BAB IV

229 45 36
                                    


Dehwi P.O.V

Sudah lama sekali aku tak melihat kamar ini, kamarku yang paling ku cintai. Warna pink mendominasi kamar ini. Terlihat cantik bukan kamar ini sama seperti diriku ini. Hehehe, benarkan?

"Dae, kenapa tiba-tiba kau tersenyum sendiri?" Tanya Baejin mengagetkan ku. Untung aku nggak punya penyakit jantung. Kesel deh sama Bae.

"Bae, apaan sih? Kau ganggu aku lagi ngayal aja!" Teriakku nggak nyantai. Ini benar-benar mengesalkan.

"Ngayalin apa kamu? Ngayalin jorok ya?" Tanya Baejin sambil berpose sok ganteng. Eh, tapi kan dia emang beneran ganteng. Aish, Baejin emang ngeselin ish. Bikin hati Dae klepek-klepek aja.

"Enak aja. Aku tuh bukan kamu tau nggak sih?!"

"Ah masa?"

"Iya lah. Dae kan orangnya jujur. Nggak kayak Bae. Dasar pembohong!"

"Emang Bae bohong apa sama Dae?" Tanya Baejin sok imut. Kan yang boleh imut di sini cuman Dae doang. Baejin rese deh.

"Ah, molla. Bae pergi sana. Dae mau bobok. Dae ngantuk." Ujarku sambil merebahkan tubuhku di ranjang. Ku pejamkan kedua belah mataku. Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan memeluk tubuhku. Yah, tangan itu milik Baejin.

"Dae, aku sayang banget sama kamu." Ujar Baejin seraya mengecup pipiku. Hangat menjalar di wajahku. Ish, kok wajahku panas sih. Kesel deh.

"Aku tau kok!" Ujarku ketus. Akupun menghadap ke samping. Membelakanginya. Malu tau aku tuh.

"Dae, aku pulang ya? Udah lama nggak lihat hyungku." Ujar Baejin sambil mengusap rambutku.

"Ya, pulang lah. Apa masalahnya?" Tanyaku tanpa menoleh ke arahnya. Masih stay aku tuh membelakanginya.

"Jangan rindu ya?" Ujarnya sambil terkekeh pelan.

"Ya nggak lah. Siapa juga yang rindu ama kamu. Dasar cungkring!" Teriakku kesal.

"Dasar nggak sadar diri." Balas Baejin pelan.

"Biarin!" Teriakku.

"Udah lah. Kalo gitu, aku pergi sekarang. Bye sayang." Ujar Baejin seraya mencium pipiku.

"Bye, Bae." Balasku lirih. Ku pejamkan kedua mataku. Aku ingin tidur. Aku lelah memikirkan bagaimana hidupku kedepannya. Namja itu tak mungkin membiarkan ku tenag sekarang ini. Aku benci diriku sendiri. Kenapa aku harus selemah ini? Kenapa? Aku benar-benar lelah. Aku nggak yakin bisa bertahan. Aku takut.

******

Baejin P.O.V

Rasanya sungguh malas aku kembali ke rumah ini. Tapi mengingat sudah lama aku tak pulang. Aku sangat merindukan hyungku. Hyung yang paling ku sayangi.

"Hyung!" Panggilku. Ku lihat hyungku sedang bermain dwngan anaknya. Bocah  itu sungguh manis. Ia merupakan salah satu kebahagiaan hyungku. Maka ia juga merupakan kebahagiaanku.

"Bae, akhirnya kau pulang juga." Ujar hyungku lembut. Ia tampak sangat cantik.

"Nde, hyung. Hyung kenapa rumah sebelah ramai sekali?  Aku lihat tadi ada polisi di sana."

"Bae, kau tau semalam ada pembunuhan di rumah sebelah. Ahjumma yang tinggal di sana di bunuh oleh orang yang tak di kenal. Hyung sebenarnya sangat cemas. Hyung takut kau tau. Di rumah ini hanya ada hyung dan woojin. Tapi untung kamu sudah pulang." Ujar hyungku tampak lega sekali.

"Emang dia kemana hyung?" Tanyaku pelan.

"Dia? Maksudmu suami hyung?" Tanya hyungku heran. Aku pun hanya menganggukkan kepalaku sebagai balasan.

"Ia pergi ke luar kota. Habis kami family time kemaren ia mendapat telepon untuk pergi ke busan. Buat bisnis." Ujar Seongwoo hyung.

"Untung aku sudah pulang hyung. Jadi hyung jangan khawatir okay? Ujin main ama samchon ya, mau kan?" Tanyaku pelan.

"Nde, Bae. Kalo gitu hyung masak dulu ya. Kamu mau makan apa malam ini?" Tanya Seongwoo hyung.

"Apapun yang hyung masak pasti bae makan hyung. Apapun yang hyung buat pasti enak. Hyung kan koki yang handal." Ujarku sambil mwngajak main keponakanku.

"Aish, kau ini benar-benar ya. Gombal sekali. Pantas si Daehwi cinta sama kamu." Ujar Seongwoo hyung. Setelahnya ia pergi ke dapur untuk memasak. Akupun larut dalam bermain dengan woojin. Anak itu asik sekali kalo di ajak main. Dia sangat hiper.

********
Author P.O.V

"Guan, ayo cepatlah sedikit!" Teriak namja pendek nan manis.

"Iya, Jihoon tunggu sebentar!" Balas teriak Seorang namja tinggi nan tampan.

"Kau ini lama sekali keburu filmnya mulai, bodoh!"

"Yah, sana nonton sendiri kalo gitu!"

"Yak, dasar nggak peka kamu jadi namja!"

"Ish, kok kamu ngomong gitu sih, hoon?"

"Guanlin, aku ngomong gitu karena emang faktanya."

Guanlin pun heran karena ucapan Jihoon tersebut. Ia tidak peka pada siapa? Perasaan ia peka kok. Sementara Jihoon dari tadi sudah cemberut habis Guanlin sama sekali nggak peka. Padahal Jihoon kan pengen nonton bareng sama Guanlin.
Ia Jihoon sebenarnya memiliki rasa sama Guqnlin. Makanya ia bilang ke Guanlin untuk move on dar Baejin. Ia sebenarnya agak sakit hati karena Guanlin selalu membahas tentang Baejin padanya. Sakit hati Jihoon tuh.

"Udah lah, Hoon. Ayo sekarang kita nonton." Ujar Guanlin sambil menggandeng tangan Jihoon. Nggak tau saja ia bahwa kalo Jihoon udah panas dingin karena di gandeng pujaan hati.

********

Daehwi terbangun saat mendengar suara gaduh dari ruang tamu. Kepalanya masih sangat sakit karena ia baru bangun tidur. Setelah berhasil mengumpulkan nyawanya Daehwi pun bergegas menuju ke ruang tamu. Dan betapa kagetnya dia saat melihat ruang tamunya berantakan. Vas bunga pecah, barabg-barang berserakan dilantai. Dan ada seorang namja yang sedang menatapnya tajam.

"Hallo, Daehwi-ssi." Ujar namja itu dengan suara yang begitu dingin dan sinis.

"Kau.... kau...." Ujar Daehwi panik. Ia begitu takut. Namja ini yang hampir membunuhnya.

"Kenapa? Let's  play the game, dear. Siapkan mentalmu untuk ke depannya." Ujarnya lalu namja itu pergi meninggalkan Daehwi yang sedang terduduk lemas di lantai. Ia sangat takut. Oh, tuhan permainan macam apa ini? Aku.... Aku takut. Help me, please. Di rumah itu hanya terdengar isakan dari Daehwi. Ia tampak begitu ketakutan.

****TBC***

YoonYoon ComeBack. Maaf kalo ceritanya makin gaje 🐣
Vote and Coment lagi ya kakak. Itu penyemangat YoonYoon buat Lanjut lagi.

De Verborgen WaarheidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang