Two

27 8 0
                                    

Setiap lembar kenangan yang lalu masih tersimpan dengan rapi di otakku.

-Karamel Alexandria

...............

Bel pulang menggema di sepanjang koridor SMA Taruna Jaya.
Membuat lautan manusia berseragam putih-abu memenuhu lapangan dan koridor sekolah.

"Mel, pulang yuk"ajak Bella yang diangguki Karamel.

Bela dan Karamel berjalanan beriringan keluar dari ruang kelas, menyusuri koridor, hingga di parkiran suara bariton khas milik seorang pria menghentikan langkahnya.

"Kara..."teriak seseorang yang membuat Karamel menghentikan langkahnya, tanpa menoleh pun Karamel sudah tau siapa pemilik suara itu dan dari cara orang itu memanggil namanya, Karamel tau kalau itu adalah Rendi. Hanya Rendi yang memanggil Karamel dengan sebutan Kara.

"Apa?"tanya Karamel saat Rendi sudah tiba di sampingnya.

"Pulang bareng gue aja ya?"ajak Rendi lalu menggandeng tangan Karamel menuntun gadis itu ke arah mobilnya.

"Gue kan belum ngomong "iya" Ren, lo udah main nyeret-nyeret gua aja"protes Karamel.

"Ini bukan nyeret ya Kara tapi ngegandeng, emang lo sapi pake gue seret-seret segala, dan catet nih tanpa lo jawab juga gue udah tau jawabannya"oceh Rendi.

"B aja. Emang gue pengen ngejawab apa?"tanya Karamel songong.

"Kok songong sih"kata Rendi.

"Biarin. Udah buru jawab"ujar Karamel tak sabaran.

"Sabar elah, lo pasti bakalan jawab "iya gue mau kok"ujar Rendi mengubah suaranya seperti perempuan "iyakan secara yang ngajakin pulang cogan kek gue, udah pasti lo kagak bakalan nolak"sambung Rendi dengan pd nya.

Karamel mendengus geli mendengar penuturan Rendi.

"Pd lo ketinggian Ren"omel Karamel.

"Iye gue ganteng"kata Rendi.

"Lah kapan gue ngomong kalo lo itu ganteng?"

"Tuh barusan lo ngomong kalo gue ganteng"

"Rendi somplak"kesal Karamel lalu menarik rambut Rendi.

"Aduh sakit Kara"ringis Rendi.

"Bodo amat"

*****

Karamel kini tengah duduk di atas tempat tidurnya sambil menatap selembar foto yang menampakkan dua orang anak manusia.

Karamel menatap dalam foto yang kini berada digenggamannya sulas senyum kecut tercetak di bibirnya saat sekelabat bayangan itu kembali muncul.

Sebulir air mata jatuh mengenai pipinya, Karamel dengan segera menyeka air mata itu menggunakan telapak tangannya membuang nafas kasar, kemudian berjalan ke arah balkon kamarnya.

Hembusan angin sepoi sepoi menyambut kehadiran gadis itu saat menginjakkan kaki di balkon kamarnya.

Hp Karamel berdering yang menarik perhatian gadis itu.

DESAPERECERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang