Tenda perkemahan sudah di dirikan sejak tadi siang, tetapi Melody masih sibuk dengan tasnya.
“Dy nyari apaan sih, kayaknya rempong banget?,” tanya Raya sahabatnya.
“Itu gue lagi nyari anduk, udah ga betah pengen mandi di sungai,” jawab Melody, yang masih membongkar isi tasnya.
“Oh lagi nyari anduk rupanya, mungkin ketinggalan kali di rumah sebelum berangkat ke sini,” Raya lagi.
“Ga mungkin ah…gue inget banget kok, semalem gue udah packing dan anduk itu udah ada dalem tas gue,” ucap Melody, yang tak percaya ucapan Raya.
“Yahudah gue coba cari anduk baru buat loe, siapa tau pengurus mapala punya yah,” sambung Raya.
“Boleh deh, thanks yah Ray,” ucap Melody, yang berhenti mencari anduknya di tas karna kelelahan.
“Kak sorry mau minta tolong nih, temen saya anduknya ga kebawa kakak pengurus punya anduk baru ga buat temen saya?,” tanya Raya perlahan, yang menghampiri tenda pengurus mapala.
“Eh, punya anduk baru lebih ga guys?,” tanya ketua mapala pada yang lainnya.
“Ga ada bro, kita semua Cuma bawa satu,” jawab mereka serempak.
“Yahudah, pake anduk gue aja kebetulan bawa dua nih,” ucap ketua mapala pada Raya.
“Makasih yah kak,” ucap Raya.
“Sama-sama,” ucap ketua lagi.
Dan Raya kembali ke tendanya untuk memberikan anduk pada Melody sahabatnya.
Melody pun segera menuju sungai, untuk mandi menyegarkan tubuhnya yang seharian beraktivitas.
“Thanks yah Ray…loe tuh, emang sahabat terbaik gue tau,” ucap Melody, setelah kembali dari sungai sembari memeluk Raya.
“Iya sama-sama Dy…,” ucap Raya, sembari menampakkan senyum di wajahnya.
“Eh tapi, btw loe dapet anduk ini dari siapa?,” tanya Melody penasaran.
“Dari ketua mapala Dy,” jawab Raya singkat.
“Yang mana sih orangnya? Maklum, gue belum familiar sama muka soalnya kan gue baru masuk mapala tahun ini,” tanya Melody makin penasaran.
“Sini, gue tunjukkin sama loe,” ucap Raya, sembari menarik tangan Melody.
“Itu tuh, orangnya yang lagi bakar ikan,” sambung Raya lagi, sambil menujuk ke arah ketua mapala.
“Oh…itu orangnya kece abis yah, kirain gue serem gitu yah biasanya kan kalo anak pencinta alam serem, terus rambutnya gondrong,” puji Melody.
“Wah…jangan-jangan loe, naksir lagi yah sama dia,” ledek Raya jail.
“Ga ah…apaan sih loe, masa gue muji dia gitu doang di bilang naksir sama dia sih,” ucap Melody, yang mulai salah tingkah.
“Awas loe, nanti ketulah malah suka beneran,” goda Raya lagi.
“Swer deh, gue ga naksir sama dia,” ucap Melody, sembari mengangkat kedua jarinya.
Sementara Rangga, sang ketua mapala memerhatikan mereka dari jauh.
“Oh itu orangnya, yang tadi ga kebawa anduknya, cantik gue suka,” ucap Rangga pelan, yang matanya tertuju pada Melody yang berada di depan tendanya.
Malam pun tiba, Melody mulai mendekati api unggun kecil untuk menghangatkan tubuhnya dari cuaca dingin di hutan.
“Hai, gue boleh gabung?,” tanya Rangga, yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya.
“Aduh, mampus gue…baru tadi sore di omongin udah ada aja orangnya di sini,” gerutu Melody dalam hati.
“Halo…boleh ga nih?,” tanya Rangga sekali lagi.
“Boleh kok kak,” jawab Melody.
“Oh iya, btw loe anak mapala baru yah? soalnya gue baru liat loe,” ucap Rangga, membuka obrolannya dengan Melody.
“Iya kak, saya baru masuk mapala taun ini,” ucap Melody kemudian.
“Oh…gitu yah, nama loe siapa?,” tanya Rangga lagi.
“Namaku Melody kak,” jawab Melody singkat.
“Nama gue Rangga,” ucap Rangga, sambil menyodorkan tangannya pada Melody.
“Salam kenal kak,” ucap Melody, yang menjabat tangan Rangga sembari tersenyum.
“Ray, si Melody sama siapa tuh?,” tanya Rama.
“Sama kak Rangga ketua mapala Ram,” jawab Raya singkat.
“Aduh…kecolongan gue sama ketua mapala itu, Melody kan gebetan gue dari semester satu” keluh Rama.
“Emang Melody mau sama loe?,” ledek Raya.
“Yah…maulah tapi ga tau juga sih, yang jelas gue harus mempertahankan cinta gue sama Melody,” ucap Rama.
“Ah sok puitis loe, jijay gue dengernya,” ucap Raya, sambil masuk ke dalam tenda meninggalkan Rama sendiri di luar.
“Ah…loe ga asyik Ray, bukannya temenin gue di sini,” gerutu Rama, sembari meninggalkan tenda Raya.
“Loe tuh ga peka yah Ram, jadi cowok gue tuh naksir loe udah lama tau,” gumam Raya, dalam hati yang menitikan air matanya.
Sementara Rangga dan Melody asyik, berbicara banyak tentang banyak hal.
“Oh iya Dy mau bandrek ga?, Enak loe buat angetin badan,” tanya Rangga.
“Boleh deh kak,” jawab Melody.
“Yahudah, gue ambilin dulu yah,” Rangga, yang pergi sebentar untuk membuat dua gelas bandrek.
Tak berselang lama, akhirnya Rangga datang kembali membawakan bandrek untuk Melody.
“Nih, bandreknya silahkan di coba,” ucap Rangga, sembari memberikan segelas bandrek pada Melody.
“Makasih yah kak jadi ngerepotin nih,” ucap Melody.
“Direpotin sama loe terus juga ga masalah, gue malah seneng bisa deket loe terus,” ucap Rangga, sembari tersenyum.
“Ah…kakak, bisa aja deh gombalnya,” ucap Melody, yang salah tingkah.
“Ih…serius, ga gombal kok ini mah,” ucap Rangga, yang tertawa melihat Melody salah tingkah.
“Kak aku duluan yah, masuk ke tenda udah ngantuk soalnya,” pamit Melody.
“Yahudah, sono tidur gih udah malem juga lagian,” ucap Rangga.
Dan Melody pun kembali ke tenda, untuk beristirahat sementara Rangga masih berada di dekat api unggun kecil.
“Bukan cuma cantik, tapi loe asyik di ajak ngobrol Dy, gue makin suka sama loe,” gumamnya pelan.
Melody dan teman kelompoknya, sibuk mencari jejak di hutan salah satu syarat untuk masuk sebagai anggota baru mapala.
“Dy coba loe liat peta, kita abis ini ke arah mana lagi?,” Tanya Raya, yang terlihat lelah.
Sahabatnya pun, langsung melihat peta yang di berikan dari pengurus mapala.
“Kita abis ini, ke arah barat Ray buat nemuin bendera merahnya,” jawab Melody, setelah melihat peta dan memegang kompas.
“Yahudah, ayo temen-temen kita berangkat ke arah barat,” ajak Raya kepada yang lainnya.
Kemudian mereka pun, menelusuri sepajang jalan di hutan sampai pada akhirnya mereka menemukan bendera merah yang tertancap di pohon.
“Guys…gue nemuin benderanya nih,” ucap Melody, sembari mengambil bendera merah itu dari pohon dan yang lainya pun menghampiri Melody.
“Terus, tinggal berapa lagi sisa bendera yang harus kita kumpulin?,” tanya Raya.
“Masih ada empat lagi Ray,” jawab Melody.
“Masih banyak dong, aduh…gue udah ga kuat nih gempor kaki gue,” ucap Raya histeris, sembari mengeluh sakit kakinya.
“Apa mau istirahat dulu nih, tapi nanti keburu gelap, ntar yang ada nyasar di hutan,” ucap Melody.
“Yahudah, kita lanjutin perjalanannya deh, gue jadi semangat lagi nih,” Raya, yang kembali bersemangat.
Dan mereka pun, meneruskan mencari jejak sampai menemukan kelima bendera merah.
Hari menjelang sore, semua kelompok yang mencari jejak sudah berkumpul di buper pengurus mapala pun sudah berdiri di depan mereka.
“Baik untuk menutup, kegiatan pada hari ini kami akan memeriksa satu persatu bendera yang berhasil kalian kumpulkan,” ucap Rangga, ketua mapala lantang.
Dan pengurus mapala pun, menghitung bendera dari setiap kelompok setelah di hitung ternyata, kelompok Melody yang paling banyak mengumpulkan bendera merah itu.
“Baiklah, di kegiatan hari ini yang paling unggul adalah kelompok edelweiss yang di ketuai oleh saudari Melody,” ucap Rangga bersemangat.
“Sok kegantengan, banget sih tuh ketua mapala,” gerutu Rama, melihat Rangga dan Melody saling bertatapan satu sama lain.
Lalu Melody maju, untuk menerima piagam penghargaan dari pengurus mapala.
“Selamet kamu berhasil unggul, dari kelompok yang lain,” ucap Rangga, sembari mengalungkan piagam penghargaan pada Melody seraya terseyum.
“Terimakasih kak,” ucap Melody, yang membalas senyuman Rangga padanya.
“Untuk kelompok lain, yang belum berhasil tetap semangat karna masih ada kegiatan lain, yang menanti kalian dan jangan berkecil hati,” ucap Rangga pada semua calon anggota mapala, untuk memberi dukungan pada semua yang ikut serta dalam kegiatan mapala.
Rangga sedang berusaha mencari sinyal, untuk menghubungi adik perempuannya.
“Susah banget sih, nyari sinyal disini,” keluhnya, sambil melangkah mundur.
“Aw…sakit tau…,” ucap Melody, yang tangannya terinjak kaki Rangga.
“Eits…sorry gue ga sengaja Dy,” ucap Rangga.
“Emang kakak lagi ngapain sih, sampe bisa nginjek tangan aku?,” tanya Melody heran.
“Gue lagi nyari sinyal, buat telpon adik kecil gue…abisnya, gue kangen dan khawatir sama dia,” jawab Rangga.
“Oh…lagi cari sinyal, naik aja ke atas pohon pasti dapet deh,” usul Melody.
“Yang bener Dy?, Wah…asyik tuh gue bisa nelpon adik gue,” Rangga.
“Iya beneran, coba aja kalo ga percaya deh,” ucap Melody.
“Tapi loe, temenin gue naik ke atas yah,” pinta Rangga.
“Ih…buat apaan? Kan, yang mau telponan kakak,” ucap Melody.
“Buat, ngenalin loe ke adik gue,” ucap Rangga, yang menampakkan senyum di wajahnya.
“Ih…kata-kata kak Rangga, bikin gue melting nih,” gumam Melody dalam hati.
“Yahudah, aku temenin ke atas deh,” Melody pasrah pada Rangga.
“Nah…gitu dong, kan seru kalo ada yang nemenin,” ucap Rangga.
Dan mereka pun, memanjat pohon untuk mendapatkan sinyal.
“Halo, adik cantik lagi ngapain tuh?” tanya Rangga perlahan, saat ponselnya telah terhubung.
“Halo kakakku yang paling ganteng, aku lagi main boneka nih di rumah,” jawab Rara adik Rangga.
“Oh…kamu lagi maen boneka, oh iya dek ada yang mau kakak kenalin nih sama kamu,” ucap Rangga, sembari melirik ke arah Melody.
“Siapa kakak, yang mau dikenalin sama aku? Pasti pacar kakak yah…,” tanya Rara penasaran.
“Namanya kak Melody, temen baru kakak bukan pacar kakak dek, tapi akan jadi pacar kakak nanti,” ucap Rangga, yang menatap tajam Melody.
“Oh my god…dia bilang akan jadi pacar!!! Kok gue jadi nervous gini yah,” gumam Melody dalam hati.
“Rara doain deh, semoga kak Melody cepet jadi pacar kakak,” ucap Rara polos.
“Amin…makasih yah dek udah doain,” ucap Rangga.
“Nih mau ngobrol ga sama adik gue?,” tanya Rangga.
“I…ya kak, aku mau ngobrol sama adik kakak,” jawab Melody terbata-bata.
“Halo adiknya kak Rangga, namanya siapa cantik?,” tanya Melody, dengan sapaan hangat.
“Halo juga kak Melody…namaku Rara, kak seneng deh bisa kenal sama kakak,” jawab Rara dengan ceria.
“Ngomong-ngomong, kamu udah makan belum?,” tanya Melody lagi.
“Udah dong kak…kalo aku ga makan nanti sakit,” jawab Rara polos.
“Ih…pinter banget sih kamu, nih ngobrol lagi sama kak Rangga,” ucap Melody, sembari mengembalikan ponsel milik Rangga.
“Halo dek, yahudah yah kakak tutup telponnya dulu, lagian bentar lagi kakak pulang kok ke rumah,” ucap Rangga sembari mengakhiri obrolannya.
“Yahudah deh kak, sampe ketemu nanti di rumah yah…dadah,” ucap Rara seraya menutup telponnya.
Malam puncak api unggun pun tiba, semua sibuk mempersiapkannya termasuk Melody dan teman-temannya berharap bisa menjadi anggota tetap mapala.
“Guys sebelum acara dimulai, kita berdoa supaya kelompok kita masuk jadi anggota mapala yah,” ucap Melody, yang sedang berkumpul di depan tendanya.
“Iya amin Dy…,” ucap teman-temannya serempak.
“Semua harap berkumpul, acara puncak pengangkatan anggota mapala akan segera dimulai, jadi kami harap tidak ada yang masih di dalam tenda,” ucap sang pembawa acara, dengan memakai toa.
“Yahudah, yuk disuruh kumpul tuh,” ajak Melody.
Dan teman-temannya pun ikut bersamanya, untuk bergabung dengan kelompok lain dan pengurus mapala dalam acara tersebut.
Acara demi acara telah terlewati, kini tiba di puncak acara.
“Baiklah, saya di sini sebagai ketua mapala akan mengumumkan, siapa saja yang diangkat sebagai anggota baru mapala adalah, kelompok Rajawali dan Eidelwiss bagi yang tidak terpilih jangan berkecil hati, karna masih ada tahun berikutnya oke,” ucap Rangga panjang lebar.
“Dy…akhirnya, kita masuk jadi anggota mapala,” gumam Raya histeris.
“Kelompok gue juga kali Ray…emang kelompok loe doang!,” sambung Rama.
“Yeee…siapa juga, yang nanya sama loe,” ucap Raya sambil menjulurkan lidahnya.
“Udah ih, jangan berantem mulu napa…ntar naksir loh,” ucap Melody melerai.
“Dih…amit-amit, gue suka sama loe,” ucap Rama ketus.
“Ih…siapa juga yang mau, sama cowok ga kece kayak loe,” balas Raya tak kala ketus.
“Yeee…udah dibilang gitu, masih pada berantem aja gue tinggal nih,” ancam Melody.
“Jangan dong Dy…kan, gue pengen deket loe biar romantis gitu,” ucap Rama malu-malu.
“Iuew…jijay banget sih, denger kata-kata loe!,” ucap Raya sinis.
“Yeee…terserah gue dong, mau ngomong apa mulut-mulut gue masalah buat loe!,” sahut Rama.
tanpa disadari, Melody meninggalkan mereka berdua.
“Bisa stress gue lama-lama deket mereka, kerjaannya berantem…terus kalo tiap ketemu,” keluh Melody pelan.
“Ketemu gue aja biar ga stress,” sambung Rangga tiba-tiba.
“Eh…kak Rangga kirain siapa,” ucap Melody.
“Emang loe stress kenapa sih? Sini, gue hibur biar ga stress,” tanya Rangga.
“Itu tuh kak, si Raya sama si Rama kerjaannya berantem terus, kayak kucing sama anjing,” jawab Melody.
“Oh gitu, yahudah sini gue nyanyiin lagu buat loe…biar ngeringanin pikiran loe,” ajak Rangga, dan Melody pun duduk di sampingnya.
Telah ku temukan, yang aku impikan kamu yang sempurna
Segala kekurangan, semua kelemahan kau jadiakan cinta
Tanpamu aku tak bisa berjalan, mencari cinta sejati tak temukan
Darimu aku bisa merasakan, kesungguhan hati cinta yang sejati
Kamu di kirim tuhan, untuk melengkapiku tuk jaga hatiku
Kamu hasrat terindah, untuk cintaku tak cemas ku percaya kamu
Karena kau jaga tulus, cintamu ternyata kamu yang ku tunggu
Saat bernyanyi dengan gitar, Rangga menatap tajam Melody menujukkan keseriusannya dan Melody pun tersipu malu.
“Ini tentang perasaan gue ke loe Dy,” ucap Rangga.
“Wah…suara kakak bagus yah, ah kak Rangga bisa aja deh gombalnya,” puji Melody.
“Gue serius, gue ga main-main Dy,” sambung Rangga.
“Tapi kak, kita baru aja kenal…kasih waktu aku dulu yah buat mikirin ini semua,” ucap Melody.
“Yahudah gue akan, selalu tunggu jawaban dari loe sampai kapanpun,” ucap Rangga, sembari pergi meninggalkan Melody sendiri.
“Aduh…gue kecolongan, sama si Rangga buat nembak Melody,” gerutu Rama, yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
“Gimana dong ini???, Gue harus jawab apa sama kak Rangga!!!,” keluh Melody dalam hati, kemudian ia pun kembali ke dalam tendanya untuk beristirahat.
Bis-bis sudah datang di bumi perkemahan, menjemput seluruh anggota yang ikut serta dalam acara mapala untuk kembali ke rumah masing-masing.
“Dy…kok dari tadi loe diem aja sih, cerita ada masalah apa loe?,” tanya Raya heran melihat sikap Melody.
“Semalem gue ditembak sama kak Rangga, tapi gue masih bingung mau jawab apa, soalnya kita berdua kan baru kenal Ray,” jawab Melody.
“What??? Kak Rangga nembak loe…kenapa loe ga terima aja Dy, bukanya loe juga suka yah sama dia,” ucap Raya histeris.
“Iya sih gue suka tapi, gue masih bingung takutnya gue nyesel setelah jadian sama dia Ray,” Melody.
“Ah…loe mah apa-apa udah parno duluan, belum juga dijalanin Dy,” keluh Raya.
“Namanya juga baru pertama kali Ray, wajarlah gue parno emangnya loe, udah berapa mantan yang loe koleksi???,” sindir Melody.
“Tau yah…ga gue itungin soalnya hehehehe,” ucap Raya sambil nyengir kuda.
“Huuuu dasar loe,” ucap Melody.
Tak berapa lama, bis pun melaju meninggalkan puncak menuju Jakarta disusul dengan rombongan bis yang lainnya.
“Ya Allah aku harus kayak gimana???,” gumam Melody dalam hati, yang masih terus memikirkan jawaban yang tepat, untuk kak Rangga sang ketua mapala.

KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me
Short Storyberkisah tentang Melody dan Rangga yang bertemu di bumi perkemahan sebagai senior dan junior