part 1

24 1 0
                                    

Happy reading

  Ban sepeda chaca bocor. Di tengah perjalanan yang cuacanya panas begini, Chaca biasanya pengin cepat-cepat sampai rumah. Pengin segera duduk di sofa ruang tengah dengan kipas angin, sambil menikmati es jus bikinan mama. Tapi tidak untuk siang ini. Ban sepeda chaca yang tiba-tiba gembos memaksanya untuk beristirahat di pinggir jalan sambil menunggui bannya selesai ditambal. Dibelinya teh botol dingin dari pedagang di pinggir jalan untuk mengusir rasa hausnya.


  Butuh waktu setengah jam menunggui sepedanya. Tengah ia asyik menikmati dinginnya teh, tiba-tiba sebuah mobil civic metalik berhenti tepat di depannya. Ah, bukan mobil papa. Kaca depan mobil itu perlahan membuka. Sesosok wajah yang di kenalnya menyembul dari balik pintu.  Ifah, jilbaber anak kelas X1- 1 yang dulu mengajaknya kajian jumat pagi di mushala sekolah, chaca sebelum memenuhi ajakan itu sampai sekarang. Masih malu.
"Assalamu'alaikum!" Sapanya
  Chaca segera membalas. Ifah dulu pernah bertemu chaca di tempat parkir sepeda. Mereka Sama-sama bersepeda mini ke sekolah.
Kok, sekarang antar-jemput?
    Dih , ifah nggak istiqamah, batin chaca.
" Ada apa, cha? Bannya bocor,ya ? "
 
  Ifah membuka pintu mobil. Kini sosokhya mendekati chaca. Sekilas chaca memperhatikan sopir ifah. Ha....?! Tao Ming Tse, tokoh Meteor Garden yang tiap senin malam ditunggunya di salah satu stasiun TV swasta. Tao Ming Tse jadi sopir ifah?!
"Chaca?"

" Eh iya, bannya bocor lagi ditambal. Kamu nggak naik sepeda?" Chaca gelagapan gara-gara dia sih.....

"Beberapa hari yang lalu aku jatuh dari sepeda ketika pulang sekolah, sekarang nggak diizinin lagi naik sepeda sama mama. Jadi sekarang Antar-jemput. "

"O...itu siapa?"

" Eh iya... itu kakakku. Namanya irfan."

Sekali lagi chaca  menatap wajah Asia di belakang kemudi itu. Dia tersenyum, matannya menyipit. Chaca sedikit menunduk sambil menyatukan telapak tangannya di depan dada. Mbak izah bilang begitu cara kenalan dengan cowok.  Chaca juga menarik segaris senyum. Lesung pipit menghias kedua pipinya.

  "Mau ditemein nunggu?" tawar ifah.

"Nggak usah, deh! Kamu nanti kesorean pulangnya." Basa-basi.

" Nggak apa-apa, kok! Nanti biar diantar sekalian sampai di rumah kalau bannya udah selesai ditambal. Bisa kan, mas ? "
   Chaca menoleh ke dalam mobil, yang ditanya mengangguk kecil.
" Bener, Fah, nggak usah. "
   Chaca tetap menolak. Dia nggak mau diketawain Mas Amin karena selama ini chaca nggak mau kalau diantarjemput ke sekolah. Chaca tetap setia dengan sepeda mininya. Mau mampir ke mana-mana dulu terserah yang punya, nggak merepotkan orang lain.  Itu alasan terbaru chaca ketika sekali ditawari Mas Amin.

" sendiri nggak apa-apa?" Ifah masih berusaha meyakinkan chaca.

Dia mengangguk mantap.

" Ya udah! Aku pulang duluan, ya? Hati-hati !"

" Makasih, ya?"

Dan mobil ifah pun belalu, seiring dengan debar di hati chaca yang juga mulai netral. What's happened? Kenapa tiba-tiba perasaan chaca jadi aneh? Ada bayangan wajah Tao Ming Tse yang lagi senyum manis. Adakah yang salah dengan gadis imut berlesung pipit itu?.


Holla apa kabar 😹
Baca terus yah cerita aku ini walau kadangkala inspirasi buat nulisnya gak ada tapi aku bakalan tetep lanjut cerita kok 🤗
Oh ya jangan lupa vote dan komen itu aja ....
makasiih aku sayang kalian💖💖💖

SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang