Hello Teacher!

13.5K 254 23
                                    

"bagaimana kalau kukatakan bahwa aku pedophil?"

sial. kalimat itu masih menghantui fikiranku beberapa detik terakhir. apa pria itu idiot?

pria yang kenyataannya adalah guru olahragaku itu menyampaikan kalimat aneh itu di depanku. hanya ada aku dan dia saat itu. dia mengucapkannya dihadapanku yang notabene adalah muridnya. dan... well, sedikit mengaguminya.

ya, aku mengaguminya. sekedar mengagumi, tak lebih. aku aneh? oh ayolah, perempuan mana yang tak terpikat melihat pria berperawakan atletis dengan suara berat nan gentle yang mampu membuatmu bergidik ngeri setiap mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir seksinya.

dan parahnya otak kotorku sempat kelewat batas dengan berfikir "bagaimana kalau bibir itu meneriakkan namaku setengah mendesah dengan suara bass beratnya sambil memandangku dan terbaring tepat di sampingku malam ini?"

shit, seketika aku lupa bahwa aku masih kelas 2 SMA. terlalu muda bagiku untuk ber-mindset ke arah itu. apalagi dengan guruku sendiri sebagai tokoh utama dalam fantasi liar tersebut.

tapi asal kalian tahu, charming teacherku jauh dari apa yang kalian curigai. dia bukan om om, tentu saja. umurnya masih 23 tahun. hanya berbeda 6 tahun dariku.

tapi tetap saja ini salah jika aku menyimpan sesuatu padanya. bukan umur yang kupermasalahkan. tapi status. bukankah akan aneh jika suatu saat akan muncul headline tentang seorang guru olahraga baru memacari salah satu siswa di sekolah tempat ia mengajar. wth?!

dan kembali ke topik awal, dia mengatakannya! kalimat yang tak pernah kubayangkan akan terucap dari bibirnya yang selama ini ku andai-andaikan mengucapkan sesuatu kalimat romantis bukan kalimat yang terkesan idiot seperti tadi.

pedophil? kenapa dia terpikir untuk mengucapkan hal itu? dan kenapa harus aku yang terpilih untuk mendengarkannya? apa rahasia yang sebelumnya aku yakin hanya aku yang tahu -bahwa aku menyukainya- terbongkar? kalau memang benar, sepertinya aku harus lekas mencari tali untuk menggantung diriku karena perasaan malu yang tak mampu kubendung lagi.

"reva?"

"i- iya pak?"

"kamu kok malah ngelamun?"

"a- anu pak, saya tadi ga denger bapak ngomong apa hehe"

kenapa aku jadi sok asik? ah, aku benci diriku saat mati gaya seperti ini. aku kehabisan kata! dan juga aku benci kenyataan bahwa dialah yang membuatku begini.

"jadi kamu ga denger? astaga"

dia menatapku sedikit kesal. bukankah pihak yang pantas memajang tatapan kesal adalah aku?

"jadi gini, tadi bapak bilang, gimana kalo misal bapak itu pe-"

ting tong.

saved by the bell! aku pun berlari meninggalkan guru malaikatku itu dengan alibi ingin segera ke kantin untuk makan siang.

kalau dia melanjutkan kalimatnya lagi mungkin aku hanya akan terbungkam seribu bahasa sedangkan dia hanya akan memaksaku untuk cepat menjawab pertanyaan konyolnya.

"gimana acara berduaannya? lancar?"

tanya fira, teman sebangkuku tepat saat aku menginjakan kakiku di kelas.

"lancar apanya? dia menggila tau ga! gue jadi takut"

"hah, maksud lo?"

akupun menceritakannya pada fira yang kuakui memang berjiwa kepoers sejati. dia hanya mengangguk pelan selama aku menceritakan kronologis kejadian tadi secara runtun padanya.

"pedophil?! dia ngaku kalo dia pedo? anjrit banget!" sifat fira yang ceplas ceplos pun keluar dan mengundang beberapa pasang mata siswa yang kebetulan sedang bersantai di kelas tertuju ke arah kami.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello Teacher!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang