BAB I

489 52 9
                                    

Lee Daehwi, itu lah namanya. Ia tampak masih betah memejamkan matanya. Menyembunyikan sepasang obsidian nan pekat. Bibirnya yang biasanya semerah delima kini tampak pucat. Tubuhnya kian mengurus. Ini minggu kedua ia berada di sini, di rumah sakit ternama di korea. Sungguh miris mengingat bocah manis ini seharusnya sekarang ini bermain bersama teman sebayanya bukan berjuang melawan kematian.
Pria tampan yang tampak senantiasa menemani Daehwi adalah Bae Jinyoung kekasihnya. Pria bermuka kecil itu tampak senantiasa datang untuk menemani Daehwi.

"Daehwi-ya. Aku sangat merindukanmu. Sungguh, kau harus berjuang aku mencintaimu." Ujar Baejin. Baejin adalah panggilan dari Bae Jinyoung.

Pria bermuka kecil ini tampak begitu sedih, siapa yang tak sedih jika melihat kekasihmu terbaring lemah tak sadarkan diri.

"Ini salahku. Harusnya aku bisa melindungimu. Harusnya aku......" Ucap Baejin terpotong, ia tak dapat menyelesaikan kata-katanya. Ia tak sanggup menahan air matanya. Ia sadar ia namja, seharusnya ia tak cengeng begini. Tapi ini manusiawi kan? Ia pun menangis dalam diam. Tangannya menggenggam tangan rapuh nan kecil milik Daehwi.

"Bae!" Terdengar suara yang memanggilnya. Arahnya dari pintu, tak lama ia tolehkan pandangannya guna melihat siapa gerangan yang memanggilnya.

"Kau menangis?" Tanya namja asing itu pelan.

"Oh, Guanlin. Aku hanya...." ucapan Baejin kembali terpotong, ia menghapus air matanya yang dengan nakalnya berani mengalir di depan Guanlin.

"Itu manusiawi, mengingat ia adalah orang yang kamu cintai. Tapi bukan berarti kamu terus terpuruk begini." Ujar Guanlin pelan. Guanlin adalah teman sekampusnya mereka sangat akrab.

"Hm, harusnya begitu. Namun, ini benar-benar sakit. Aku benar-benar kacau saat ini." Ujar Baejin frustasi.

"Lebih baik sekarang kau pulang. Kau harus mengurus kuliahmu yang terbengkalai. Aku bukannya bermaksud jahat. Aku hanya ingin kamu kembali kuliah, mengejar mimpimu. Bukan terburuk menyedihkan di sini. Kau tau kau sangat bodoh." Ucap Guanlin.

Dengan terpaksa pemuda Bae itu pun kembali kerumahnya. Guanlin benar ia harus mengurus kuliahnya yang terbengkalai 2 mingguu ini ia habiskan untuk berputus asa. Mungkin Guanlin telah muak melihat tingkah menyedihkannya ini.

*******

"Bae, hyung pikir kau akan menginap di rumah sakit lagi. Hyung senang kau pulang." Ujar Bae- maksudku Kang Seongwoo, ia merupakan hyung kandung Baejin. Ia telah menikah dengan seorang pria tampan bermarga Kang.

"Rencananya aku ingin menginap hyung. Tapi Guanlin tadi mengajakku pulang." Ujar Baejin pelan.

"Lalu dimana Guanlin sekarang?" Tanya Seongwoo.

"Ia sudah pulang. Katanya ia sedang sibuk."

"Kalau begitu sekarang kau mandi. Hyung akan menyiapkan makan malam spesial untukmu." Ujar Seongwoo seraya tersenyum manis. Pria manis itu pun meninggalkan Jinyoung, ia ke dapur untuk memasak.

Jinyoung pun bergegas ke kamarnya. kamar yang sudah lama tidak ia gunakan untuk tidur. Selama ini ia tidur di rumah sakit menemani Daehwinya. Selain karena ingin menemani Daehwinya, ia juga tak ingin bertemu dengan kakak iparnya. Sungguh ia benci pria itu. Pria yang telah menghancurkan hyungnya. Di usianya yang masih sangat muda hyungnya telah memiliki anak dan menjadi ibu rumah tangga. Hyungnya gagal menggapai cita-citanya karena pria itu.

Sesampainya ia di kamar ia bergegas untuk mandi. Ia ingin mendinginkan kepalanya yang penuh akan keputus asaan. Selesai mandi iapun pergi ke  makan. Setibanya di sana ia melihat hyung kesagangannya sedang di cumbu oleh pria yang sangat ia benci. Walaupun lria itu adalah suami hyungnya. Tetap saja ia tak suka. Iapun berdeham agak keras.

De Verborgen WaarheidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang