Indigo

57 8 0
                                    

Hari ini aku berangkat bekerja seperti biasa. Bangun dari tidur, mandi dan langsung berangkat bekerja tanpa mengisi perut terlebih dahulu. Aku hanya mengandalkan makan siang yang disediakan tempatku bekerja. Agar tak terlalu mengeluarkan uang untuk makan. Uangnya aku tabung untuk menggapai mimpiku. Ya apalagi kalau tidak berkeliling dunia.

Sesampainya dikafe, pandanganku tertuju kepada seorang pria yang sedang duduk dihadapan sajangnimku. Tampan. Tunggu. Ada yang aneh. Aku mengenal kilau berwarna nebula blue itu. Sama persis dengan milikku yang melingkar dileher jenjangnya.

Ahh ternyata benar dia memiliki kalung yang sama dengan milikku.

"Daniel-ah sini." Panggilan sajangnim yang membuyarkan lamunanku.

"Iya nuna. Ada apa ya?"

"Sini duduk." Dia mempersilahkan aku duduk dikursi kosong sebelahnya dan duduklah aku disana.

"Kenalkan ini sahabat kecilku, namanya Brian."

"Brian kenalkan ini Daniel, pegawaiku yang aku ceritakan padamu."

Kami berdua mengangguk-angguk dan berjabat tangan seraya berkenalan.

"Aku Daniel. Salam kenal hyung."

"Aku Brian. Salam kenal niel."

"Ah sudah ya aku mau masuk dulu, kalian ngobrol saja berdua."

"Nde nuna."

Canggung. Hening. Itulah awal pertemuanku dengan Brian hyung. Dia menatapku kosong. Sedangkan aku mencari celah obrolan pembuka.

"Hyung.. Kau tidak apa-apa?" Tanyaku memecahkan keheningan diantara kami berdua.

"Hmm.. Iya.. Gwencaya."

Aku mengangguk-angguk guna mengiyakannya.

"Niel, kalungmu. Bagaimana kamy mendapatkannya?"

"Ini, ketika aku bangun tidur kalung ini sudah melingkar dileherku. Aku juga tak tau dari mana asalnya kalung ini."

"Biar aku tebak. Kau mendapatkan kalung itu setelah bermimpi ketemu dengan orang yang spesial dan kau merasa bersalah kepadanya?"

"Iya hyung benar. Lebih tepatnya seperti kehidupanku dialam ini. Bukan dibawah alam mimpiku yang semu. Bagaimana kau tau hyung? Apakah kamu mendapatkan kalung itu sama dengan hal yang terjadi padaku?"

"Iya, tepat sekali. Waktu itu umurku masih 10tahun."

"Ooohhh iya-iya. Kalau begitu apakah kau tau hyung sebenarnya ini kalung apa dan fungsinya apa? Unik gitu ya batu hijau zamrud bisa mengeluarkan warna nebula blue."

"Sayangnya tidak niel. Selama ini aku mencari tapi sama sekali tak bisa menemukan apapun tentang kalung ini."

"Tapi, apakah kau sering bermimpi tentang hal itu setelah memiliki kalung ini hyung?"

"Tidak. Hanya sekali itu."

"Hmmm.. Jadi seperti itu." Sambil melamun aku terus berfikir. Tiba-tiba aku teringat hyungku. Yaa.. Kemana saja aku selama ini sampai lupa jika memiliki saudara kandung yang indigo. Yup. Jadi sebenarnya Seungyoon itu anak indigo.

"Ah hyung baru ingat jika hyungku anak indigo. Apa menurutmu kita tanyakan padanya?

"Hyung kandungmu?"

"Iya hyung, sekarang dia sudah tidak tinggal di Busan. Nanti coba aku hubungi. Semoga dia tidak sibuk dan bisa bertemu dengan kita."

***

Memang benar. Sebenarnya Seungyoon hyung itu anak indigo. Bisa dibilang dia bisa melihat tentang hal-hal ghaib. Termasuk menilai kepribadian orang. Yap seperti itulah hyungku. Sebetulnya hal ini memang keturunan. Kakek dan pamanku memulikinya. Dan dikeluarga kami, hanya Seungyoon hyunglah yang memiliki kelebihan ini.

Kakekku pernah bilang. Sebenarnya hal semacam ini juga bisa dilatih jika kau ingin memilikinya. Yang mulanya bukan anak indigo. Menjadi indigo. Namun harus ada silsilah keluarga yang memiliki kelebihan ini. Untuk membantumu mewujudkannya.
Tapi tak semudah yang kau bayangkan.

Beliau pernah menawariku. Tapi tidak, aku tak mau memilikinya. Aku hanya ingin menjadi manusia normal. Karna bagiku, memiliki semua kelebihan itu adalah sebuah amanah yang sangat berat. Tak bisa digunakan dengan sembarangan, terutama untuk melakukan kejahatan atau mencelakakan seaeorang.

Karena keluarga kami termasuk dalam keluarga yang agamis. Aku tidak perlu mengkhawatirkan hyungku. Dia pasti sudah mengerti batasan-batasan untuk menggunakan kelebihannya itu.

Mungkin yang bisa membantuku saat ini adalah kau hyung.

Hyungku juga bergabung dalam perkumpulan anak-anak yang memiliki kelebihan tersebut. Walaupun aku tak pernah diajaknya ketika ada pertemuan dengan anggota perkumpulannya. Namanya Indigo Home. Termasuk perkumpulan yang tertutup.

Hyungku juga tidak pernah menceritakan bagaimana kegiatan didalam perkumpulan itu.

***

24.00 KST

Calling Seungyoon hyung..

Tut tut tut..

"Hello...."

"Hello hyung apa kabar?"

"Aku baik-baik saja niel. Kamu sendiri bagaimana? Ada apa kok tumben telepon hyung malam-malam begini?"

"Aku mau menanyakan tentang sesuatu hyung. Kapan kamu libur? Apa kamu tak ingin memeluk adik kecilmu yang menggemaskan ini hemm?"

"Hahaha... Iya sayang, sebentar lagi hyung juga mau pulang. Sudah satu minggu yang lalu hyung merencanakan untuk pulang. Waktu itu aku tiba-tiba kepikiran kamu. Maaf sebelumnya belum bisa memberi kabar padamu. Kira-kira minggu depan hyung mau balik ke Busan. Nanti jemput hyung ya di stasiun."

"Siap bos jangan lupa oleh-oleh ya... Hehehe.."

"Iya sudah sana tidur.."

"Nde hyung.. Jalja.."

"Jalja Daniel."

***

Seungyoon POV

Ternyata benar firasatku tentang Daniel. Semoga bukan sesuatu yang bisa membahayakan untuk dirinya. Aku takut kehilangan sesuatu yang sangat aku sayang dan jaga untuk kesekian kalinya. Walaupun aku bukanlah seseorang kakak yang sempurna. Bahkan sama sekali tidak mendekati kata sempurna.

Egois. Satu kata yang mendiskripsikan diriku ini.

Maafkan hyungmu ini Daniel...


__________

TBC

Hayo ada apa iniii.... 😢
Hoiya kalo My Life in Busan ini aku jadiin squel gimana? Soalnya bakalan panjang ini.. Dan ini genrenya tiba tiba jadi fantasi wkwk😂 aku sebenernya kalo lagi nulis ff cuma nulis apa yg ada diotakku, jadi ya gini hehe '.'v

My Live In BusanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang