puzzle

62 12 1
                                    


Bagi yang gakkuadd silahkan siapin kresek buat muntah

Pengennya si cerpen tapi jauhnya malah cerpan –cerita panjang.

***

Kehidupanku seakan berubah, semenjak aku menginjakkan kaki ku di Sekolah Menengah Atas. Rasa – rasanya baru kemarin aku dilahirkan di bumi tercinta ini. Kegiatan ini sangat banyak menyita waktuku, kehidupan di SMP dan SMA seperti bumi dan bulan. Aku biasanya pulang jam satu, dan berangkat sekitar pukul tujuh sekarang, berangkat sekitar pukul setengah tujuh dan pulang hampir magrib. Itu membuatku bosan, jengah dan malas untuk belajar.

Rutinitas setiap harinya 'hampir' selalu sama. Berangkat – belajar – pulang, ada sedikit rasa tak enak dengan ibu, karena jarang membantunya.

Dan sekarang ditambah dengan program baru dari pemerintah, program 5 hari sekolah. Mantap jiwa. Serasa hidup ini memang benar – benar untuk sekolah saja. Doaku hanya satu Tuhan, selalu sehat'kan aku dan keluargaku tak lupa panjang'kanlah umur kami. Amin. . Tapi untungnya liburnya dua hari jadi ntapslah :v

"jadi nanti diprint ya tugasnya, udah gue salin diflashdisk. Terus jangan lupa difotocopy jadi tiga, buat gue, Kaila, terus lo" aku hanya bisa mengangguk lemas.

"Amara! ngangguk ae lo! Ngerti pasti kagak? Lo kok jadi suka ngelamun si akhir – akhir ini, terus jadi sorry– pemales" celetuk Kaila. Aku menatapnya sinis. Ngerti enggak sih dia, kalau aku memang lagi males. Untuk memperpendek waktu aku hanya mengganguk.

"ya udah buruan turun mau senam gak? Udah masuk ni" kata Sara menengahi. Kami berdua mengganguk kemudian segera menuju ke lapangan untuk melaksanakan senam rutin hari jum'at.

Beberapa hari ini aku merasa ada yang berubah, ada rasa yang menyelinap, mengusik relung hati semacam sebuah rasa aneh yang menjalar memenuhi ruang kosong dalam hidupku yang sudah lama tak tersentuh. Itu semua berawal saat wajah mendekati sempurna menghiasi penglihatanku. Namanya Muhammad Atara Wahyudi. Rekannya biasa memanggilnya Atara.

Postur tubuhnya bak atlit basket ,wajahnya tegas seolah menunjukkan bahwa ia adalah seorang pepimpin, lalu dengan kulit sawo matangnya yang membuat kaum hawa terkagum - kagum. Kurasa pahatan Tuhan yang satu ini memang sangat – sangat indah. Mengingat hal itu, aku tak ingin menyia – siakan nikmat Tuhan yang ini. Dan hal ini juga yang membuatku berubah menjadi seseorang yang enggan memperhatikan sekitar,rasanya hidupku hanya tentang dirinya saja.

"andai gue bisa jadi temennya doi, pasti seru" gumanku. Banyak pertanyaan yang melayang indah dibenakku, tentang bagaimana cara mengubah penampilan agar dia tertarik, apakah aku harus menjadi siswi yang terkenal, hits atau apa? Oh Tuhan ini sungguh membingungkan.

" hallo, kita di sini buat pramuka loh, bukan buat ngeliatin doi" ucapan Sara membuyarkan lamunanku, rasanya seperti kembali ke kenyataan yang pahit. Aku tersenyum sipu. Ku lihat Atara tengah sibuk mempersiapkan keperluan untuk kegiaan pramuka sebentar lagi, maklumlah dia'kan bantara.

Sara ikut tersenyum namun bukan senyum biasanya, ada makna meledek dari senyumnya "apaan si lo, geli sumpah" kataku membuang muka menatap ke arah lain. bukannya menghentikan kegiatannya ia malah terkekeh.

"lo gak pernah denger, cerita ada temen sekolah yang mati mengenaskan gegera dijejelin kulit duren temennya sendiri karena ledekan?" kataku sambil menunjuk kulit duren yang berada di tempat sampah. Kini kekehnya justru berganti tawa kencang. "bodo! Ya udah pesen makanan kek! Ke kantin cuman numpang duduk doang. Kere amat lo"

"gue udah pesen tapi belom dateng, btw ngapain si lu ngintil gue? Kayak jalangkung aja lo!"

" Kalo jelangkung mah datang tak diundang pulang tak dijemput, lah gue? Dateng pastinya diundang cuman, pulangnya tak berkutang. He he he" aku bergidik ngeri. "cabe lo" ia tersenyum, "kan gue belajar sama lo" aku pura – pura berfikir, "oh iya gue kok lupa ya?" dan akhirnya aku bisa tertawa lepas bersama Sara. Kami teman satu SMP dan karena keadilan Tuhanlah kami bisa satu SMA dan satu kelas.

"oke serius, gue gak mau lo jatuh terlalu jauh ke hatinya. Jujur sekarang lo berubah, lo bukan kayak lo yang dulu. Apa ini karena obsesi lo, supaya Atara ngelirik lo?" Aku menoleh menatapnya nanar "apaansi, gue cum- "

"Maaf, dan oke kalo lo mau ngatain gue jahat, tega atau apalah. Kita udah lama temenan, dan gue mau yang terbaik buat lo! Gue lebih suka blak – blak kayak gini. Gue udah tau lama kalo suka sama doi, dan gue gak mau kalo lo jatuh terlalu jauh ke perasaan sepihak ini. Dan pada akhirnya lo juga yang sakit hati."

"lo pasti tau kalo Atara itu dari keluarga berada, sedangkan kita? Bisa sekolah sampai SMA itu aja udah jadi suatu yang wah, ra! Kita minta sesuatu aja ra, kita harus nabung, atau ngeraih apa yang dipenginin sama ortu kita, dan gue yakin barang itu gak dateng secara cepet! Pasti bakal lama bahkan sampek berbulan –bulan atau bertahun – tahun. Sedangkan dia, dia gak mintapun bakal ada dan difasilitasin sama ortunya. Sadar ra. Ibarat bumi bulan ra! Sesuatu yang gak dan gak akan mungkin bisa bersatu"

Rasanya ada sesuatu dari struktur tubuhku yang hancur dan luluh lantah, separuh dunia ku runtuh, perkataan Sara memang ada benarnya. Tapi aku benar – benar tak memiliki niat untuk memilikinnya, niatku hanya untuk mencintai saja, bukan untuk yang lainnya. Aku tau tentang kebenaran itu , hanya saja ada bagian dari jiwaku yang tak siap mengetahuinya.

Aku menghela nafas, gusar "bumi dan bulan emang gak bisa bersatu tapi mereka itu saling melengkapi! Dan lagipula gue cuman cinta – cintaan remaja kok! Apa orang miskin kayak gue gak bisa bahagia? gue juga manusia, gue punya hak!" tak terasa pelupuk mataku basah, ada rasa pedih menyelip rongga hatiku tanpa permisi mengakibatkan rasa nyeri yang berkelanjutan. Tuhan ini sakit.

Sara tersenyum sendu, aku bisa melihat rasa iba dari matanya " gue sebagai temen cuman bisa nyarani aja, lo terima atau engga itu terserah lo. Gue sayang sama lo, bahagia banget liat lo tersenyum dan gue juga ngerasa jadi temen terbodoh ketika gue liat temen gue berubah drasis karena dia ra! kita sekolah bukan buat cinta – cintaan ra! Orang tua kita kerja keras ngirim kita ke sini buat apa? Buat memperbaikin nasib, mereka gak mau nasib kita sama mengenaskannya kayak mereka, mereka mau nasib kita lebih, jauh lebih baik dari mereka. Gue mohon berhenti jadi orang lain, kalo emang Atara jodoh lo, dia bakal ke elo tanpa elo minta!" Sara mengelap air matanya, rasanya air ini tak bisa terkontrol lagi, seolah mengalir bagai mewakili rasa kesedihan yang terpendam jauh – jauh hari. Dan ternyata dengan kepura – puraan bodohku itu tak bisa menipu Sara.

"Sara! Bentar lagi mau mulai mending kita pergi dari sini" aku tak tahan, ada rasa malu ketika melihat banyak pasang mata memandangi kami berdua. Sara beranjak menarikku ke pojok kantin, di sini tempatnya agak sepi dan tak banyak yang bisa dilihat mengingat tempatnya sempit.

"cerita cinta itu kayak nyusun puzzel, setiap puzzelnya punya cerita tersendiri. Gue yakin lo emang bisa nyusun puzzel itu sendiri, tapi gue gak yakin lo bisa buat cerita dalam setiap puzzel itu sendiri. Jadi berhenti buat main – main, kita di sini sekolah bukan buat yang lain. inget ibu bapak yang lagi kerja ra!" aku tersenyum bahagia, untuk pertama kalinya aku merasa bahwa ada orang yang mencintai dan menyayangi aku selain kedua orang tuaku. Aku beruntung sungguh beruntung memiliki Sara si blak – blakan yang menyadarkan ku apa tujuanku masuk ke sekolah ini terima kasih Sara.

Teruntuk kamu Atara, terimakasih telah memberi warna dalam hidupku. Mengenalmu seperti tertabrak lengkungan pelangi. Warnanya menyeruap menghiasi seluruh ruang tanpa warna di hidupku. Ada rasa menginginkanmu namun, raga ini masih ingin menikmati dunia tanpa gangguan dari racun perasaan yang menggerogoti impian yang sudah lama kususun untuk masa depan.

Atara sampai di sini dulu aku mengagumimu, ku akui pesonamu dengan mudahnya menguasai alam bawah sadarku seolah membawaku menuju ke dunia indah yang nyatanya tak bisa ku miliki. Sayang kau indah tapi beracun.

Benar kata temanku, cerita cinta itu seperti menyusun puzzle. Bertemu denganmu seperti menemukan satu puzzle yang akan menyelesaikan seluruh puzzle dalam hidupku. Namun sayang, kau bukan puzzle yang cocok untuk menjadikan puzzleku utuh dan aku berharap aku bertemu dengan seseorang yang cocok untuk menyelesaikan puzzle ku tanpa mengubahku menjadi orang lain. dan kenyatanya kau memang bukan puzzleku.

—sekian

ada kesalahan mohon dimaapkan

Ig : dmaulutdiasr_

Hayah ngawur :'v pikiran cetek, emosi tebal

PuzzleWhere stories live. Discover now