Parte 2

19 3 0
                                    

Sekolah Menengah Atas Dwitama memiliki berbagai macam peraturan yang unik.
.
Salah satunya adalah siswa selalu memiliki tanda identitas pada setiap kelasnya.
.

Untuk kelas X strip 1, kelas XI strip 2 dan kelas XII strip 3 masing-masing tanda terletak pada dasi di bagian bawah.


***

Sungguh sangat kesialan Liana untuk menabrak seseorang dengan tanda dasi strip 3 pada dasi bagian bawah.
Sedangkan dia sendiri memiliki motto yang cukup berkebalikan dengan kelakuannya saat ini. Yaitu,

'Menghindari masalah sebisa mungkin, ceroboh bukanlah sebuah alasan yang dapat di maafkan'.

Sungguh kelalaian yang tidak termaafkan pada pendiriannya, karena Liana baru saja
melanggar pernyataan mottonya sendiri.

Liana yang masih kaget, karena mendapati dirinya menabrak seorang yang lebih tinggi darinya dan ternyata kakak kelasnya pun memulai percakapan pada hati nuraninya.

Panik mode on

"A.. aduh, gimana ini susu nya kena baju dia, terlebih lagi dari dasinya.. dia KAKAK KELAS!! AHHHHH!!"
Teriak Liana dalam hati, dengan panik.

"Aa.. anu kak, maaf ya susunya tumpah kena seragam kakak."
Jelas Liana, kembali kepada kesadarannya.

"Iya, kelihatan kok, aku tidak sama bodohnya dengan orang yang menabrakku. sampai tidak mengetahui apa yang tumpah ke bajuku." Jawabnya sedikit sebal.

"Nah loh, Aduh gimana nih, dia sampai menyindir kesalahanku di percakapannya. Udah keliatan banget kalo dia marah..."
Ucap Liana resah yang masih berbicara dengan hati nuraninya.

"A..ah, kak sini ku coba cuci kan bajunya biar nodanya cepat hilang kalo dikasih air sekarang." Jelas Liana, dengan suara memohon agar di biarkan mencuci noda baju dan dimaafkan.

Kakak kelas tersebut, sedikit tersenyum. Melihat kelakuan adik kelas ini merasa bersalah akan kelakuannya sehingga,..
"Gak, ngga usah. Nanti kelamaan, aku lagi buru-buru soalnya. Akan ku usahakan untuk mencucinya sendiri nanti, terimakasih untuk menawarkan."
Jelas laki-laki tersebut.

Liana pun sedikit lega karena dia berfikir kakak kelas itu sudah memaafkan dan melepaskannya dari masalah atas perilaku yang diperbuatnya.

"Tapi, sebagai gantinya kau harus bayar uang laundry nya. Yah.. mungkin sekiranya 300 ribu rupiah." Lanjutnya, melebih-lebihkan harga yang seharusnya harga aslinya dibawah itu.

"Ba.. bayar? Ti.. tiga ratus..??" Jawab Liana  terbata-bata seakan dia tidak percaya apa yang baru saja dia dengar.

Dan ternyata adik kelasnya ini percaya akan pernyataan yang tidak mungkin itu.

"Ohh, apa kamu tidak bisa membayarnya? Kalau begitu gini aja." Ucap laki-laki itu sambil sedikit menyeringai.
"Kau, setiap sore temani aku jajan disini dan mengobrol denganku." Lanjutnya tertawa kecil ketika melihat ekspresi Liana yang entah itu syok, kaget, bingung atau yang lainnya.

"Temani setiap sore? Dan mengobrol..?"
Tanya Liana, kebingungan.
"Iya, mudah kan? Ingat ya setiap" Jawab kakak kelas itu seraya memberikan senyuman lembut di depan Liana.

Liana memberikan wajah memelas kepada Nadya, dengan harap Nadya akan membantunya menghadapi kakak kelas ini.

Tetapi ternyata apa yang di imajinasi kan tidak sesuai dengan harapan Liana, Nadya bersikap tidak ingin tahu dan memberikan kode kepada Liana untuk segera menyelesaikannya, lalu kembali ke kelas.

Liana yang melihat kode Nadya itu sedikit kesal, tetapi memang apa boleh buat. Liana memang bersalah, itu fakta yang tidak dapat diubah.

Karena Liana tidak ingin mendapatkan banyak masalah lagi, dan dengan tenggat waktu berharga yang terus terbuang sia-sia.
Maka Liana pun membulatkan keputusannya.

Dengan setengah hati Liana terpaksa menjawab,
"O..oke deh kak, aku setuju. Dengan pilihan yang kedua itu."

Laki-laki itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawa karena dia tidak percaya bahwa adik kelasnya ini mengikuti kemauannya, saat Liana menyetujui pilihan itu.

"Oke deal. Dimulai hari ini ya, nanti sore di kantin. Ku tunggu ya, jangan telat atau berusaha untuk kabur. Kalau kabur, aku akan mempersiapkan hukuman yang sepadan."
Lanjut laki-laki itu seraya berdehem untuk menutupi tawanya dengan tersenyum lebar.

"Oh iya, aku Taki, semua orang memanggilku begitu. Kalau kau siapa? " Lanjutnya, menyodorkan tangan dengan maksud untuk berkenalan secara sopan.

"Taki, ya. Seperti bukan nama asli. Yah, apa boleh buat. Aku juga gak akan kasih tau nama lengkapku kalau begitu."
Ucap Liana berbicara dengan hati nuraninya untuk meyakinkan diri.

"Aku.., Lia."
Balas Liana dengan setengah hati, karena sebenarnya dia tidak ingin memberi tahu kan namanya, seraya menyambut tangan laki-laki yang bernama 'Taki' itu.

"Oke, Lia. Senang bertransaksi dengan mu."
Ucap Taki seraya mengeluarkan senyuman manis dan  menepuk kepala Liana dengan lembut.

Setelah selesai percakapan diantara mereka berdua. Taki pun melanjutkan aktivitas yang ingin dia lakukan sebelumnya.

"Apa-apaan ini..."

SLifeWhere stories live. Discover now