Keluarga Baru

6.9K 113 1
                                    

Alya menatap mension di depannya dengan ekspresi penuh kekaguman. Mata coklatnya berbinar terang, memperhatikan setiap sudut keindahan dari bangunan di depannya ini. Pilar-pilar berdiri tegak dengan warna putih bersih, dihiasi ukiran-ukiran khas gaya spanyol. Di bagian tembok banguna itu tersusun beberapa deretan lampu-lampu kecil yang memancarkan cahaya temaram, terkesan sangat elegan dan berkelas. Di sisi kanan dan kirinya terletak taman yang dihiasi oleh berbagai macam jenis dan warna-warni bunga, tersusun dengan sangat rapi, seakan-akan menjadi pengiring setiap orang yang akan memasuki mension tersebut.

"Sekarang tempat ini akan menjadi tempat tinggalmu, Alya." Sebuah suara menyadarkan Alya dari keterkagumannya. Gadis mungil berambut panjang itu menoleh ke belakang, menatap wanita paruh baya dan pemuda berjas yang kini akan menjadi orang tua angkatnya.

"Ini.. ini.. beneran.. rumah?" tanya Alya tidak percaya. Ia tidak pernah melihat rumah sebesar dan seluas ini sebelumnya. Rumahnya yang sebelumnya hanyalah sebuah pondok kecil yang berada di pinggiran desa. Rumah sederhana yang dikelilingi oleh pekarangan sempit dengan pagar kayu kecil. Dibandingkan dengan rumah mungilnya di desa, bangunan di depannya ini lebih cocok disebut sebagai istana daripada rumah.

Rena dan Farel, kedua orang tua angkatnya terkekeh bersamaan, lucu mendengar pertanyaan dari gadis mungil ini.

Rena melangkah ke arah Alya, lalu mengusap lembut puncak kepala gadis itu. "Ayo sayang kita masuk ke dalam," ajaknya, sebelum merangkul Alya dan membawanya memasuki bangunan besar itu.

Seorang laki-laki berpakaian rapi terlihat berdiri dengan tegap di depan pintu utama. Laki-laki itu membungkukkan tubuhnya dengan hormat, lalu menyunggingkan senyum hangat yang terkesan bersahabat. "Selamat datang Tuan Farel, Nyonya Rena, dan..." pandangan laki-laki itu beralih pada Alya. Alya sedikit salah tingkah, hingga tanpa sadar ia mengalihkan tatapannya dan bersembunyi di balik punggung Rena. "Nyonya muda Alya."

Alya hanya tersenyum kikuk. Sedikit mengangguk untuk membalas sapaan laki-laki yang sepertinya adalah pelayan itu.

Rena terkikik pelan, merasa terhibut melihat tingkah Alya yang terlihat sangat canggung dan kaku. "Tidak apa-apa sayang, dia adalah Robert, pelayan setia keluarga kita. Dia tidak akan melakukan hal buruk padamu."

Alya mengangguk untuk kedua kalinya. Berlahan gadis itu menjauh dari tubuh Rena, sedikit malu karena sikap bodohnya tadi.

"Salam kenal Nyonya muda, saya Robert. Saya pelayan setia keluarga ini," sapa Robert ramah.

"Sa.. salam kenal. Sa.. saya Alya," balas Alya dengan canggung.

"Robert, tolong antar barang-barang milik Alya ke kamarnya ya. Kau bisa ambil kopernya di bagase mobil," pesan Farel pada Robert.

Robert menunduk dengan hormat. "Baik tuan."

Robert membukakan pintu utama untuk mereka. Rena dan Farel melangkah dan memasuki rumah minimalis itu, diikuti Alya yang masih dibuat kagum oleh kemewahannya.

Ruang pertama yang Alya lihat adalah ruang tamu, namun tempat ini jauh lebih mewah dari sekedar ruang tamu. Sofa berwarna merah dengan besi berwana emas tertata rapi di tengah ruangan. TV berlayar super lebar berdiri tidak jauh dari sofa tersebut, beralas laci kecil yang di bagian dalamnya bisa Alya yakini adalah kumpulan dari kaset dan film-film movie. Di sisi kanan dan kiri TV tersebut terdapat sound berukuran besar berwarna hitam, kontras dengan warna TV dan laci kecil tersebut.

Di bagian sebelah kanan ruangan itu terdapat beberapa lemari kaca dengan barang-barang antik di dalamnya, terlihat sangat indah dan rapuh. Sedangkan di sebelah kiri dindingnya terdapat berbagai bingkai foto dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Mulai dari yang kecil, hingga yang paling besar. Semuanya ditata dengan tak beraturan, namun tetap terlihat rapi.

Belum selesai gadis itu mengagumi ruangan ini, tiba-tiba saja pekikan Rena membuat Alya terkejut, tersadar dari rasa kagumnya.

"Rafael! sini!"

Alya menoleh ke arah Rena, lalu mendapati wanita itu tengah mendongak ke bagian atas tangga yang ternyata berada tidak jauh dari tempat mereka. Alya mengikuti pandangan wanita itu, lalu mendapati seorang laki-laki - yang kira-kira seumuran dengannya -  kini menatapnya dengan kedua tatapan tajamnya.

Alya sontak membuku, sekujur tubuhnya bergetar tanpa sadar. Tatapan laki-laki itu tajam dan mengintimidasi. Mata hitam pekatnya terlihat tenang, namun juga terlihat berbahaya. Ekspresi wajahnya tak terbaca, seperti boneka. Meskipun begitu, Alya tidak bisa membohongi dirinya sendiri, bahwa laki-laki itu terlihat luar biasa tampan.

***

Mata coklatnya yang berbinar, bibir ranumnya yang basah, rambut panjangnya yang tergerai, kulit putihnya yang merona, serta bentuk tubuhnya yang mungil dan menggairahkan.

Rafael mengerang, memalingkan wajahnya dari gadis yang baru beberapa detik lalu menginjakkan kaki di rumahnya ini. Ia tau gadis ini adalah adiknya, adik angkatnya yang mulai hari ini akan tinggal satu rumah dengannya. Dari awal masuknya gadis ini dari pintu utama, Rafael sudah berusaha memandang gadis ini sebagai adiknya. Tapi bisa-bisanya Rafael horny hanya karena melihatnya!

Rafael tidak menyangka sosok gadis yang disebut-sebut oleh mamanya adalah sosok seperti ini. Bayangan Rafael tentang sosok yang bernama adik adalah makhluk kecil yang manis, lucu dan menggemaskan, jail dan menjengkelkan. Bukannya seksi dan menggairahkan!!!

Tanpa sadar Rafael kembali mengerang, membuat Rena dan Farel melirik anak tunggalnya itu dengan kening berkerut.

"Rafael? Kenapa sayang?" tanya Rena dengan heran.

Rafael mendengus, "Ga apa-apa." Sebisa mungkin Rafael menjawab, meskipun yang terdengar hanya erangat tertahannya.

Mereka kini duduk di ruang tamu. Rena berceloteh tentang banyak hal mengenai gadis ini, begitu juga Farel yang seolah-olah mencoba membuat Rafael dan Alya sedikit tidaknya bicara satu dua kata. Namun tetap saja, baik Rafael maupun Alya diam membisu. Rafael sedaritadi menatap Alya dengan tajam, menelusuri tubuh di depannya yang seakan-akan menggodanya untuk disentuh. Sedangkan Alya menghabiskan waktunya dengan menunduk, menghindari tatapan tajam dari kakak angkatnya yang seakan-akan menelanjanginya.

"Rafael, dia nanti satu sekolah sama kamu ya. Alya ini masih kelas satu SMA, beda satu tahun sama kamu," ucap Rena girang. Rafael hanya mengangguk, tanpa berminat untuk menjawab. Tatapannya masih setia pada Alya.

Rena dan Farel saling berpandangan. Rafael pernah menolak keinginan mereka untuk mengangkat gadis ini. Dia juga pernah menolak saat Rena mengatakan Alya akan satu sekolah dengannya. Rena dan Farel pernah berusaha keras membujuk anaknya ini, dan meskipun sedikit kesal Rafael akhirnya menyetujui keinginan mereka. Mereka berfikir dengan persetujuan Rafael, laki-laki itu secara tidak langsung mengatakan bahwa dia akan menerima gadis ini sebagai keluarganya, sebagai adik perempuannya. Namun sekarang, tatapan tajam Rafael benar-benar membuat mereka bingung. Satu pertanyaan yang sama muncul di kepala pasangan suami-isteri itu. Apa Rafael benar-benar menerima kedatangan Alya?

"Hmm.. Rafael, kamu anter adik kamu ke kamar ya. Kamar dia ada di sebelah kamar kamu, di lantai atas," bujuk Rena dengan tatapan memohon.

Rafael yang merasa namanya disebut menoleh sekilas ke arah Rena, lalu kembali ke arah Alya, sebelum mengangguk dan berdiri dari duduknya.

"Alya, sana, ikutin kakak kamu. Nanti koper kamu biar dibawa Robert ke kamar."

Alya mengangguk, lalu berdiri dari tempatnya dan mengikuti langkah Rafael.

Dalam hati Rafael mengumpat. Semua sudah buruk saat ia menatap gadis ini di ruang tamu, dan semuanya semakin buruk saat Rena menyuruhnya mengantar gadis ini ke kamarnya. Ke kamarnya!? Bayangkan saja, di ruang tamu saja dia sudah horny, apalagi di kamar!!?

=====

Ps: Vote and comennya jangan lupa yaa.. (^3^)

My Posesif BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang