01

4.3K 62 2
                                    

"Far, lu lagi sampe ??" Tanya Kalea saat melihat sahabat seperAlay-annya itu memasuki kelas.

"Iyups." Balas Farren. Gadis itu menengokkan kepalanya mengelilingi kelas.

"Bu Dya belum masuk ?" Tanya Farren karena tidak melihat guru mapel bahasa itu di dalam kelas. Kalea mengedikkan bahunya.

"Katanya ada rapat gitu. Biarin aja kali, jam kosong ini." Kata Kalea dengan senyum merekah. Farren pun mengembangkan senyumnya juga.

"Lha emang biarin ae dong. Emang mau di apain ? Kalo bisa sih rapatnya sampe jam pulang sekolah." Balas Farren cuek. Mereka pun tertawa gaje memikirkan kemungkinan itu. Dasar murid somplak.

"Lo bawa henna-nya kagak?" Tanya Farren.

Gadis berkuncir kuda itu memgeluarkan buku Fisikanya, mengecek apakah ada PR yang kira-kira belum di kerjakannya. Dia membolak-balik LKS bersampul merah itu. Walaupun jam pertama ini kosong, belum tentu jam pelajaran selanjutnya juga masih kosong.

"Bawa dungs." Balas Kalea sambil mengeluarkan henna dengan 3 macam warna berbeda. Farren meletakkan bukunya di ujung meja.

 Farren meletakkan bukunya di ujung meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagi yang merah ama item Kal." Kata Farren.

"Ambil diri kali. Manja banget." Balas Kalea.

"IZAIN" balas Farren​ sambil mengambil henna warna merah dan mulai mengukir sebuah gambar di punggung tangannya.

.
.
.

Dua jam pelajaran berlalu mereka lewati untuk menggambar di tangan masing-masing. Farren pun begitu, tidak lagi melirik pada buku Fisikanya. Tercampakan.

"WOI.. PAK HANS UDAH OTW SINI WOI." teriakan salah satu teman sekelas mereka membuat gerakan tangan Farren dan Kalea terhenti.

"Sapa tadi yang otw sini Kal ?" Tanya Farren sambil mendongakkan kepalanya.

"Pak Hans Far." Bales Kalea pendek.

"Oh pak Hans." Jawab Farren dengan wajah santai. Padahal teman sekelas mereka kini sudah kalang kabut entah melakukan apa.

"Kok sampe segitunya sih." Celetuk Kalea memandang teman-teman sekelasnya.

"Kan ada PR, Kal. Biasa kali." Balas Farren.

Dua gadis yang sebelumnya menunduk (untuk melanjutkan acara melukis di tangan mereka) itu pun mendongak dengan cepat.

Dua sohib itu saling melirik dengan dahi berkerut. Tak lama kedua bola mata mereka membulat sempurna.

"BANGSUL.. PR-NYA BELUM GUR KERJAIN NJIR."

"CEPET FAR, MINTA CONTEKAN SONO."

"GILA NIH, KOK GUE LUPA GINI."

"GUE JUGA LUPA CUMIK"

"GEGARA LO NIH AH ELAH."

"KOK GUE, PENTING CEPET CARI CONTEKAN BANGKE."

"DUH. OTTOKE IKI."

Farren dan Kalea kalang kabut mengingat mereka belum mengerjakan PR. Apa lagi pak Hans, guru paruh baya dengan kumis lebat itu adalah salah satu guru Killer yang tidak segan-segan menghukum muridnya kalau tidak mengerjakan PR. Tidak hanya di tendang dari kelas, beliau bahkan tega untuk menyuruh muridnya menulis kalimat 'SAYA AKAN SELALU MENGERJAKAN TUGAS TEPAT WAKTU.' sebanyak satu buku.

Ck.. ck.. ck.. tidak berperi-kemurid-an memang.

"NDRE SAMPE MANA TU GURU." Teriak Farren sambil menyalin tugas milik Aya. Sujud syukur dia dapet contekan dadakan. Terima kasih buat temennya yang selalu pengertian itu.

"DEPAN A1 REN." Balas Andre.

"Mampus. Nglewatin 2 kelas lagi Jon. Kebut nih kebut." Kata Farren sambil menyalin catatan Aya di buku tugasnya. Kalea pun sama, gadis itu juga menggerakkan tangannya lincah di atas buku.

Waktu terasa begitu cepat, apa lagi saat suara langkah kaki berat terasa menggema di dalam kelas.

"Selamat pagi anak-anak, silahkan kumpulkan tugas Minggu lalu." Ucapan yang terdengar seperti nyanyian neraka itu membuat gerakan tangan kedua gadis itu terhenti.

'Mampus, gue belum selesai.' batin Farren nelangsa.

Dia hanya menatap kosong papan tulis saat Aya menarik buku di hadapannya untuk di kumpulkan di depan.

Padahal dia baru sampe nomor 3. Hiks..

Semua murid yang sudah mengumpulkan buku kembali ke bangku masing-masing.

Pak Hans tampak mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas dengan pandangan yang sulit di jelaskan.

Farren menelan ludah sudah payah saat dua mata pak Hans berhenti tepat kearahnya. Begitu pun Kalea.

'Mati gue.'

"Bagi yang belum mengerjakan tugas atau tugasnya belum selesai." Suara pak Hans yang santai tidak membuat Farren dan Kalea merasa tenang, mereka malah merasakan jantung mereka berdegup dengan lebih kencang.

"KELUAR." Teriakan menggelegar itu sanggup membuat satu kelas terlonjak seketika.

"SIAP PAK." balas gerombolan laki-laki di bagian belakang. 5 orang teman sekelasnya berdiri dari bangku dan keluar kelas dengan tunggang langgang.

"Gimana nih Fer, keluar kagak?"

"Gak tau gue. Bingung."

"Jan keluar lah, gak berani gue."

"Sama, gue juga."

Farren dan Kalea saling berbisik. Mereka tidak ada yang berani beranjak dari kursi. Selain hawa tidak menyenangkan dari pak Hans serasa menusuk tulang mereka. Mereka juga gak mau ketinggalan pelajaran.

Ikut pelajaran aja belum tentu bisa jawab soal, apa lagi enggak. Fisika itu salah satu mapel tersusah dan terseram sepanjang mereka menjadi kelas 12.

"APA KALIA BISIK-BISIK ??" Pertanyaan dadakan pak Hans membuat dua gadis itu terlonjak.

"Ti-tidak ada pak." Balas Kalea mencicit. Pak Hans melotot pada mereka.

"MANA TUGAS KALIAN?"

"Be-belum selesai pak, baru sampai nom-"

"KELUAAARRRRR"

"SIAP PAK." Balas dua gadis itu sebelum berlari keluar kelas.

Duh..

My Teacher Is My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang