salah, Julian malah menyusul Icha. Langkah Icha yang besar-besar tadi, dengan cepat tersusul oleh Julian yang langsung menarik pergelangan tangan Icha.

"Heh, Cha. Mau kemana lo? Udah gue tungguin daritadi, sekalinya muncul malah ngacir gitu aja" ucap Julian.

"Mau pulang lah" jawab Icha mencoba santai tanpa menatap wajah Julian.

"Yaudah bentar, gue ambil motor dulu" ucap Julian.

"Eh eh, gue naik angkot aja, Jul. Mau mampir toko buku dulu" jawab Icha sebelum Julian membalikkan badannya hendak ke parkiran.

"Etdah gaya-gaya an lu, biasanya juga minta anterin gue. Udah tunggu bentar" ucap Julian, lalu dia menuju parkiran hendak mengambil motornya.

Bukannya menunggu, Icha malah berjalan ke arah tempat biasaanya siswa lain menunggu angkot. Tidak beruntung baginya, angkot yang ditunggu-tunggu tidak muncul sampai suara motor terdengar dari belakang, otomatis Icha menoleh.

"Gue bilang tungguin malah ninggal, gimana sih?, nih helm lo" ucap Julian.

Icha hanya menggigit bibir bawahnya, terdiam. Dia baru ingat tadi pagi dia berangkat bersama Julian, dan tentunya helmnya masih ada bersama Julian.

"Ayoo, Cha, ntar keburu sore" ucap Julian menyadarkan Icha.

Lalu Icha pun mengambil helmnya dari tangan Julian dan menaiki motor Julian.

Dijalan, pikiran Icha berkecamuk. Mengapa Julian bisa bersikap biasa-biasa saja? Seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal jelas-jelas tadi pagi Icha mengatakan sesuatu yang bisa saja membuat orang lain berubah dalam sekejap. Tapi, ini Julian malah santai-santai saja. Apa Julian memang benar-benar tidak paham maksud ucapannya tadi pagi?

"Heh bengong mulu, udah nyampe, mau sampai kapan lo berdiam di situ?" Ucap Julian menyadarkan Icha, lagi.

Cepat sekali sampainya--batin Icha

Di dalam toko buku, dia tidak tau mau membeli apa. Karena mampir ke toko buku hanyalah alibinya saja pada Julian. Icha pura-pura sibuk memilih-milih buku di rak saat Julian datang.

"Cha" panggil Julian dan Icha hanya berdehem.

"Lo masih milih-milih kan? Gue keluar bentar ya, ada sesuatu" ucap Julian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Argumentasi DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang