Chapter 7

1.8K 154 33
                                    

Qirani Pov**

Aku berpikir aku akan mati dengan konyol didunia ini. Aku melihat banyak sekali dayang yang meneriakiku.

"nona... "

"nona... "

'kalau khawatir tolongin kek. Malah teriak-teriak. Percuma kalau teriak-teriak kalau gak ada usaha. Mereka mau lihat aku mati konyol, ya?'

Tapi nyatanya ada seseorang rela menceburkan dirinya untuk menolongku. Wah ,so sweet . Eh, kok aku kagum gitu sih. Padahal hidupku diambang kematian, kok sempet-sempetnya.

Ia menarik tubuhku untuk menepi di mulut kolam. Dengan keadaanku yang sudah banyak meminum air. Terkurasnya tenaga cukup untuk membuatku tak sadarkan diri.

Keesokan harinya. Kubuka kelopak mataku ketika sinar mentari menerpa wajahku. Rasa panas dingin menjalar ke seluruh tubuhku.
Seorang dayang masuk keruangan yang saat ini aku tempati. Aku berusaha untuk duduk.

"nona sedang demam, jadi jangan kemana-mana. "

'oh aku demam, toh. Tapi aku ingin keluar. Pasti wanita ini tak mengijinkanku. Lalu apa yang harus kulakukan? '

"bibi, tolong ambilkan aku air. Aku haus. "ucapku agar bibi itu keluar dari ruangan ini, supaya aku bisa kabur.

"saya akan ambilkan."ucap bibi berjalan ke meja rias. Yang ternyata disitu ada seteko air.

'Kok aku gak lihat sih? Mataku ini gimana sih?ini gak bener.'makiku dalam hati.

"bibi, aku lapar. Bisakah ambilkan aku makanan. "

"saya akan ambilkan, nona"ucap bibi melangkah keluar ruangan.

Akhirnya...
Ku turunkan kakiku. Berusaha berdiri.

"nona, mau kemana? "

"aaa... "teriakku kaget.

"bibi ini mengagetkanku saja"

"maafkan saya, nona. "

'bibi, ini cepet bener ambil makanannya. Belum juga melangkah udah nongol aja. Terus gimana aku kaburnya? '

"bibi, ambilkan aku sebuah pakaian. Habis ini aku akan mandi. Makanannya akan aku makan, jadi ambilkan aku pakaiannya dulu."

"baik, nona"

Ketika bibi itu keluar, setelah beberapa saat akupun keluar. Diluar ruangan udah ada beberapa penjaga.

'gila. Masalah satu selesai kini muncul satu masalah lagi' batinku dengan menepok jidatku. Merekapun tau keberadaanku.

"nona, mau kemana? "

"ke kolam"

"kami akan antarkan"

"kalian mau lihat aku mandi? "

Wajah para penjaga memerah, seperti habis makan cabe 20 biji.

"lagian disana sudah ada beberapa dayang yang menungguku. Kalian tak usah khawatir. "

"baik, nona. "

Kulangkahkan kakiku sembari cengar-cengir karena keberhasilanku. Aku terus melangkah menyusuri istana. Indah, kata yang tepat untuk menggambarkan tempat ini.

Kini aku duduk dimulut kolam itu lagi. Ya, aku sempat berpikir bagaimana nisibku kalau kemarin tak ada yang menolongku. Mati konyol, tentu iya.

Ku ulurkan tanganku untuk menyentuh air dikolam itu. Melamun, termasuk kebiasaan yang tak akan hilang dari diriku.

My Love My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang