Gejolak ku rasa membuat ringkih
Tak berarti
Aku mengerti akan sebuah putusan menyayat hati saat kau tiba-tiba pergi meninggalkan segala kenangan yang telah terbentuk....
Menyudahi rasa membara dalam hati tak semudah menyiramkan air jernih ke kobaran api....
Tak semudah berucap dan kemudian baik- baik saja....
Aku bukan sebuah ranting pohon yang parah aku seorang hamba memiliki satu hal terluka .....
Mengertikah saat kau ucap kata keseriusan? Dan saat itu kau torehkan sebuah benang merah diantara kita!
Dan kau memutuskan tanpa melihat ke dalam hatiku
Betapa aku benar-benar patah karenanya....
Betapa aku menagisi dirimu semalaman
Benarkah yang terjadi dan benarkan itu terucap dari indahnya wajahmu.......
Aku kembali menatap kedalam tablet kecil berbentuk pipih. Sebuah tulisan rapi baris kata membuatku hampir tak bisa bernapas lega. Air mata masih membajiri betapa rasa sakit kembali terbuka. Ku anggap dirinya sebagai penebus rasa sakit terdahulu tapi nyatanya bukan seperti itu, dirinya sama saja seperti yang sebelumnya. Mengungkapkan betapa manisnya janji tanpa mengerti untuk ditepati.
Aku ingin menulikan telingaku, sungguh. Aku serasa tak ingin melihat esok adalah pagi dan aku tak ingin melihat jika esok adalah malam. Sambil mengelus dada aku berfikir bisakah hidup ini tanpa rasa sakit?. Bisakah tak ada luka? Kembali ku merenung dalam, kupejamkan mata air.mata masih mengalir dalam mata yang mulai tak melihat jelas. Kecewaku lebih besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Hati
Non-FictionSebuah perasaan yang pernah singgah menemani hari yang terlampau sepi