PROLOG

284 93 26
                                    

Langit yang kelam seakan menambah situasi gundah seorang wanita yang duduk disamping tumpukkan tanah seraya memegang erat batu nisan. Tumpukkan tanah yang menimbun menutupi raga seseorang yang ia yakini sebagai Filantropi-nya selama ini.

Alma merintih seakan tidak percaya dengan keadaan yang sedang terjadi.

Berdiri disampingnya seorang pria paruh baya menanti putri semata wayangnya yang hampir satu jam mencangkum batu nisan.

"Ayo nak kita pulang"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

1. Gradasi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang