Last Letter.

508 41 2
                                    

"Aku sudah pernah mengatakan ini sebelumnya padamu bukan? Jika memang tali yang saling mengait di ujung kelingking ini bukan untuk kita, aku yakin suatu saat Tuhan sudi mengaitkannya di antara kita pada pertemuan yang lebih indah dari ini. Jongin, aku tidak meninggalkanmu. Sampai kapanpun. Jantungku, kini berdetak di tubuhmu. Yang kau rasa sesak adalah apa yang ketika kau bersedih dan aku rasakan di sana. Yang kau rasa dia berdetak kencang dengan perasaan menyenangkan, itulah seperti apa rasanya saat mataku pertama kali menatap matamu yang begitu kelam seperti langit malam. Haha berlebihan ya? Tapi memang itu nyatanya.

Jongin, jangan menangis. Berjanjilah padaku. Kau harus membuat jantungku tetap berdetak di sana. Karena jika tidak, aku tidak bisa lagi mengawasimu dari dekat. Suatu saat nanti ketika kita bertemu lagi, bersiaplah untuk tidak lagi memarahiku jika memang nanti aku menumpahkan kopi lagi di kemejamu. Bersiaplah untuk mengganti nama depanmu menjadi nama depanku, itu saja. Berjanjilah, ya?

Dan terakhir, aku sudah lelah Jongin. Lihat, bahkan darah dari hidung ini dengan tidak tahu malu terus membasahi kertasku! Oh tidak. Maafkan aku Jongin, aku mencintaimu dengan ini. Dan sampai nanti kita bertemu lagi. Jangan lupa! Aku selalu mencintaimu!"

Tulisan tangan dengan akhir yang berantakan itu menjadi awal jeritan pilu Jongin di kamarnya. Dia tidak pernah sedikitpun berfikir menghilangnya Sehun selama ia sakit adalah karena lelaki itu juga tengah berjuang, sendirian. Di tengah tengah segala pemikiran buruk tentangnya, Sehun tidak pernah berhenti memikirkan Jongin bahkan sampai akhir hidupnya.

Baekhyun sudah menangis dari tadi, begitu pula Chanyeol. Dan Kyungsoo lah satu-satu yang terlihat tanpa air mata di sana.

"Kau sudah mengecewakan Sehun dengan air matamu itu Jongin"

Semua menatap ke arah Kyungsoo yang tak bisa menyamarkan getaran di suaranya.

"Aku bahkan tidak pernah melihat sedikitpun ia menangis sampai akhir hidupnya. Yang dia katakan hanya tentang bagaimana kau sembuh dan bisa kembali tersenyum tanpa membencinya. Padahal jelas jelas selama hidupnya, tidak pernah sedikitpun Sehun tidak memikirkanmu. Apa kau tak pernah merasakannya? Apa hanya Sehun yang memang benar benar mencintaimu dan kau tidak?"

Jongin mengusap kasar airmatanya dan tetap menunduk. Kali ini mencerna setiap kalimat yang Kyungsoo katakan. Lelaki itu memang menjadi satu satunya orang yang menemani Sehun sampai menjadi saksi saat Sehun mengatakan bahwa ia ingin mendonorkan jantungnya pada Jongin yang saat itu sekarat.

Lelaki tan itu bahkan tidak pernah mengetahui bahwa lelaki yang hampir seumur hidup menemaninya, karena mereka memang sudah saling mengenal sejak kecil berkat kedekatan orang tua keduanya, memiliki penyakit yang lebih parah darinya. Selain kanker otak, Sehun sebenarnya tidak bisa menerima segala tekanan juga makanan yang tidak bisa sembarang ia makan karena kerusakan pada lambungnya.

Jongin tidak pernah menyadari bahwa lelaki itu memag menjaga pola makannya, Jongin bahkan pernah menertawakan Sehun saat lelaki itu kesakitan setelah di kerjainya yang menaruh sambal banyak banyak di makanan Sehun. Tapi lagi-lagi, hal apapun yang di buat Jongin dan menyakitinya, Sehun tidak pernah sedikitpun membencinya.

Dan sampai ketika satu bulan lalu Sehun menyatakan perasaannya. Tepat sebelum ia sekarat, sebelum Sehun yang juga menghilang tanpa kabar yang membuatnya membenci lelaki itu karena berfikir Sehun hanya mempermainkan perasaannya.

Di balik itu semua, Jongin menyesal memiliki pemikiran yang begitu buruk. Buruk sekali. Pada seseorang yang mencintainya secara tulus. Pada seseorang yang bahkan lebih mementingkan hidup Jongin ketimbang dirinya sendiri.

Dan kini semuanya hanya menjadi penyesalan, yang membuat Jongin enggan memaafkan dirinya sendiri, egonya sendiri.

Sehun sudah pergi, tanpa sempat ia melihat wajah tirus itu untuk terakhir kalinya. Hanya sepucuk surat dengan bercak darah di antara kata-kata tertulis separuh rapih di sana.

Membuat jantung baru yang berdetak di tubuhnya merasakan ngilu untuk pertama kalinya. Ia pun refleks meremas kaus bagian depan yang ia kenakan. Berusaha sekuat mungkin untuk tidak lagi menangis dan merasakan sakit, karena

'Aku berjanji, aku akan menjaga jantungmu dengan baik Sehun-a. Terima kasih, dan aku begitu mencintaimu.'

"Karena mencintai tidak memerlukan alasan, cukup itu adalah kamu maka tidak di perlukan alasan lain untukku mencintaimu."

End.

I'm sorry, Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang